5 PESONA SANG GADIS KRETEK

SEBUAH ADAPTASI BUKU YANG SUKSES

5 pesona gadis kretek gambar utama

Di tahun 2012, penulis Ratih Kumala menerbitkan sebuah buku berjudul Gadis Kretek. Buku ini merupakan perpaduan sejarah, roman, dan juga intrik industri rokok kretek di Indonesia.

Kisahnya dikemas lumayan menarik, sehingga buku tersebut menjadi best seller. Netflix kemudian mengadaptasinya menjadi sebuah miniseri.

Netflix bekerja sama dengan BASE Entertainment dan FORCA Films sebagai rumah produksi. Penyutradaraan dilakukan oleh duet Kamila Andini dan Ifa Isfansyah.

Ifa Isfansyah selama ini sukses menggarap film Hoax, Pendekar Tongkat Emas, dan Losmen Bu Broto. Sedangkan Kamila Andini meraih penghargaan tempo hari lewat penyutradaraan film Yuni.

Buku ini diadaptasi menjadi naskah oleh Ambaridzki Ramadhantyo, dan sekarang sudah ditayangkan di platform streaming Netflix.

Jika kamu pembaca bukunya, pasti ingin tahu seperti apa adapatasi serialnya. Yang jelas, ada 5 pesona sang Gadis Kretek yang rugi jika kamu lewatkan.

Bagi yang belum membaca bukunya pun, serial ini bisa langsung dinikmati. Apa saja 5 pesona sang Gadis Kretek itu? Kita simak artikel Sushi yang satu ini yuk!

 

Pemilihan Cast Yang Tepat

Buku Gadis Kretek jadi ramai lagi dibicarakan waktu aktris papan atas Indonesia, Dian Sastro, mengunggah foto di akun Instagramnya bersama aktris Putri Marino.

Mereka menunjukkan naskah bertuliskan Gadis Kretek, dan akhirnya dikonfirmasi bahwa buku ini resmi akan diangkat ke layar kaca. Sederet cast penuh bintang pun diumumkan.

Dian Sastro akan berperan sebagai Dasiyah, karakter yang menjadi nama tokoh utama. Sedangkan Putri Marino memerankan Arum Cengkeh.

Pemeran utama karakter Soeraja muda diberikan kepada aktor Ario Bayu dan Pritt Timothy sebagai Soeraja tua.

Ada juga Arya Saloka sebagai Lebas, Rukman Rosadi sebagai Idroes Moeria, Sha Ine Febriyanti sebagai Roemaisa, Tissa Biani sebagai Rukayah muda, dan Nungki Kusumastuti sebagai Rukayah Tua

Selain itu, masih banyak lagi aktor aktris yang turut berperan seperti Verdi Soleman, Ibnu Jamil, Tuti Kirana, Winky Wiryawan, Dimas Aditya, dan Sheila Dara.

 

Desain Produksi Yang Begitu Rapi

Pemilihan kisah ini menjadikan biaya produksi pasti melejit. Latarnya yang bercerita antara tahun 1950-an sampai tahun 2000-an mengharuskan detail properti yang sesuai pada zaman itu.

Tapi tim desain produksinya tidak main-main. Selain pabrik rokok kretek era tahun 50-an yang terlihat sangat nyata, latar tahun 2000-annya pun sangat meyakinkan.

Pemilihan model telepon seluler, kendaraan, komputer, dan juga kostum yang dikenakan pada saat cerita berada di masa flashback sangat khas Indonesia zaman itu.

Tembakau, tempat peracikan saus, dan tempat pelintingan rokok kreteknya dibangun begitu rupa sehingga kita seolah bisa menghirup aroma tembakau dan cengkeh yang pekat di udara.

Sinematografi yang digarap Batara Goempar I.C.S terlihat sangat indah. Selain itu, penataan busana khas perempuan Indonesia oleh Hagai Pakan benar-benar terlihat anggun dan berkelas.

 

Status Perempuan Dari Masa ke Masa

Inti dari kisah Gadis Kretek adalah perjuangan Dasiyah. Sulit baginya untuk membuktikan diri di masyarakat yang saat itu masih menganggap perempuan adalah warga kelas dua.

Keahlian istimewa Dasiyah dalam meracik saus kretek selalu ditepis. Perempuan dianggap akan merusak cita rasa saus kretek.

Ini mewakili metafora bahwa perempuan zaman itu dianggap berkedudukan lebih rendah, bahkan dianggap semacam kontaminasi pada apa yang seharusnya dikerjakan lelaki.

Perjuangan bahwa perempuan memiliki hak, kedudukan dan kesempatan yang sama dengan lelaki sepertinya tidak akan pernah berhenti. Baik berlatar zaman dulu maupun zaman modern.

 

Perbedaan Antara Buku dan Serial

Cukup banyak perbedaan signifikan yang terjadi antara buku dan serialnya. Hal ini lumrah terjadi karena sajian visual harus memiliki beberapa unsur yang mungkin tidak ada di bukunya.

Misalnya, tokoh Arum yang hanya berperan kecil di buku, di serialnya malah mendapat porsi sangat banyak. Pencarian Dasiyah oleh Lebas dilakukan bersama Arum.

Padahal, di bukunya, Lebas didampingi kedua kakak lelakinya dan mereka melakukan semacam ‘Road Trip’ bersama.

Beberapa peristiwa antara Soeraja dan Dasiyah yang ada di serial juga merupakan modifikasi bukunya. Twist-twist dan dramatisasi dalam serial diperlukan untuk menggugah emosi penonton.

Bahkan, kisah Idroes Moeria dan Roemaisa yang menjadi pembuka panjang di buku juga dihilangkan di serialnya. Serta sosok Djagat yang menjadi super antagonis di serial juga berbeda dalam bukunya.

Modifikasi plot, penambahan dan pengurangan cerita tidak bisa dihindari dalam karya adaptasi. Yang penting, hasil akhirnya tetap memberikan sajian yang nikmat diikuti, tanpa menghilangkan jiwa dari kisah intinya

 

Kisah Manis Sentuhan Vintage Cantik

Walau ada beberapa plotholes yang menimbulkan tanda tanya, tapi hal itu tidak terlalu mengganggu jalannya cerita secara keseluruhan. Serial Gadis Kretek bisa jadi ‘alternatif’ bagi pembaca bukunya.

Serial TVnya juga bisa menjadi suguhan segar bagi yang baru saja mengetahui ceritanya. Latar sejarah berjiwa vintage yang cantik menjadikan serial ini sangat memanjakan mata dan kalbu.

Faktor utamanya adalah performa dari para aktris dan aktor yang begitu menjiwai peran, bisa menunjukkan sikap dan bahasa tubuh yang memiliki ciri khas kuat, serta chemistry yang kental.

Akting mereka menggugah perasaan, sementara alunan lagu Kala Sang Surya Tenggelam milik penyanyi Chrisye tepat sebagai perekat semua emosi, kegetiran, kesedihan dan kebahagiaan.

 

 

 

 

 

The Review

89% Score

Review Breakdown

  • Penyutradaraan 90%
  • Akting 90%
  • Naskah 80%
  • Sinematografi 90%
  • Desain Produksi 90%
  • Kostum/Tata Rias 90%
  • Musik 90%
Exit mobile version