Film biopic Buya Hamka adalah salah satu film yang terimbas pandemic Covid-19 sehingga mengalami pengunduran jadwal tayang cukup lama.
Ide awal pembuatan film ini sudah dimulai sejak 2015, sebagai hasil gabungan kerjasama Majelis Ulama Indonesia dengan Starvision Plus.
Starvision Plus dan Falcon Pictures, selaku PH yang bekerja sama dalam memproduksi film ini mengambil risiko cukup besar untuk bertahan tidak melepas film ini ke platform OTT.
Keteguhan keputusan produser untuk tetap menunggu momen yang tepat untuk merilis film ini di bioskop terbayarkan.
Melihat animo masyarakat Indonesia yang sangat besar, membuktikan kalau keputusan menunda tayang film ini hingga keadaan kondusif memang tepat.
Apalagi, selain ada nama sutradara Fajar Bustomi yang sukses menggarap film Dilan, film ini juga bertabur bintang-bintang ternama Indonesia.
Sushi sudah menyiapkan review film Buya Hamka: Perjalanan Panjang Biopic Megah ini untuk bekal kamu sebelum menonton filmnya, 20 April 2023 mendatang.
Seperti apa film Buya Hamka yang sudah lama ditunggu ini? Simak ulasan Buya Hamka: Perjalanan Panjang Biopic Megah dari Sushi khusus untuk kalian.
Terbagi Tiga Volume
Perjalanan hidup seorang Buya Hamka memang panjang. Tokoh yang namanya merupakan singkatan dari Haji Abdul Malik Karim Amrullah ini memiliki multi-identity.
Tidak mungkin menyebut Hamka sebagai satu profesi saja. Ia bukan hanya seorang guru, ustad, dan ulama. Ia juga seorang wartawan, perintis kemerdekaan dan negarawan.
Walau demikian, Hamka sebenarnya lebih suka dikenal sebagai penulis dan sastrawan. Tulisan-tulisan Hamka sendiri berada di satu genre eksklusif yaitu pujangga Islam.
Untuk menceritakan kehidupan Hamka secara lengkap dan konklusif membutuhkan waktu yang cukup panjang. Karena itu film ini dibagi menjadi tiga volume.
Agak tidak biasa, volume pertama dimulai justru saat Hamka sudah menjadi pemimpin Muhammadiyah di tahun 30-an.
Ia lalu pindah ke Medan karena mendapat tawaran menjadi pemimpin redaksi koran Pedoman Masyarakat.
Volume kedua akan memusatkan periode di mana Hamka mulai fokus sebagai ulama setelah ia difitnah dan ditahan oleh Soekarno pada gejolak politik tanah air di tahun 60-an
Baru di volume ketiga, kisah akan mulai dari awal. Tentang masa kecil Hamka, konfliknya dengan sang ayah, dan hal-hal yang memicu dirinya untuk menuntut ilmu agama sedalam-dalamnya.
Kekuatan Naskah Sarat Pesan
Naskah yang ditulis awalnya oleh Cassandra Massardi lalu dirampungkan oleh Alim Sudio diperoleh setelah periode riset yang cukup lama.
Tapi hasilnya, naskah ini berhasil merangkum kecintaan Hamka terhadap agamanya, negrinya, kemanusiaan, dan keluarganya.
Cara berpikir Hamka yang mengedepankan ilmu dan akal sebagai landasan keislamannya adalah poin penting yang terasa kuat dalam film ini.
Film ini digagas sejak tahun 2015 dan sejak itu pengumpulan data dan riset mulai dilakukan. Karena itu, jalannya cerita memiliki akurasi yang tinggi dan memiliki detail yang rapi.
Contohnya, dari hal-hal kecil seperti cara Hamka mengetik dengan dua jari saja, hingga menu makanan kesukaan Hamka yang dihidangkan sangat akurat sesuai kesaksian keluarganya.
Begitu pula dengan interaksi Hamka dengan istrinya yang selalu mesra, dengan anak-anaknya yang hangat, dan sebagai pemimpin yang dihormati dan dikagumi anak buah.
Etos kerja Hamka digambarkan bersama selipan kutipan-kutipan terkenal Hamka yang memang tidak asing di telinga masyarakat Indonesia.
Production Value yang Tinggi
Proyek ambisius ini memakan bujet yang fantastis. Film Buya Hamka diduga menjadi film dengan biaya produksi termahal sepanjang sejarah produksi film nasional.
Dengan bujet 70 miliar rupiah, hasilnya bisa dilihat dari set produksi yang luar biasa. Misalnya set kapal kuno, kincir air beserta surau yang benar-benar bisa digunakan.
Kostum gaya berbusana dan perlengkapan berlatar tahun 30-an hingga 70-an juga terlihat otentik. Demikian juga dengan rumah tinggal Hamka yang berlokasi di Medan, Padang Panjang, dan Jakarta.
Bahkan, beberapa foto asli dokumen sejarah pun berhasil direka ulang secara akurat. Kronologi periode kehidupan Hamka muda hingga masa tuanya juga diberi sentuhan dokumenter.
Yang juga menonjol dalam film ini salah satunya adalah make-up. Prosthetic yang digunakan memakan waktu pembuatan selama tiga bulan dan melalui beberapa kali tes.
Selain itu, scoring megah gubahan maestro Purwacaraka yang direkam orkestra di Praha sangat tepat mengiri gambar-gambar indah sinematografi film ini.
Penjiwaan Total Para Pemain
Sejak diumumkan bahwa Vino G Bastian akan memerankan Hamka dan Laudya Cynthia Bella akan memerankan Siti Raham, tantangan berat sudah dimulai bagi kedua aktor dan aktris ini.
Film ini juga merupakan ajang reuni dari kedua aktor dan aktris utamanya. Vino dan Laudya pernah beradu akting di film Talak Tiga.
Walau keduanya memiliki darah Minang, tapi Vino dan Bella harus menjalani latihan dialek Minang. Vino bahkan juga belajar melafalkan bahasa Arab selama dua bulan.
Cara Vino membawakan perannya sebagai Hamka harus diberi apresiasi khusus. Vino, sebagai salah satu aktor watak terbaik Indonesia, secara total menghadirkan sosok Hamka.
Akting Vino dalam film ini berhasil membuat penonton melupakan sejenak identitas Vino dan hanya melihat sosok Hamka di layar.
Padahal, banyak aspek yang harus diinterpretasikan sendiri oleh Vino, karena dokumentasi yang tersedia saat Hamka berbicara, bergerak, dan bertutur cukup terbatas.
Namun, Vino memilih untuk memusatkan pembawaannya lebih dalam, yaitu menyelami pemikiran Hamka melalui karya-karyanya dulu.
Sehingga performanya sebagai Hamka tidak hanya mengandalkan tampilan fisik saja.
Sedangkan Bella menggunakan esensi Siti Raham dari segi ketangguhan, ketabahan, dan kesabaran seorang perempuan yang menjadi pilar kokohnya keluarga Hamka.
Ibu yang penuh kasih sayang sekaligus istri yang tahan banting didera berbagai badai cobaan, tapi tetap bisa menjadi rumah yang hangat dan pelindung utama bagi sang suami.
Aktor Donny Damara, walau dalam volume satu ini belum banyak peranannya, tampil mencuri perhatian dengan logat Minangnya yang fasih dan aktingnya yang meyakinkan sebagai ayah Hamka.
Film ini sarat dengan bintang-bintang papan atas Indonesia. Selain Vino dan Laudya, film ini juga dibintangi antara lain oleh Donny Damara, Desy Ratnasari, Mathias Muchus, Anjasmara, Marthino Lio, Ben Kasyafani, Ayu Laksmi, Ferry Salim, dan Reza Rahadian
Penyutradaraan Dari Hati
Sejak awal, sutradara Fajar Bustomi mengaku bahwa dirinya memiliki ikatan batin yang dekat dengan Buya Hamka.
Walau tidak pernah bertemu langsung, Fajar sudah banyak membaca karya-karya Hamka. Hal ini menginspirasinya untuk menyutradarai film dengan semangat murni dari hati.
Sosok Hamka yang kompleks dan unik sebenarnya akan sulit ditampilkan jika sang sutradara tidak menangkap esensi yang sebenarnya dari sosok Hamka.
Keinginan Fajar untuk menonjolkan pemikiran-pemikiran Hamka, yang walaupun hidup di masa lalu tapi tetap relevan hingga masa kini, ia tujukan untuk mengedukasi generasi baru.
Karena itu, nilai-nilai tersebut tidak ada yang luput diikutsertakan Fajar di dalam film ini. Aspek beragama yang berdasarkan akhlak mulia adalah esensi sikap Hamka dalam berislam.
Sosok Hamka arahan Fajar Bustomi bukan hanya akurat dari segi sejarah dan memori, tapi juga bisa menjadi suri tauladan bagi generasi penerus yang belum mengenal sosoknya.
Kesimpulan
Bagi beberapa orang, penceritaan di volume pertama ini mungkin terasa agak lamban dan minim konflik.
Tapi hal itu diperlukan untuk membangun fondasi cerita yang akan dilanjutkan lebih intens di volume dua dan tiga.
Memang sangat banyak fragmen yang membentuk kehidupan Buya Hamka, sehingga sulit untuk memadatkannya demi tempo yang lebih cepat.
Secara keseluruhan, Buya Hamka volume satu merupakan awal yang kuat sebagai pembuka kisah biopic.
Sosok Hamka sebagai tokoh nasional bukan hanya sebagai pahlawan nasional, tapi juga ulama besar dan sastrawan yang memberikan pengaruh begitu besar kepada negri ini.
Karya-karya, ajaran, dan pemikiran-pemikiran Buya Hamka yang progresif sejak awal masih bisa dijadikan panutan dan pedoman bahkan di zaman modern seperti sekarang.
Buya Hamka Volume Satu akan tayang serentak di bioskop-bioskop tanggal 20 April 2023 untuk mengisi libur lebaran kalian. Jangan lupa ditonton ya, gengs!