5 Tanda Berakhirnya Era Superhero –
Film dengan genre superhero, atau adiwira sesuai kata serapan dalam bahasa Indonesia, sudah memiliki panggungnya sendiri.
Popularitas para pahlawan super yang berasal dari komik semakin populer sejak mulai diadaptasi ke layar kaca dan layar lebar sejak dulu.
Beberapa film superhero ada yang berdiri sendiri atau serial. Dengan kualitas dan hasil box office yang beragam, hal ini tidak menyurutkan semangat pembuat film untuk terus memproduksinya.
Namun, sejak awal tahun 90-an hingga tahun 2020, popularitas film bergenre superhero memiliki tren menanjak, dan mencapai puncaknya di satu dekade saat Marvel Cinematic Universe fase dua.
Terutama, saat fase satu Marvel Cinematic Universe dimulai dengan Iron Man pertama, hingga klimaksnya di Avengers Endgame, popularitas superhero benar-benar berada di puncaknya.
Belum pernah tercatat dalam sejarah bioskop Indonesia membuka teater mereka pada pukul enam pagi untuk mengakomodir para penonton yang ingin menonton Avengers Endgame.
Tapi, setelah Endgame, antusiasme dan minat penonton terhadap genre adiwira secara keseluruhan, baik yang bersumber dari komik Marvel atau DC, terlihat mulai menurun.
Apakah tren ini akan bertahan dan terus menurun? Atau genre adiwira akan kembali menemukan momentumnya dan naik ke puncak popularitas di masa depan?
Sushi akan mencoba menganalisis faktor-faktor penentunya satu per satu. Berikut ada 5 tanda berakhirnya era superhero di layar kaca maupun layar lebar.
Apa saja 5 tanda berakhirnya era superhero tersebut? Simak yuk, gengs!
Hasil Box Office Yang Menurun
Barometer kesuksesan sebuah film yang utama tentunya dari penjualan tiket di seluruh dunia. Walau ada beberapa film yang gagal secara box office, jumlah film superhero yang sukses sangat banyak.
Momentum ini terlihat mengalami penurunan setelah Avengers Endgame. Film-film superhero yang dirilis setelah Endgame, termasuk film superhero dari DC, trennya menukik turun.
Mungkin, dari semua film superhero yang dirilis setelah Endgame, hanya Spider Man No Way Home, dan dua film dari DC Comics yang berhasil meraih angka di atas 1 miliar dolar.
Spider Man No Way Home sukses karena memberi nostalgia dan fan-service yang membuat para penggemar Spidey berbahagia dengan kemunculan dua aktor pemeran Spider Man sebelumnya.
Kedua film dari DC yang juga sukses adalah Joker, sekaligus memberi piala Oscar kepada aktornya, Joaquin Phoenix, dan The Batman, yang menampilkan Batman baru, Robert Pattinson.
Lanjutan MCU fase empat; Black Panther Wakanda Forever, Black Widow, Doctor Strange Multiverse of Madness, Ant Man and The Wasp Quantumania, dan Thor Love and Thunder hasilnya tidak maksimal.
Begitu juga dengan pencapaian film-film MCU fase empat lainnya seperti Eternals, Shang Chi The Legend of the Ten Rings, dan Guardians of the Galaxy 3, hasilnya tidak terlalu memuaskan.
Anti-klimaks Setelah Avengers Endgame
Fenomena apa yang sebenarnya terjadi? Mungkin saat ini keadaan sudah mencapai titik di mana kejenuhan terhadap genre superhero telah mencapai titik tertinggi.
Setelah konklusi di Endgame, lini-lini cerita baru dan karakter-karakter baru dimunculkan sebagai sesuatu yang baru dan segar lagi.
Padahal, kelanjutan MCU fase berikut, dan kelanjutan dari pahlawan-pahlawan super milik DC seperti Aquaman dan sekuel The Batman masih akan terus berlanjut dengan perilisan film-film di masa depan.
Namun, semua hal itu memerlukan waktu untuk membangun ikatan dan momentum seperti di fase satu sampai tiga. Sayang, memasuki fase empat, penonton mulai jenuh.
Ikatan yang terbentuk dan ekspektasi yang ada tidak lagi setinggi saat fase satu sampai tiga berjalan. Dominasi superhero di teater-teater sudah mulai membuat bosan dan daya tariknya menurun.
Ditambah lagi, ada faktor psikologis di mana penonton sudah merasa ‘selesai’ setelah Endgame dan tidak lagi memiliki ekspektasi atau rasa penasaran yang tinggi di fase ke empat.
Terlalu Banyak Cabang dan Spin-Offs
Sejak dibelinya Marvel Cinematic Universe oleh raksasa film Walt Disney, ada kecenderungan bahwa Disney benar-benar ‘memerah’ keuntungan dan aspek komersil dari MCU.
Hal ini dibuktikan dengan bermunculannya berbagai serial TV yang menyambung kisah-kisah para superhero Marvel secara individu. Dimulai dari WandaVision, lalu The Falcon and the Winter Soldier.
Selain itu, serial animasi What If? Loki dan Hawkeye yang menampilkan beberapa karakter dalam The Avengers juga mendapatkan serial sendiri.
MCU dan Disney+ juga memperkenalkan sejumlah karakter baru, seperti She-Hulk, Ms. Marvel, dan Moon Knight. Intinya, platform streaming Disney sungguh padat dengan dunia Marvel.
Tentunya, hiburan bagi para fans Marvel jadi semakin banyak. Tapi, hal ini juga mengakibatkan terlalu banyaknya pilihan serupa yang menambah level kebosanan terhadap genre superhero ini.
Hilangnya Beberapa Tokoh Utama
Rasa tidak asing terhadap karakter yang dicintai adalah salah satu faktor yang bisa mengikat penonton dengan sebuah film. Karakter utama yang simpatik adalah daya tarik utama sebuah film.
Dengan berakhirnya Marvel Fase tiga, sayangnya juga ditandai dengan kepergian beberapa tokoh superhero utama yang sangat dicintai fans. Hal ini cukup mengguncang fondasi cerita yang ada.
Entah karena di cerita sang pahlawan gugur dalam pertempuran, atau karena para bintangnya memang tidak lagi mau memperpanjang kontrak.
Ada empat aktor dan aktris dari bintang utama yang tidak akan muncul lagi dalam fase-fase Marvel Cinematic Universe selanjutnya.
Mereka antara lain adalah Robert Downey, Jr (Iron Man), Scarlett Johansson (Black Widow) dan Chris Evans (Captain America).
Sedangkan Chadwick Boseman (Black Panther) meninggal dunia akibat sakit kanker yang dideritanya. Hal ini tentu membuat segenap penggemar Marvel superheroes berduka secara mendalam.
Otomatis, hal ini berpengaruh besar para kelangsungan minat penonton untuk mengikuti kelanjutan kisah di film-film fase selanjutnya.
Minat Terhadap Genre Yang Bergeser
Sebagai layaknya pelanggan atau customer, penonton film juga memiliki perilaku yang serupa seperti konsumen produk biasa. Ada kalanya, tren tertentu yang laris akan mencapai titik jenuh.
Sepertinya, hal ini lah yang sedang terjadi pada genre adiwira. Film-film bertema adiwira, baik produksi Hollywood maupun dalam negri, mengalami nasib serupa.
Memang, sebagian masih mendapatkan hasil yang lumayan, dan sebagian lagi bernasib lebih buruk. Namun, secara keseluruhan telah terjadi penurunan minat yang drastis pada genre ini.
Penonton bioskop dan penikmat film kini mulai mencari alternatif lain dalam memilih film. Genre-genre drama, bahkan horor kembali mengalahkan minat terhadap genre superhero.
Apalagi, produksi film-film dari Asia, khususnya Korea Selatan semakin melebar popularitasnya, seiring ‘serangan intensif’ Hallyu atau yang biasa disebut dengan Korean-wave.
Hal ini bisa dilihat dari film-film Korea Selatan yang memenangi berbagai penghargaan di festival-festival film bergengsi Eropa. Film-film ini juga dilirik Amerika untuk didistribusikan di sana.
Jadi, menurut kamu, apakah genre superhero akan mati suri, hingga kelak akan dibangkitkan lagi di masa depan? Bagaimana menurutmu, gengs?