Pixar, anak perusahaan animasi milik raksasa industri film, Walt Disney Company, kembali dengan genrakan baru. Kali ini, yang diangkat adalah binatang imut panda merah.
Disutradarai oleh Domee Shi, kisah tentang panda mungil asal ini dipadukan dengan hubungan anak dengan ibunya, nilai-nilai kekeluargaan dan hikayat leluhur kuno. Sebuah drama keluarga khas Disney.
Mungkin, hanya Pixar Disney yang sampai kepikiran memakai ide panda merah dengan bumbu dinamika pubertas anak remaja. Walau berlatar di Toronto, film Disney terbaru ini bercerita tentang legenda Cina.
Di Indonesia, sayang sekali Turning Red tidak dirilis lewat bioskop. Padahal, film ini pasti akan lebih megah jika dilihat di layer lebar.
Ada 5 fakta menarik dari animasi terbaru Turning Red ini. Semuanya adalah hal-hal positif tentang film ke-25 produksi Pixar ini.
Apa saja 5 fakta menarik animasi terbaru Turning Red yang sudah bisa kamu tonton di platform Disney+ Hotstar tersebut? Kita mulai yuk, gengs!
Sinopsis Turning Red
Mei Lee adalah gadis berusia 13 tahun yang ‘sempurna’. Bukan hanya prestasi akademis yang ia raih cemerlang, ia juga sangat rajin, berdedikasi tinggi dan sangat mengabdi pada keluarganya.
Keinginan, permintaan, ambisi, dan impian ibunya selalu Mei Lee usahakan agar terwujud. Tujuan hidupnya selama ini adalah untuk menyenangkan hati dan membuat bangga ibunya.
Hal itu berubah saat suatu pagi, Mei Lee berubah menjadi seekor panda merah. Keluarga Mei Lee memang selama ini memuja roh panda merah yang begitu disayangi oleh nenek moyang mereka.
Keluarga Mei Lee mengelola kuil yang didedikasikan untuk roh panda merah. Hal ini karena nenek moyang Mei Lee menurunkan kekuatan roh panda merah ke setiap anak perempuan dalam keluarga.
Mei Lee kini harus berjibaku dengan dualisme identitasnya. Saat ia berwujud panda merah, Mei Lee malah bisa menjadi dirinya sendiri.
Teman-temannya pun menyukainya saat ia berubah menjadi panda merah. Namun, orang tua Mei Lee menyuruhnya untuk melakukan ritual agar roh panda tersebut terkunci dan tidak keluar lagi.
Akibat banyaknya aturan dan larangan yang dibuat ibunya, Mei Lee sesungguhnya sangat terkekang. Ia terpaksa banyak berbohong dan menunjukkan wajah palsu di hadapan orang tuanya.
Apakah ia harus melepaskan roh panda merahnya dan kembali menjadi dirinya yang dulu? Atau ia akan mempertahankan roh itu demi menjadi dirinya sendiri?
Animasi Canggih dan Penuh Warna
Hal pertama yang menonjol dari Turning Red adalah palet warnanya. Mata kita dimanjakan dengan warna-warni cantik yang cerah dalam menggambarkan kawasan Pecinan di Toronto, Kanada.
Pixar juga membuktikan bahwa mereka adalah studio animasi dengan teknologi tercanggih saat ini. Gambar animasi Turning Red sangat halus, hingga ke serat-serat rambut hingga tekstur obyeknya.
Musik yang mengiringi film animasi ini juga sangat pop dan catchy. Digubah oleh penyanyi Billie Eilish dan Finneas O’Connell, dengan tepat menyajikan musik boyband tahun 2000-an.
Selain itu, animasi ini juga menjadi animasi pertama Pixar yang disutradarai oleh sutradara perempuan non kulit-putih. Turning Red adalah film ke-5 Pixar dengan tokoh utama perempuan.
Sebelumnya ada Brave (2012), Inside Out (2015), Finding Dory (2016), dan The Incredibles 2 (2018). Brave adalah animasi Pixar pertama sebelum yang disutradarai oleh sutradara perempuan.
Turning Red sendiri terinspirasi dari pengalaman pribadi sutradara Domee Shi yang sempat tinggal di Toronto pada awal tahun 2000-an. Tahun kisah Turning Red diceritakan terjadi pada tahun 2002.
Kental Tentang Hubungan Rumit Ibu-Anak
Pada intinya, Turning Red bercerita tentang proses kedewasaan, atau yang lebih sering disebut dengan istilah coming of age. Tema ini tentunya pernah, atau akan dirasakan oleh semua remaja.
Ibu Mei Lee yang sangat disiplin dan perfeksionis memang digambarkan kaku dan sangat tidak fleksibel di awal. Walau demikian, karakternya tetap simpatik dan jelas sangat menyayangi Mei Lee.
Mei Lee tahu bahwa ibunya hanya menginginkan yang terbaik untuknya. Karena itu, sering ia mengorbankan keinginan pribadinya demi menyenangkan hati ibunya.
Sebuah sikap yang pasti banyak dialami anak-anak remaja dengan ibu mereka di kehidupan nyata. Rasa saying bercampur dengan keterpaksaan untuk memuaskan orang tua.
Karakter orang tua Mei Lee juga mewakili banyak karakter orang tua Asia. Jika salah satu orang tua sudah sangat keras, yang lainnya otomatis melembut, seperti Ayah Mei Lee yang lebih supportif.
Kisah ini secara pas dan tidak berlebihan menggambarkan tipikal orang tua (terutama Asia). Walau menyayangi anak mereka, sangat menuntut agar anak-anaknya sukses sesuai standar mereka.
Metafora Pubertas Yang Mudah Dicerna
Mei Lee adalah gadis berusia 13 tahun. Usia ini adalah perbatasan antara usia kanak-kanak dan remaja, dengan berbagai perubahan dalam prosesnya.
Film ini berhasil menggunakan metafora munculnya roh panda merah pada Mei Lee itu sebagai perwakilan dimulainya pubertas. Karena remaja memang mengalami berbagai transformasi di masa ini.
Misalnya, saat Mei Lee histeris saat menjadi panda merah untuk pertama kalinya, reaksi pertama ibunya adalah mengira Mei Lee mendapatkan haid pertamanya. Dan ini berlanjut ke perubahan-perubahan lain.
Tiap Mei Lee merasakan emosi meledak-ledak, baik amarah, bahagia atau cemas, roh itu keluar dan mengubahnya menjadi panda merah. Pas sekali untuk menggambarkan perasaan remaja puber.
Mei Lee harus mengendalikan si panda merah dengan menenangkan diri. Hal ini mewakili naik turun mood dan perasaan masa pubertas remaja yang memang sulit untuk dikendalikan.
Persahabatan dan pencarian jati diri juga disampaikan dengan pas dalam film ini. Karakter Mei Lee dan teman-temannya digambarkan sangat lucu dan menggemaskan.
Interaksi mereka disajikan dengan mulus dan asyik. Seperti melihat para remaja tanggung yang cekikikan di mall dengan segala ekspresi eksperimental mereka.
Sulitnya Menjadi Orang Tua
Film Turning Red juga mengandung pesan penting bagi semua orang tua. Mengatur, melarang, dan menuntut dengan cara berlebihan hanya akan membebani anak-anak baik fisik maupun mental.
Yang dikhawatirkan, karena tidak mau mengecewakan orang tua, anak-anak malah akan memilih untuk menutup diri, tidak mau menunjukkan siapa diri mereka.
Yang paling menakutkan adalah, mereka akan mulai berbohong demi mendapatkan apa yang sebenarnya mereka inginkan karena takut dimarahi dan tidak disetujui orang tua.
Menjadi orang tua ideal adalah orang tua yang bisa menyukai yang anak-anak sukai. Bisa memberi dukungan dan kerap mau berdiskusi dengan pikiran terbuka.
Tentu saja, dukungan diberikan selama anak-anak masih menyukai dan melakukan hal-hal yang wajar dan tidak melanggar aturan. Memaksakan aturan kolot umumnya akan dibalas dengan perlawanan.
Segala sesuatu yang terlalu kaku dan kolot akan mudah patah dan hancur jika ada guncangan sedikit saja. Harus dihadapi bahwa hidup itu adalah proses kedewasaan.
Dalam proses tersebut, manusia harus selalu menyediakan ruang untuk perubahan. Perubahan, yang baik ataupun buruk, pasti akan terjadi.
Penutup
Turning Red memiliki pesan yang mewakili jiwa dan semangat anak-anak tanggung yang sudah kepingin sekali dianggap dewasa tapi masih belum lepas dari jiwa kanak-kanak mereka.
Semua anak remaja atau yang beranjak remaja membutuhkan empat hal: didengar, dimengerti, didukung, dan disayang. Itu saja. Mereka tidak minta lebih.
Sayang, justru itu yang sering diabaikan oleh para orang tua. Kadang orang tua terlalu fokus dalam usaha mereka untuk melindungi dan memberikan yang terbaik bagi anak-anaknya.
Akan tetapi, jangan sampai usaha-usaha ini malah menjauhkan hubungan anak dengan orang tua. Jangan sampai kasih sayang yang hendak disampaikan menjadi kekangan dan beban.
Semuanya harus seimbang. Tidak mudah, tapi bisa dilakukan. Karena semua orang tua pasti pernah juga jadi remaja kan?
Setelah mengetahui beberapa fakta menarik Turning Red, film ini sudah bisa kamu saksikan per tanggal 11 Maret 2022 di Disney+ Hotstar.