Review The Falcon and The Winter Soldier: Bayang-Bayang Sang Veteran

Hai semuanyaaa!

Kembali lagi bersama Vian di sini, membahas film seri berikutnya dari MCU yang berjudul The Falcon and The Winter Soldier.

Setelah tiga bulan lalu dimanjakan dengan sihir-sihir dan koreografi aduhai mbak Wanda, kali ini giliran MCU kembali memanjakan kita dengan pertunjukan aksi yang pastinya digemari cowok-cowok nih. Eits! Nggak cuma cowok aja sih kayaknya, cewek-cewek pun disuguhi hal-hal yang bikin mereka fangirling melihat Joaquin Torres dan Mas Bekti Bucky Barnes.

Gimana nggak fangirling? Bucky baru muncul eh cuma pakai selimut doang kayak gini:

Cewek-cewek netizen:

Jadi, The Falcon and The Winter Soldier adalah serial yang menceritakan perjalanan Sam Wilson dan Bucky Barnes dalam mempertahankan shield yang diwariskan oleh Steve Rogers setelah pensiun. Juga sebagai kisah perjalanan seorang karakter, dalam memengang jabatan sebagai Captain America berikutnya.

Dalam episode pertama serial ini, kita disuguhi adegan aksi Sam dan Joaquin dalam misi penyelamatan Captain Vasant dari tangan Georges Batroc; pembajak kapal S.H.I.E.L.D yang sempat menjadi villain di Captain America: The Winter Soldier. Banyak yang bertanya “bagaimana Batroc bisa bebas setelah penangkapannya di film sebelumnya?” namun belum ada penjelasan yang signifikan, dan nasib Batroc juga belum jelas setelah jatuh ke dalam ngarai.

Lalu apa yang menarik dari serial petualangan Sam dan Bucky ini? Kita ulas satu-satu yuk!

Avengers Tanpa ‘Kehidupan Seorang Pemenang’

Layaknya The Victors seperti Katniss Everdeen dalam saga The Hunger Games, kehidupan Sam Wilson sebagai The Falcon amat sangat berbeda pasca tragedi blip dalam momen Endgame.

Selama ini, kita semua berpikir menjadi seorang Avengers pastilah mengasyikan; memiliki kekuatan/keahlian khusus yang keren seperti Wanda, mendapatkan jaminan kehidupan yang layak, terkenal di mana-mana melebihi seorang diva, dan hidup yang dilindungi oleh Pemerintah.

Nyatanya, yang dialami Sam dan keluarga amatlah berbanding terbalik dari bayangam kita. Adiknya harus berjuang sendirian selama lima tahun tanpa Sam sebagai tulang punggung, hingga hampir saja menjual kapal warisan satu-satunya milik keluarga Sam. Pun begitu ketika akan melakukan pinjaman dan keringanan pada pihak bank, menyandang gelar ‘Avengers’ tidak menjamin kamu akan mudah mendapatkan hak hidup seorang pejuang.

Lain Sam, lain pula yang dijalani Bucky. Selepas dari perawatannya di Wakanda, Bucky menjalani terapi psikiatri dari Pemerintah–yang menurutku tidak membuat sembuh, malah berpotensi membuatnya kambuh kembali. Sebagai penonton yang juga mempelajari psikologi, terapi psikiatri tersebut tergolong kurang masuk akal bagiku.

Cara yang dilakukan Dr. Christina Raynor mungkin tergolong terapi penyembuhan dengan metode pengendalian trauma, namun semakin Bucky berusaha jujur dengan apa yang ia rasakan dan mimpi buruknya, Christina semakin ‘menekannya’ dan tidak memberikan kelonggaran kepada Bucky.

Jelas, ketika Bucky dapat memilih, tentunya ia akan lebih memilih perawatan di Wakanda yang lebih canggih dengan suasana yang damai. Suasana yang semakin menerima ia dan masa lalu kelamnya, tanpa perlu menghakimi apapun tidakan Bucky. Sebagai penderita kesehatan mental setelah pencucian otak oleh Hydra, tentunya orang seperti Bucky membutuhkan adaptasi yang panjang dan penuh kesabaran. Karena dalam opiniku, ‘penebusan dosa’ yang tidak dipercaya oleh sang psikiater sendiri, hanya akan melahirkan bibit baru seorang psikopat yang jauh lebih berbahaya.

“Terasa Seperti Milik Orang Lain”

Steve Rogers sang Captain America adalah sebuah peran, jabatan, dan sosok yang tidak mudah kita lupakan begitu saja, juga sudah melekat erat dengan Chris Evans sebagai aktornya. Sarah (Halley) Finn si pengarah peran dalam MCU, bagaikan seorang Dewi dan sosok besar yang memiliki tingkat kejelian khusus dalam memilih aktor aktris yang akan memerankan karakter.
Sejauh ini, aktor dan aktris pilihan Sarah Finn selalu cocok memerankan karakter yang mereka mainkan. Sarah seakan melihat bahwa mereka yang terpilih olehnya, memiliki kehidupan dan watak serupa dengan karakter yang mereka mainkan. ‘Ya itu memang mereka di dunia nyata’ begitulah singkatnya.

Saat Steve Rogers yang sudah menua memberikan perisainya kepada Sam, kita sebagai fans berpikir bahwa sebuah impian baru yang akurat dengan komiknya menjadi kenyataan. Tetapi jalan yang diinginkan MCU dalam menempa seorang karakter, tidaknya semudah mengubah piring menjadi mainan ufo. Tidak segampang itu.

Veteran seperti Steve, juga jabatan Captain America tentunya membawa dampak yang besar bagi Sam dan kehidupan pribadinya. Selama perisai itu masih ada di tangannya, ia akan selalu teringat oleh Steve sebagai sahabatnya—juga seorang partner yang diakui oleh Pemerintah. Maka dengan kegalauan antara hidup yang harus berjalan dan mandat yang diberikan Steve kepadanya, dengan berat hati akhirnya Sam menyerahkan saja perisai itu kepada Pemerintah.

Apakah semua sudah selesai? Sam bisa hidup tenang? Nyatanya tidak. Alih-alih Pemerintah memuseumkan perisai itu, mereka malah memilih seorang Agen bernama John Walker untuk mengisi ‘jabatan’ Captain America dan menyerahkan perisai itu kepadanya.

Seluruh dunia gempar; baik Sam, Bucky, dunia di dalam serial ini, maupun di dunia nyata tempat kita semua menyaksikannya. Apalagi juru kamera MCU menyorot sosok John Walker dalam perspektif yang…mirip seperti kakek Fredicksen di film UP:

Penonton, Sam, Bucky melihat John saat ini be like:

Aku setelah melihat meme tentang John:

Baron Zemo, Karli Morgenthau, Sosok dalam Trauma Bayangan Kelam

Ketika Bucky berinisiatif menemui Zemo buat mengorek informasi tentang serum, siapa di sini yang juga merasa heboh?

*angkat tangan sendirian ✋🥲 #bhaique

Menurutku , jalan ini memang sangat beresiko tinggi, tetapi juga bisa jadi mengantarkan mereka berdua ke dalam informasi yang lebih dalam lagi. Begitu Zemo berhasil lolos, sangat sulit bagi kita untuk langsung percaya padanya tanpa curiga sedikit pun. Bahkan dari pembebasan Zemo, akhirnya kita tahu bahwa istilah ‘Baron’ yang melekat pada Zemo adalah karena dia berasal dari keluarga terpandang. Bahasa kita, “sugar Daddy”

*bonus:

Hmmm… (((daddy)))

Sejauh episode tiga dan empat, Zemo terlihat lebih lancar melakukan pendekatan kepada narasumber dan bagaimana melakukan penyamaran di tengah lingkungan pasar gelap Madripoor (yang sempat kukira di India, ternyata di Batam—Indonesia). Seperti kata Monica Rambeau di WandaVision lalu,

“Jika Wanda (villain) adalah penyebab kekacauan ini, maka ia bisa menjadi sumber penyelesaiannya.”

Kita bisa melihat tujuan dan bagaimana cara Zemo melakukan ‘investigasi’. Hanya orang yang berpengalaman di dunia gelap lah yang juga mampu berkomunikasi dengan mereka.

Tanpa harus dengan cara grebek pasar layaknya intel kayak yang dilakukan Sam di penampungan, Zemo bisa dapat informasi yang lebih akurat tentang keberadaan Karli. Oh ya, entah ini perasaanku saja, atau memang lirik lagu yang dinyanyikan Zemo mirip isi pikiran si Serigala dalam kisah Red Ridding Rood?

Karli Morgenthau—gadis berwajah polos dan imut yang kita tahu menggunakan super soldier serum ini, juga belum tentu bisa dikatakan sebagai villain utama. Bahkan penggambaran villain dalam serial ini rasanya akan menjadi sebuah kejutan di akhir, baik Karli maupun Zemo adalah sosok yang masih abu-abu. Kita tidak tahu mereka berada di pihak siapa, namun kita sudah mengetahui bahwa niat Karli awalnya bukanlah untuk melakukan tindak kejahatan. Ia dan beberapa kawanannya menggunakan serum tersebut untuk menambah kekuatan, karena mereka bekerja dalam lingkungan yang berat.

Karli dan Wanda adalah dua sosok yang serupa namun tak sama. Mereka sama-sama masih bisa diajak bicara hati ke hati, untuk mencari jalan tengah dari ‘masalah’ yang diakibatkan kelompok Flag Smashers. Efek blip yang dialami oleh Karli, juga ia rasakan cukup berat seperti apa yang dirasakan oleh adik Sam.

Apalagi dengan meninggalnya orang terdekat Karli, makin menumpuk penderitaannya karena kali ini ia benar-benar sendiri. Entah kenapa aku punya keyakinan, bahwa Sam bisa membantu bahkan bekerja sama dengan Karli Morgenthau.

Bayang-bayang Seorang Veteran

Entah ini memang bagian dari ‘didikan’ MCU atau momen berdasarkan ketidak sengajaan, Status ‘Captain America’ yang diberikan kepada John Walker sepertinya adalah ‘jabatan terkutuk’.

Gimana enggak?

Wyatt Russell sebagai John Walker benar-benar ditempa menjadi karakter yang ia bawakan; entah di media sosial maupun di filmnya sendiri. Putra dari Kurt Russell ini, banyak menerima hujatan dan meme-meme di jejaring sosial terkait peran yang ia bawakan.

Wyatt sendiri sampai berpesan “tidak apa-apa bila semua orang membenci Kapten Amerika yang baru, tetapi jangan terlalu membenciku ya. Hahaha.” Walau ia menanggapinya dengan tertawa, namun kita nggak pernah tahu kan kondisi psikis Wyatt seperti apa di luar sana?

Bayang-bayang Veteran terkadang melekat erat di pandangan fans yang sudah sepuluh tahun melihat Chris Evans sebagai Steve Rogers. Untuk menggantikannya meneruskannya pun, tentu butuh adaptasi yang sangat ekstra dari semua pihak.

John Walker yang diperankan Wyatt, sadar betul bahwa jabatan barunya ini akan beresiko tinggi dalam segala aspek dan ekspektasi yang diinginkan semua orang—termasuk di mata anggota Avengers. Ibarat kata John adalah fans berat Avengers sedari kecil, ia pastinya sangat bangga suatu hari impiannya menjadi kenyataan.

John hanyalah seorang Agen pemerintah biasa, yang memiliki segudang prestasi dan pengalaman sebagai Kapten dalam sebuah tim. Mungkin itu lah yang menjadi alasan terpilihnya ia menjadi sosok ‘maskot’ baru di Amerika, ‘untuk gimmick’ kalau pinjam istilahnya lambe turah ya bund.

Begitu dia tiba di lapangan untuk pertama kali pun, John tidak serta merta mengunggulkan dirinya akan lebih mampu menggantikan Steve Rogers. Ia juga menggambarkan dirinya sebagai sosok yang biasa saja saat di wawancara dalam upacara pelantikanya. John Walker, hanya ingin menjadi dirinya sendiri yang diterima oleh semua orang, oleh Avengers, sebagai keluarga baru seperti Pietro, Wanda, Sam, Bucky dan Vision dulu.

Kenyataannya?

Sam dan Bucky kurang menerimanya dari sudut pandang perisai yang dibawa oleh John. Sekeras dan seberhasil apapun misi, juga pembuktian yang dilakukan John sampai episode ke empat ini; semua akan tetap selalu dianggap salah langkah.

Dengan segala amarah dan kekecewaan yang dipendam oleh John Walker, sudut pandang lain akan memaklumi peristiwa yang terjadi akibat ulahnya kemarin. Sebagai penonton, kita hanya bisa berandai-andai; apa kecaman sosial yang akan dihadapi seorang John Walker sang maskot Amerika?

Exit mobile version
Skip to toolbar