Dwayne Johnson sudah beberapa kali menerima tawaran dari Warner Brothers untuk bergabung di semesta DC Comics. Johnson pernah mengatakan bahwa ia hanya mau bermain sebagai Black Adam.
Sebagai penggemar berat komiknya sejak kecil, The Rock memang terlihat sudah punya visi dan misi yang kuat tentang versi Black Adam yang ingin ia perankan.
Pada bulan September 2014, Dwayne Johnson akhirnya resmi dipilih sebagai Black Adam. Awalnya, ia akan muncul sebagai villain dalam film Shazam!.
Namun, karena reputasi Dwayne Johnson yang sangat baik dan dianggap sebagai jaminan box office, WB memutuskan untuk membuatkan film Black Adam secara terpisah.
Naskah awal film ini ditulis oleh Adam Sztykiel di bulan Oktober 2017, tapi setelah rencana rilis diundur di tahun 2020, terjadi penulisan naskah ulang oleh Rory Haines dan Sohrab Noshirvani.
Pemilihan sutradara akhirnya jatuh pada Jaume Collet-Serra. Akan tetapi, campur tangan Dwayne Johnson sebagai produser sangat terasa di dalam film ini.
Johnson sepertinya memang sudah tahu pasti apa yang ia inginkan untuk mewujudkan Black Adam. Ia juga memiliki ambisi untuk menjadikan film ini sebagai tombol reset untuk semesta DCEU.
Sushi akan memberikan review Black Adam ini untuk kamu baca sebelum kamu-kamu menonton filmnya di bioskop. Seperti apa keseruan filmnya The Rock yang baru ini? Kita simak yuk review Black Adam!
Sinopsis
Sebuah legenda tentang mahkota yang memiliki kekuatan besar sudah hidup selama ribuan tahun di sebuah kota bernama Kahndaq. Pada tahun 2600 SM, mahkota itu diciptakan oleh Ahk Ton.
Ia adalah seorang raja lalim di Kahndaq, yang meminta kekuatan dari iblis bernama Sabbac. Usahanya dihentikan oleh seorang budak yang diberikan kekuatan Shazam oleh para penyihir.
Sang budak, Teth Adam, dan mahkota itu terkubur selama lima ribu tahun. Sampai akhirnya seorang arkeolog, Adrianna Tomaz, mengambil mahkota tersebut dan membangunkan Teth Adam.
Lima ribu tahun kemudian, Kahndaq dikuasai oleh sekelompok tentara bayaran kejam yang bernama Intergang. Mereka menjajah kota itu dan juga penduduknya.
Seth Adam yang bangun dari tidur lamanya menyadari kalau ia memiliki kekuatan yang luar biasa. Ia menggunakannya untuk melawan Intergang, tapi dengan cara yang kurang bijaksana.
Hal ini menarik perhatian Amanda Waller, pemimpin Task Force X. Ia lalu meminta tim Justice Society untuk menangani dan menangkap Teth Adam.
Titik Tolak Baru Masa Depan DCEU
Dwayne Johnson memang dikenal sangat menghargai para penggemarnya. Ia juga banyak mendengarkan masukan fans DC yang menginginkan kepastian akan masa depan DCEU.
DCEU (DC Extended Universe) dimulai sejak film Man of Steel. Namun, produksinya sering dihadang konflik karena WB terlalu berambisi untuk menyaingi MCU.
Perencanaan yang seringkali tidak matang membuat kelanjutan DCEU tidak jelas. Dwayne Johnson berniat untuk menjadikan film superheronya ini menjadi titik tolak baru semesta DCEU.
Film Black Adam sendiri, sejak dirilis, mendapatkan sambutan meriah dengan angka box office domestik terbesar dalam karir Dwayne Johnson. Walau para kritikus film berbeda pendapat, filmnya tetap laris.
Selamat Datang Justice Society
Di dalam film Black Adam, kita diperkenalkan dengan tim Justice Society. Tim ini serupa dengan Justice League, tapi sejarahnya jauh lebih tua.
Para anggota Justice Society yang diperkenalkan di film ini adalah Doctor Fate (Pierce Brosnan), Hawkman (Aldis Hodge), Atom-Smasher (Noah Centineo), dan Cyclone (Quintessa Swindell).
Mereka dihubungi oleh Amanda Waller (Viola Davis) yang merasa Black Adam bisa menjadi ancaman jika tidak cepat dikendalikan. Black Adam sangat kuat, mengalahkan semua adiwira yang ada di bumi.
Walau karakter-karakter yang tampil di film ini semuanya baru (yang pernah muncul di film), tapi film ini cukup berhasil memberikan pengantar yang menarik untuk penonton.
Dipimpin oleh aktor senior Pierce Brosnan yang tampil sangat keren, chemistry antar anggota tim JS bisa terbangun dengan baik. Rata-rata para karakter ini langsung mengundang simpati.
Aksi Megah Minim Makna
Citra ikon bintang aksi memang sulit sekali dilepaskan oleh Dwayne Johnson. The Rock secara fisik memang pantas sekali memerankan Black Adam.
Dwayne Johnson, walau dari segi kualitas akting masih sama saja seperti dulu, memang terlihat sangat siap dan sepenuh hati memerankan karakter Teth Adam.
Koreografi adegan-adegan aksinya sangat megah dan bombastis. Set latar Kahndaq memang didesain untuk memberikan tontonan aksi yang maksimal bagi penonton.
Scoring musik yang pas dan sesuai juga berhasil menambah suasana seru di setiap adegan aksi. Pemilihan beberapa lagu yang tidak asing di telinga juga menggugah emosi penonton.
Apalagi waktu Black Adam menghadapi gempuran para anggota Justice Society dan mereka saling bertarung adu kekuatan. Sekali lagi kehancuran massal terjadi di kota Kahndaq.
Aksi Cyclone yang bisa memanipulasi udara dengan gelombang penuh warna yang berputar sangat cantik dan berkesan. Begitu juga dengan kostum Hawkman dan Doctor Fate yang terlihat mewah.
Walau adegan-adegan aksinya memang seru, tapi film ini memang terasa ‘kosong’ saja. Makna dan pesan cerita memang biasanya bukan hal penting dalam film genre ini.
Tema Anti Imperialis Yang Klise
Sutradara Jaume Collet-Serra secara maksimal menonjolkan peran Black Adam sebagai adiwira terkuat di planet bumi. Kekuatannya memang luar biasa, sampai kadang terlalu berlebihan.
Misalnya, Black Adam digambarkan lebih suka menghancurkan tembok untuk pindah ruangan daripada menggunakan pintu. Hal ini lumrah dilihat di film-film superhero sejenis.
Premisnya yang mengusung tema imperialisme yang masih ada di muka bumi sesungguhnya bisa menjadi lebih menarik. Namun, lini cerita ini sangat lemah eksekusinya.
Konflik antara Black Adam dengan pasukan tentara Intergang sebenarnya bisa dieksplorasi lebih dalam. Akan tetapi, penduduk Kahndaq yang tertindas di sana terasa seperti tempelan saja.
Penyerangan Justice Society ke markas Intergang juga terlalu sederhana. Rencana-rencana besar yang biasanya butuh waktu untuk dibangun terlihat mudah saja diwujudkan.
Bahkan, adegan pertarungan puncak antara Black Adam (yang di film ini masih dipanggil Teth Adam) dengan Sabbac terasa terlalu singkat dan anti-klimaks.
Kekuatan Akting yang Tidak Seimbang
Dwayne Johnson mungkin tidak terlalu memerlukan bakat akting yang mumpuni. Sosoknya saja sudah karismatik dan memang pas sebagai Black Adam.
Aktris Sarah Shahi cukup bagus sebagai Adrianna sang arkeolog. Beberapa percakapan antara Atom Smasher dan Cyclone yang dimaksud sebagai penyegar sayangnya terdengar dipaksakan.
Begitu juga dengan akting dari aktor cilik Bodhi Sabongui sebagai Amon, anak Adrianna. Di beberapa adegan, ia tampil cukup bagus dan lucu.
Sayang, di adegan penting seperti saat ia menyemangati warga Kahndaq, justru cara berbicara dan volume suaranya terdengar seperti orang yang sedang memesan makanan cepat saji di telepon.
Untungnya, kehadiran Aldis Hodge sebagai Hawkman dan Pierce Brosnan sebagai Doctor Fate bisa menutupi semua kekurangan yang lain. Mereka sangat keren dan simpatik.
Aktor legendaris Pierce Brosnan sebagai Kent Nelson alias Doctor Fate benar-benar menjadi penyatu dan pemimpin keseluruhan tim. Karisma mantan James Bond ini masih sangat kuat.
Kesimpulan
Black Adam adalah film superhero yang sedikit berbeda karena mengusung anti-hero sebagai tokoh utamanya. Adegan-adegan aksinya megah. Tidak tanggung-tanggung dan memuaskan.
Bagi penonton yang memang ingin mencari hiburan yang seru dan asyik, film ini sangat pas dan berhasil memberikan hiburan ringan yang memanjakan mata.
Walau banyak kekurangan dan banyak dialog yang klise, narasi Black Adam di film ini sudah cukup baik untuk memberikan perkenalan yang pantas kepada para tokoh DC Comics yang baru ini.
Black Adam memang berhasil menjadi penyambung yang membawa harapan menyegarkan untuk kelangsungan masa depan rencana DCEU mendatang.
Oh ya, jangan keluar dulu sebelum mid-credits ya, ada kejutan yang menghebohkan buat kalian para DC mania.
Black Adam sudah dirilis di seluruh bioskop kesayangan kamu. Seru banget untuk ditonton lho, gengs!