Film bertema LGBT sudah banyak dimasukkan dalam cerita oleh sineas dunia, namun film dengan tema tersebut masih tabu bagi kalangan masyarakat Indonesia. Hal ini dikarenakan ceritanya dianggap tidak sesuai dengan norma ketimuran. Tapi tahukah kamu kalau sineas Indonesia ada yang berani membuat film gay Indonesia, loh.
Meskipun tidak jarang film yang diproduksi mendapatkan penolakan dari berbagai kalangan, namun dari beberapa film Gay Indonesia justru berhasil meraih penghargaan di ajang festival fim dunia.
Penasaran kan film apa sajakah itu? Sushi.id sudah merangkumnya buat kamu, yuk langsung saja simak ulasan lengkapnya berikut ini.
Sanubari Jakarta (2012)
- Tahun Rilis: 2012
- Genre: Drama
- Sutradara: Billy Christian, Aline Jusria, Tika Pramesti, Lola Amaria, Kirana Larasati, Alfrits John Robert
- Adriyanto Dewo, Dinda Kanyadewi, Fira Sofiana, Sim F
Pemeran: Gesata Stella, Gia Partawinata, Ence Bagus, Pevita Pearce, Irfan Guchi, Hernaz Patria, Dinda Kanyadewi, Ruth Pakpahan, Herfiza Novianti, Deddy Corbuzier, Permata Sari Harahap, Illfie, Albert Halim
Film gay Indonesia yang selanjutnya ini merupakan kumpulan cerita pendek dari 10 sutradara muda Indonesia yang mengangkat 10 kisah komunitas LGBT. Film ini dibuat berdasarkan kehidupan nyata Jakarta dari berbagai sisi.
Secara umum, film Sanubari Jakarta adalah film ekstrim yang seolah-olah “didedikasikan” untuk para LGBT sejati, karena menampilkan semua sisi kisah cinta LGBT Jakarta dengan selugas-lugasnya, tanpa canggung, dan tanpa batasan sama sekali.
Pria (2017)
- Tahun Rilis: 2017
- Genre: Drama, Short, Family
- Produksi: Babibutafilm, IndieFlip
- Sutradara: Yudho Aditya
- Pemeran: Chicco Kurniawan, Karlina Inawati, Jacob McCarthy, Otig Pakis, Gladhys Elliona Syahutari.
Pria adalah film drama pendek asal Indonesia yang dirilis pada 2017. Film pendek Pria menceritakan tokoh Aris (Chicco Kurniawan) yang memiliki orientasi seks ke sesama jenis namun dipaksa menikah dengan seorang wanita.
Tokoh Aris tinggal di pedesaan yang masyarakatnya sangat agamis dan sangat heteronormatif. Ketertarikan Aris, seorang pria, terhadap guru bulenya yang juga seorang pria sangat ditentang dan dianggap aib.
Film ini seolah ingin menampilkan bahwa masyarakat timur adalah masyarakat yang heteroseksis. Segala hal yang bertolak belakang dengan heteroseksual bakal ditentang dan tidak diterima oleh kelompok. Sejak rilis, Pria sudah memborong 10 penghargaan dan 23 nominasi penghargaan internasional, lho!
Istana Kecantikan (1988)

Film Gay Indonesia ternyata sudah ada sejak tahun 1980-an loh, Istana Kecantikan diperankan oleh aktor aktor lawas yang pernah berjaya di eranya seperti Nurul Arifin dan Mathias Muchus.
Cerita bermula saat Siska yang dihamili pria bernama Sumitro, kehamilan Siska membuat Sumitro tidak mau bertanggung jawab, ia bahkan menyuruh pria lain bernama Niko untuk menikahi Siska.
Namun pernikahan Siska dan Niko memiliki banyak rahasia, salah satunya Niko adalah seorang pria homoseksual yang memiliki kekasih bernama Toni. Hubungan keduanya diketahui Siska, alih-alih marah, siska malah berusaha mendekati Toni yang membuat Niko marah.
Istana Kecantikan berhasil mendapat respon positif bahkan film ini meraih enam penghargaan bergengsi di ajang Festival Film Indonesia tahun 1988. Salah satunya penghargaannya adalah sebagai film terbaik dan aktor terbaik yang diraih oleh Mathias Muchus
Arisan! (2003)
Salah satu film gay Indonesia terbaik yang tak kalah terkenal adalah Arisan yang cukup populer di awal tahun 2000-an.
Secara garis besar film ini menceritakan kehidupan glamor dan sosialita Jakarta, yang berpusat pada tiga sahabat yang memiliki latar berbeda, ketiganya dipersatukan dalam satu klub arisan sosialita.
Arisan merupakan film garapan sineas Nia Dinata yang berkolaborasi dengan sutradara film Pengabdi Setan Joko Anwar sebagai penulisnya. Film ini menjadi film pertama produksi Indonesia sepanjang sejarah sinema tanah air yang menampilkan adegan ciuman pertama dua orang pria yang diperankan oleh Tora Sudiro dan Surya Saputra.
Terlepas dari kontroversinya film Arisan merupakan film gay Indonesia terbaik yang pernah menorehkan ragam penghargaan sebagai “Aktor Terbaik” dan “Aktor Pendukung Terbaik” di festival film Indonesia.
Film yang diperankan oleh Cut Mini, Tora Sudiro, Aida Nurmala, dan Surya Saputra ini sempat ditayangkan di Festival Film Asean yang dilangsungkan di Washington, Amerika Serikat.
Berbagi Suami (2006)
Nia Dinata tidak pernah berhenti menorehkan prestasi dan kontroversi. Setelah film Arisan, dua tahun setelahnya sutradara perempuan Indonesia ini kembali menggarap film bertema LGBT dengan judul Berbagi Suami.
Berbagi Suami menceritakan tentang tiga istri yang dinikahi satu pria bernama Pak Lik, ketiga istrinya bernama Sri, Siti dan Dwi, selain mengangkat LGBT film ini juga menampilkan kisah poligami.
Siti dan Dwi ternyata menjalin hubungan sesama jenis saat mereka masih berstatus sebagai istrinya Pak Lik. Didalam film, juga dikisahkan bahwa mereka kabur dari rumah Pak Lik agar bisa hidup bahagia bersama.
Film yang tayang pada 2006 ini menggandeng Tio Pakusadewo, Shanty, dan Rieke Diah Pitaloka sebagai pemeran utamanya.
Coklat Stroberi (2007)
Coklat Stroberi menampilkan cerita dengan tema LGBT yang cukup rumit. Menceritakan kisah hidup dua orang mahasiswi yang mencoba bertahan hidup ditengah kerasnya kota Jakarta.
Suatu hari kedua mahasiswi ini mengajak dua orang laki-laki Nesta dan Andre untuk tinggal bersama mereka sebagai solusi untuk meringankan pembayaran kontrakan.
Dua mahasiswa Key dan Citra itu mulai jatuh hati kepada Nesta dan Andre, Namun sayangnya Nesta dan Aldi ternyata adalah sepasang kekasih sesama jenis yang tentunya membuat hubungan ini semakin rumit.
Coklat Stroberi merupakan film Indonesia garapan sutradara Ardy Octaviand yang menggandeng Nadia Saphira, Nino Fernandez, Marsha Timothy, dan Marrio Merdhitia sebagai pemeran utamanya.
Lovely Man (2011)
Film Teddy Soeriaatmadja ini menjadi film LGBT yang cukup terkenal pasalnya film ini mendapatkan ulasan positif dari media besar internasional seperti The Hollywood Reporter atas akting Donny Damara.
Menceritakan tentang seorang anak perempuan lulusan pesantren yang pergi ke ibu kota guna mencari ayahnya yang telah lama pergi. Setelah mencari tahu cukup lama, ternyata sang ayah yang bernama Saiful bekerja sebagai waria.
Cerita keluarga ini dikemas secara sederhana namun unik dan apik jadi tidak heran kalau film yang dibintangi Raihaanun ini pun mendapatkan respons yang sangat positif dari berbagai ajang film internasional serta komunitas LGBT.
Namun dibalik kesuksesaanya film ini juga mendapat kecaman dari salah satu organisasi masyarakat terkemuka, sehingga membuat film ini hanya bertahan di bioskop kurang dari satu minggu.
Namun dibalik itu semua Lovely Man berhasil meraih penghargaan sebagai “Film Terbaik” di ajang penghargaan Tel Aviv International LGBT Film Festival 2012 yang dilaksanakan di Israel.
Parts of the Heart (2012)
Parts of the Heart menjadi salah satu film LGBT romantis yang dilarang tayang di Indonesia. Film ini menceritakan tentang kisah cinta remaja bernama Peter.
Film garapan sutradara Paul Agusta ini membagi kehidupan Peter dari usia 10-40 tahun mulai dari kisah asmaranya, pengalam seks hingga menjadi homoseksual
Peter dari setiap generasi pdiperankan oleh beberapa aktor kenamaan Indonesia, seperti Endy Arfian yang berperan saat usia muda, sementara diusia matangnya diperankan oleh Joko Anwar yang sekarang lebih dikenal sebagai sutradara terbaik Indonesia.
Parts of the Heart berhasil meraih penghargaan bergensi dunia yaitu diajang penghargaan Festival Film Internasional Rotterdam pada tahun 2012
Kucumbu Tubuh Indahku (2019)
Film Gay Indonesia terbaik lainnya yang cukup populer adalah Kucumbu Tubuh Indahku. Film garapan Garin Nugroho ini menjadi salah satu film terbaik Indonesia dan juga sempat membuat heboh karena mengalami pencekalan di tujuh kota di Indonesia.
Karena dianggap mempromosikan LGBT dalam ceritanya, menceritkan tentang bocah bernama Juno (Raditya), ia memilki trauma masa kecil, dimulai dari siksaan fisik oleh bulik (tante), dan bagaimana ia melihat Guru Lengger (Sujiwo Tejo) membantai selingkuhan sang istri secara sadis.
Konflik batinnya terjadi saat ia bekerja sebagai seorang penari lengger, ketraumaan masa kecilnya membuat ia mencari jati diri, lewat seorang petinju (Randy Pangalila) hingga seorang Warok.
Tidak hanya mengangkat isu psikologis, film ini juga menggambarkan unsur budaya Indonesia, mulai dari memperkenalkan Tari Lengger asal Banyumas hingga kisah Warok dan Gemblak asal Ponorogo, Jawa Timur.
Dibalik pencekalan dan kontroversinya film ini mendapatkan apresiasi cukup positif bagi kritikus dalam negeri maupun luar negeri, Film yang dibintangi Muhammad Khan, Randy Pangalila, Whani Dharmawan, Teuku Rifnu, dan Sujiwo Tejo ini berhasil memborong 8 penghargaan di Piala Citra 2019.
Tidak hanya Berjaya didalam negeri film yang rilis tahun 2019 ini juga Berjaya dikancah Internasional dengan berhasil meraih Cultureal Diversity Awards di Asia Pasific Screen Award 2018, Bisato D’Oro Award di Venice Independent Film Critic 2018, hingga Best Film di ajang Festival Film di Perancis.
Penutup
Nah, samapi disini dulu ulasan mengenai film gay Indonesia, dari sejumlah dilm Indonesia diatas, manakah yang menjadi favorit kamu? Jangan lupa like, komen, dan share artikel ini ya.
Ikuti terus perkembangan terbaru seputar film atau artikel menarik lainnya hanya di Sushi.id