Kisah tentang Bruce Wayne, identitas di balik sosok pahlawan super kota Gotham, Batman seolah tidak pernah habis untuk dikupas. Bilyuner tertutup yang reklusif ini kembali lagi lewat cerita awal.
Mungkin, dari sekian banyak adaptasi live action Batman, baru di film The Batman yang lebih menyorot sisi Bruce Wayne sebagai detektif ulung.
Asal usul DC sendiri, yang artinya Detective Comics, memang sejak awal memperkenalkan Batman sebagai salah satu karakter detektif mereka. Fans berat Batman tentu tidak asing terhadap sisi ini.
Keputusan Matt Reeves untuk menggunakan sisi Batman sebagai detektif kali ini tepat. The Batman jadi sangat menyegarkan dan berbeda dibanding Batman versi Christopher Nolan atau DCEU.
Walau Batman bukan karakter yang asing bagi penikmat film, tapi The Batman tetap wajib ditonton di bioskop. Apalagi jika dinikmati lewat layar IMAX untuk efek paling optimal.
Ada 5 alasan The Batman wajib ditonton di bioskop. Selain karena ada wajah baru aktor pemeran Batman yaitu Robert Pattinson, film ini juga punya deretan pemeran yang sangat keren.
Zoe Kravitz sebagai Catwoman, Paul Dano sebagai The Riddler, Colin Farrell sebagai Oz The Penguin dan Jeffrey Wright sebagai James Gordon adalah satu dari 5 alasan The Batman wajib kamu tonton.
Yuk, gengs, kita baca ulasannya!
Sinopsis The Batman
Batman yang masih berada di masa awal hidupnya menjadi seorang vigilante, masuk dalam belitan kasus-kasus pembunuhan keji. Korbannya adalah para petinggi dan pejabat kota Gotham yang korup.
Sang pembunuh meninggalkan pesan-pesan dalam teka-teki dan kode-kode rahasia yang harus dipecahkan. Semakin banyak rahasia yang diungkap, semakin berbahaya pula tindakan sang pembunuh.
Bruce Wayne yang masih muda, masih penuh amarah dan dendam, terpaksa mulai membuka diri untuk membangun kerjasama dengan pihak-pihak baru.
Ia dituntut untuk segera menemukan sang pembunuh. Selain itu, ia tetap menjalankan misinya menegakkan keadilan yang sudah lama hilang dari Gotham.
Akan tetapi, sebenarnya apa rencana besar yang disembunyikan si pembunuh? Seberapa banyak rahasia Bruce Wayne yang ia ketahui?
Semua itu disampaikan dengan struktur yang rapi, teliti dan sangat realistis dalam film ini. Penonton bisa merasakan langsung pengalaman Bruce Wayne dalam menelusuri kasus hingga akhir.
Batman Si Detektif Ulung
Bruce Wayne adalah salah satu detektif terhebat dalam dunia fiksi. Akan tetapi, baru dalam film The Batman ini kisahnya benar-benar menunjukkan sisi Bruce Wayne sebagai detektif ulung.
Film-film Batman terdahulu lebih memusatkan perhatian pada sosok Batman yang jago bertarung, gadget-gadget, senjata dan peralatan canggih serta interaksinya dengan para musuh.
Dalam The Batman, kita kadang melupakan kalau Bruce Wayne adalah Batman. Karakter Bruce Wayne yang lebih ditonjolkan di sini adalah intelegensi dan kemampuan deduksinya yang luar biasa.
Walau film ini masih menceritakan tahap awal Bruce Wayne menangani kasus kriminal dengan segala ketidaksempurnaan seorang pemula, tapi kecerdasan dan ketajaman daya berpikirnya sudah menonjol.
Jika ia tidak berjalan-jalan mengenakan kostum Batmannya, kita lupa bahwa ia seorang superhero dan menganggapnya sebagai detektif yang sedang mengungkap kasus lewat bukti-bukti yang ada.
Cara Bruce Wayne menemukan kaitan dari pecahan teka-teki dan tersembunyi dalam kode rahasia sungguh brilian. Ia juga teliti dan sangat jeli dalam menemukan pola dari rentetan kasus pembunuhan.
The Batman, secara tone dan premis, lebih terasa seperti film bergenre crime. Hanya saja, detektifnya menggunakan kostum superhero.
Reboot Baru dengan Elemen Thriller
Kota Gotham disajikan dengan wajah baru, tapi tetap suram dan mencekam. Gotham yang korup, kumuh dan terinfeksi kejahatan menjadi titik awal lahirnya Batman.
Sutradara Matt Reeves menulis naskah yang terstruktur dan rapi bersama dengan Peter Craig dalam menceritakan bagaimana Batman mencoba memecahkan teka-teki yang terus dikirimkan padanya.
Film The Batman bisa dibagi menjadi tiga bagian. Di bagian pertama, kita diperkenalkan dengan Batman muda (Robert Pattinson), yang aksi-aksinya sudah berhasil menebar ketakutan bagi para penjahat di Gotham.
Terlihat di sini, Bruce Wayne masih ‘serabutan’ dalam menjalankan dualisme hidupnya. Kemampuan deduksinya pun masih menyisakan satu dua kesalahan.
Beberapa adegan aksi Batman melawan penjahat sengaja ditampilkan sangat gritty dan realistis. Batman tampil sangat manusiawi, yang kadang maneuvernya tidak selalu mulus.
Bruce Wayne masih dalam proses pencarian jati diri dan belum berdamai dengan masa lalu. Beban dan traumanya belum sepenuhnya hilang.
Sosok Batman yang kerap membela kaum tertindas malah menciptakan sentimen negatif dari Kepolisian. Untung, Kapten James Gordon (Jeffrey Wright) memercayai dan kerap meminta bantuannya.
Bagian pertengahan film ini kental sekali dengan elemen thriller yang kuat. Matt Reeves menyajikan lapisan misteri yang mencekam.
Dimulai dari rentetan pembunuhan sadis yang menimpa tokoh-tokoh penting Gotham hingga adegan olah TKP yang detil. Hal ini memberikan rasa baru yang berbeda dari film-film Batman terdahulu.
Bagian ketiga memberikan klimaks akbar megah khas film superhero tanpa kehilangan tema utamanya, yaitu kisah awal Batman dan sosok Bruce Wayne yang menemukan tujuan hidupnya lagi.
The Batman Menurut Sutradara
Sesungguhnya, ada beban tersendiri bagi setiap sutradara yang menggarap film baru Batman. Setelah berpindah tangan dari naskah yang dibuat Ben Affleck dulu, kini beban tersebut jadi milik Matt Reeves.
Sutradara ini memang sudah beberapa kali terbukti berhasil menggarap film aksi yang sangat stylish dan berbobot. Misalnya film Cloverfield, Dawn of the Planet of the Apes dan War of the Planet of the Apes.
Apa yang membedakan The Batman dengan film-film Blockbusters lainnya? Matt Reeves menyampaikan langsung pendapatnya.
Ia mengatakan bahwa selama ini film-film berbujet besar memberikan pertunjukan yang bisa dinikmati penonton dengan jarak aman. Ia ingin menghilangkan pakem tersebut.
Yang hendak ia berikan di The Batman justru adalah pengalaman langsung, seolah penonton sedang berada bersama-sama para karakternya. Tidak ada lagi jarak aman untuk sekadar mengobservasi.
Adegan-adegan yang ia sajikan sangat brutal, berjarak dekat dan penonton bisa langsung merasakan konsekuensinya. Ketegangan dan pergerakan kamera bisa dirasakan dengan jelas.
Penonton akan merasakan kaitan emosi yang kuat karena mereka ‘berada’ di tengah-tengah kekacauan tersebut dan dipaksa untuk mempertanyakan apakah tindakan-tindakan ini sesuai moral atau tidak.
Wajah Baru dibalik Topeng
Fans Batman harus berkali-kali beradaptasi dengan pemerannya karena tokoh ini paling banyak mengalami pergantian pemain. Tercatat ada sembilan aktor yang sudah memerankan Batman live action.
Robert Pattinson yang sebelumnya terkenal karena membintangi Twilight dan Harry Potter membuktikan ia mampu menjadi Bruce Wayne versinya sendiri. Ia mewakili Batman muda yang muram, tertutup, cerdas, teliti, dan tentunya tetap badass dalam bertarung.
Emosi yang dibangun Pattinson berhasil ditunjukkan dengan sangat baik. Bruce yang masih penuh rasa bersalah dan dendam sulit menyampaikan isi hatinya.
Apalagi terhadap Alfred (Andy Serkis) yang sangat ia sayangi tapi sulit untuk ia akui. Hubungan mereka yang terlihat dingin di luar sebenarnya sangat kompleks di dalam.
Begitu juga saat ia berkenalan dengan Selina Kyle (Zoe Kravitz) yang misterius. Selina berani menarik Bruce keluar dari cangkangnya dan seolah mengajarinya untuk mulai memercayai orang lain lagi.
Penampilan Paul Dano sebagai The Riddler perlu diberikan empat jempol. Dano yang memang salah satu aktor watak terbaik yang dimiliki Hollywood saat ini.
Paul Dano tampil gemilang, menyajikan performa yang luar biasa. Ia meledak-ledak, sinting, menakutkan dan sulit dilupakan.
Colin Farrell juga tampil meyakinkan sebagai Oswald ‘Oz’ alias Penguin dan John Turturro nyaris tidak dikenali sebagai pemimpin mafia Carmine Falcone.
Penutup
The Batman tampil menghibur khas film-film genre crime bergaya neo-noir. Penceritaannya disajikan dengan sangat rapi, detil, memanfaatkan durasi 180 menit untuk membangun plot dan struktur cerita.
Sinematografinya sangat megah dan stylish. Sama megahnya dengan scoring musik karya Michael Giacchino, yang berhasil memberi momentum pas saat mengiringi beratnya suara langkah kaki Batman di setiap kemunculannya.
Film yang kelam, realistis dalam cerita yang mencengkram perhatian, tapi tetap epic dan memuaskan. Kemungkinan besar akan ada sekuelnya jika dilihat dari kesimpulan akhir.
Sudah siap untuk nonton The Batman, gengs? The Batman tayang serentak 2 Maret 2022 di seluruh bioskop-bioskop tanah air.