Ngomongin kualitas film indonesia, pasti sebagaian dari kita agak meragukannya bukan? Dari pada ragu, yuk cari tahu saja film Indonesia Terbaik dan Terlaris Sepanjang Masa.
Industri film Indonesia lambat laun mulai menunjukkan kualitasnya, terbukti dari banyaknya film dalam negeri yang berhasil menembus pangsa pasar dunia.
Beberapa film bahkan menjadi pembicaraan hanga. Dari tahun ke tahun, film berkualitas mewakili Indonesia di festival film bergengsi di dunia.
Film Indonesia Terbaik dan Terlaris Sepanjang Masa
Penasaran apa saja film-filmnya? Yuk, langsung saja simak ulasannya berikut ini!
Ayat-ayat Cinta (2008)
Film Indonesia terbaik pertama jatuh pada Ayat-ayat Cinta. Film karya Hanung Bramantyo ini digadang gadang sebagai bangkitannya film Indonesia.
Diadaptasi dari novel karya Habiburrahman El Shirazy, film ini mampu memperoleh 3.676.210 penonton kala itu. Bahkan mendapat rekor Muri dengan jumlah penonton terbanyak.
Film ini mengisahkan tentang seorang pemuda Indonesia yang menuntut ilmu di Universitas Al-Azhar, Kairo, Mesir bernama Fahri bin Abdillah (Fedi Nuril).
Lika liku perjalan hidupnya untuk mencapai gelar Master tidaklah mudah. Ia berjibaku dengan panas-debu Mesir. Berkutat dengan berbagai macam target dan kesederhanaan hidup
Hingga pada suatu hari ini mendapat petaka difitnah telah menghamili seorang perempuan bernama Noura (Zaskia Adya Mecca), dan hadirnya 3 wanita lain yaitu Maria Girgis (Carissa Putri), Nurul (Melanie Putria), dan Aisha (Rianti Cartwright).
Banyak kalangan terkesima dengan cerita film ini bahkan Presiden ke-6 Susilo Bambang Yudhoyono ikut nobar bersama keluarganya.
Ayat-ayat Cinta berhasil memboyong 5 penghargaan sekaligus di Festival Film Bandung tahun 2008.
Jadi dengan rentetan pencapaian tersebut tak salah kan memasukkan Ayat ayat cinta di daftar pertama film terbaik Indonesia?
Laskar Pelangi (2008)
Berbicara tentang Belitung pasti yang dipikiran kita adalah film Laskar Pelangi.
Film ini merupakan karya adaptasi dari tetralogy sang penulis Andrea Hirata. Dirilis tahun 2008 film ini berhasil mendapatkan 4.719.453 penonton.
Berlatar tahun 1970 film ini menceritakan tentang 10 anak yang berjuang meraih mimpi mereka di sekolah desa termiskin di pulau Belitung.
Ikal dan teman temannya menghadapi ancaman dari segala sudut dari seolah yang sering diancam ingin ditutup, pejabat pemerintah yang skeptis, perusahaan yang serakah, kemiskinan, dan kepercayaan diri mereka yang rendah.
Film garapan sutradara Riri Riza dan Mira Lesmana ini berhasil menyabet banyak penghargaan Internasional seperti Best Film di ajang Asia Pacific Film Festival, Best Actres di Brussels International Independent Film Festival, dan Best Film International Festival of Films for Children and Young Adults tahun 2010 di Hamedan, Iran.
“Salah satu bentuk kebangkitan film Indonesia adalah film tersebut mampu diterima dan ditonton oleh penonton Internasional dan meraih penghargaan” – Laskar Pelangi.
The Raid (2011)
The Raid bisa dibilang penggagas film action Indonesia pertama yang mampu meningkatkan pamor film action Indonesia di mata dunia.
Film yang dibintangi aktor laga Iko Uwais ini menyuguhkan aksi laga yang memukau. Berkisah tentang sekelompok polisi menghadapi preman kelas kakap seperti Mad Dog (Yayan Ruhian).
The Raid menjadi titik awal karir bagi hampir semua pemainnya di kancah internasional.
Sederet penghargaan bergengsi dunia berhasil disabet film ini seperti penghargaan sebagai Midnight Madness Toronto International Film Festival, Jameson Dublin International Film Festival, Imagine Film Festival, Indiana Film Journalist Association, dan Festival Mauvais Genre Perancis.
Dengan sederet kesuksesan yang diraih tak heran bila film ini menjadi salah satu film terbaik Indonesia.
Habibie Ainun (2012)
Ditahun 2012 film Indonesia kembali hadir dengan kisah yang tak biasa. Kisah cinta Presiden ketiga Indonesia dan ibu negara, Habibie dan Ainun
Film yang dibintangi Reza Rahadian dan Bunga Citra Lestari ini mampu memperoleh 4.583.641 penonton selama masa penayangan.
Film ini mengisahkan bagaimana seorang Habibie mentautkan cintanya kepada perempuan sederhana bernama Ainun, bagaimana mimpi besar Bapak Teknologi Indonesia, B. J. Habibie untuk Indonesia, dan bagaimana perjuangannya meyakinkan negara dan dunia.
Kisah cinta di film Habibie dan Ainun dikemas sangat apik dan romantis.
Film produksi MD Entertainment ini meraih banyak penghargaan diantaranya penulis scenario terbaik piala citra dan Karya Cipta Sinematografi Kementerian Hukum dan HAM RI.
Cek Toko Sebelah (2016)
Film komedi Indonesia yang sarat akan makna karya Ernest Prakasa ini mengangkat tema isu toleransi dan realistis etnis tionghoa tanah air.
Saat orang tua membuka toko dan anak yang beranjak dewasa enggan mengurus toko orang tuanya sendiri.
Unsur komedi sangat terasa dalam film ini. Jelas itu diperkuat para pemeran pegawai toko yang adalah komika stand up comedy.
Bukan Ernest namanya kalau ceritanya monoton cuma bikin penonton ketawa ketiwi.
Film ini berhasil meraih penghargaan bergengsi tanah air yaitu sebagai penulis skenario terbaik FFI 2017 dan Film Terpuji di Fetival Film Bandung 2017.
Marlina si Pembunuh dalam Empat Babak (2017)
Bagi kamu yang sedang mencari film dengan kualitas film terbaik, Marlina si pembunuh dalam empat babak adalah pilihannya.
Film yang mengangkat kisah wanita sumba dan potret sosial masyarakat sumba.
Marline seorang janda yang ditinggal mati suaminya, ia menebas kepala sekawanan perampok yang merampas ternak dan harga dirinya.
Film ini menghapus paradigma dapur dan kasur bukan semata-mata kodrat perempuan, melainkan tidak lebih dari produk sistem yang dipaksakan.
Film yang dibintangi aktris cantik Marsha Timothy ini berhasil meraih penghargaan bergengsi dunia mulai dari Festival Film Cannes, Toronto International Film Festival, Asian World Film Festival (AWFF) 2018, bahkan film ini tayang perdana melalui program Contemporary World Cinema di 18 negara meliputi Amerika Serikat dan juga Kanada loh.
Di dalam negeri sendiri film ini mampu memborong 10 Piala Citra sekaligus di tahun 2018.
Dengan pencapaian yang sangat luar biasa, Marlina si pembunuh dalam empat babak layak menyandang gelar Film Indonesia Terbaik.
Pengabdi Setan (2017)
Bicara film horor pasti tak lepas dari sutradara kenamaan Indonesia Joko Anwar, ia berhasil me-remake film dengan judul yang sama tahun 1980.
Film yang rilis pada tanggal 28 September 2017 berhasil menjadi salah satu film Indonesia yang memiliki jumlah penonton terbanyak sepanjang tahun dengan perolehan 4.206.103 penonton.
Kehororan akan kamu saksikan di detik pertama film ini mulai, bercerita tentang seorang ibu yang memiliki penyakit, ia hanya terbaring di kasur bahkan ia harus menggunakan lonceng untuk memanggil bantuan.
Suatu hari ibunya ditemukan terjatuh di lantai dan meninggal, sejak saat itulah teror mulai menghantui keluarga ini, hingga sang nenek ditemukan tewas di sumur.
Film pengabdi setan ini menjadi salah satu film dengan kengerian luar biasa dan berhasil meraih penghargaan Film Horor Terbaik di ajang Toronto After Dark Film Festival 2018, Scariest Film Award di Florida, Amerika Serikat, dan berhasil memborong 7 penghargaan di Festifal Fim Indonesia 2017.
Love for Sale (2018)
Film yang dibintangi Gading Marten ini mampu menggambarkan bagaimana seseorang menjalani kehidupan percintaan sama rumitnya dengan memecahkan teka-teki alam semesta. Bekerja pun menjadi pelarian.
Iya, Richard (Gadhng Martien) seoarang laki laki berumur yang awalnya merasa enjoy dengan hidupnya namun lambat laun dituntun untuk memiliki pendamping hidup, akhirnya ia menyewa kekasih bayaran bernama Arini (Della Dartyan).
Cerita film ini bisa dibilang klise, tapi ada hal menarik ketika cerita dikemas sereliastis mungkin hal ini mampu membangun kedekatan emosi dengan penonton.
Film ini juga mengandung kritik sosial seperti kasus E-KTP dan acara televisi yang hanya menyiarkan pertengkaran rumah tangga.
Dengan cerita yang menarik film ini berhasil meraih 3 penghargaan bergengsi yaitu naskah terbaik di ajang JAFF (Jogja Netpac Asia Film Festival) dalam kategori Indonesian Screen Awards, aktor terbaik di ajang Festival Film Indonesia (FFI) dan Aktor Pilihan Tempo dalam Festival Film Tempo.
Dilan 1990 (2018)
Dilan 1990 merupakan film romantis tersukses dalam sejarah film Indonesia. Diangkat dari novel best seller karya Pidi Baiq dengan judul yang sama.
Film garapan Fajar Bustomi ini berhasil meraih 6.315.644 penonton, berlatar Kota Bandung tahun 1990 film ini memberi gambaran awal mula kisah asmara Dilan dan Milea.
Gombalan manis Dilan membuat Milea luluh, motor dan hujan menjadi ikon yang tak bisa lepas dari film ini.
Konfik cerita cinta masa SMA digambarkan sangat apik. Iqbal dan Vanessa berhasil membawa film ini ketangga kesuksesan.
Salah satunya dengan penghargaan yang berhasil diraih seperti Movie of the Year Indonesian Choice Awards 2018, Piala Tuti Indra Malaon 2018, dan berhasil memborong tiga penghargaan sekaligus di Indonesia Movie Award 2018.
Dua Garis Biru (2019)
Film kisah cinta remaja SMA bernama Dara (Zara JKT48) dan Bima (Angga Yunanda), keduanya dimabuk cinta dan berakhir petaka.
Dara yang hamil diluar nikah dan Bima yang harus bertanggung jawab akan perbuatannya.
Awalnya, film ini mendapat penolakan dan kecaman dari berbagai pihak tapi lambat laun film ini berhasil diterima masyarakat Indonesia.
Banyak pesan moral yang bisa diambil salah satunya dampak pernikahan usia dini dan resiko kehamilan di usia muda.
Dua Garis Biru berhasil memperoleh sejumlah penghargaan yaitu kategori Skenario Asli Terbaik Festival Film Indonesia, Film Bioskop Terpuji dalam Festival Film Bandung
Bahkan film Dua Garis Biru diputar di London Mini Indonesian Film Festival.
Tidak hanya ditayangkan di dalam Negeri, film ini berhasil merambah pasar Negara tetangga dengan penayangan film di Malaysia, Brunei Darussalam, Kamboja, dan Singapura. Bahkan di Malaysia sendiri, film ini tayang di lebih dari satu negara bagian loh.
Kucumbu Tubuh Indahmu (2019)
Film garapan sutradara Garin Nugroho ini sempat menerima penolakan dibeberapa daerah karena mengangkat tema LGBT. Hal ini tentu saja dianggap bertentangan dengan nilai agama dan budaya ketimuran.
Bercerita tentang bocah bernama Juno (Raditya), ia memilki trauma masa kecil, dimulai dari siksaan fisik oleh bulik (tante), dan bagaimana ia melihat Guru Lengger (Sujiwo Tejo) membantai selingkuhan sang istri secara sadis.
Konflik batinnya terjadi saat ia bekerja sebagai seorang penari lengger, ketraumaan masa kecilnya membuat ia mencari jati diri, lewat seorang petinju (Randy Pangalila) hingga seorang Warok.
Tidak hanya mengangkat isu psikologis, film ini juga menggambarkan unsur budaya Indonesia, mulai dari memperkenalkan Tari Lengger asal Banyumas hingga kisah Warok dan Gemblak asal Ponorogo, Jawa Timur.
Kontroversi Kucumbu Tubuh Indahku di sejumlah daerah di Indonesia terbayar lunas dengan banjirnya prestasi yang dituai seperti berhasil meraih Cultureal Diversity Awards di Asia Pasific Screen Award 2018, Bisato D’Oro Award di Venice Independent Film Critic 2018, hingga Best Film di ajang Festival Film di Perancis.
Tidak hanya di luar negeri Film yang dibintangi Muhammad Khan, Randy Pangalila, Whani Dharmawan, Teuku Rifnu, dan Sujiwo Tejo ini berhasil memboyong delapan Piala Citra di ajang Festival Film Indonesia 2019.
27 Steps Of May (2019)
27 Steps Of May masuk dalam daftar film Indonesia terbaik selanjutnya.
Film yang dibintangi aktor kenamaan Indonesia Lukman Sardi ini menceritakan tentang pemerkosaan seorang perempuan bernama May dalam peristiwa Kerusuhan Mei 1998.
Film ini juga berkisah tentang bapak May yang sangat terpukul dan menyalahkan dirinya sendiri karena merasa tidak bisa menjaga putrinya.
Film garapan Ravi Bharwani berhasil tayang dibanyak festifal film Internasional salah satunya Bengaluru International Film Festival (Biffes), Mar Sharm El Sheikh Asian Film Festival (SAFF) serta Cambodia International Film Festival (CIFF).
Tak hanya itu 27 Steps Of May juga berhasil menyabet penghargaan The 3rd Malaysia Global Awards, Malaysia International Film Festival (MIFFEST), dan meraih penghargaan pemeran utama wanita terabaik di Piala Citra Festifal Film Indonesia 2019.
Gundala
Bukan Joko Anwar kalau tidak berhasil membuat film box office. Karya teranyarnya dan masih melekat dikepala adalah film Gundala.
Film yang adaptasi komik “Gundala Putra Petir” karangan Harya Suraminata ini menceritakan Sancaka (Abimana Aryasatya) yang memiliki kekuatan petir.
ia menjadi pahlawan super untuk memerangi kejahatan di negerinya. Gundala menjadi pembuka karakter jagoan lainnya dari “Jagat Sinema Bumi Langit Jilid 1”.
Gundala sendiri terbilang film Action Indonesia tersukses 2019 pasalnya film ini berhasil tayang di Toronto International Film Festival (TIFF) dan berhasil menembus Paris International Fantastic Film Festival (PIFFF) 2019
Tah hanya itu dalam ajang Festival Film Indonesia 2019 film Gundala berhasil mendapatkan 9 nominasi.
Imperfect (2019)
Bukan Ernest Prakasa namanya kalau tidak berhasil buat film yang sarat pesan moral dan pembelajaran hidup.
Film terbarunya yang rilis tahun 2019 ini menyuguhkan cerita tentang isu sosial yang beredar di kehidupan kita saat ini seperti body shaming dan cyber bullying.
Film ini bercerita tentang seorang gadis bernama Rara (Jessica Mila) yang terlahir gemuk dan berkulit sawo matang mengikuti gen ayahnya. Sedangkan sang adik Lulu (Yasmin Napper), lahir mengikuti gen ibunya, dengan tubuh bak model dan berkulit putih.
Dengan banyak bullyan dia memiliki kekasih bernama Dika (Reza Rahadian), yang mencintai apa adanya dia. pada suatu waktu Rara mendapat promo jabatan, tapi sang bos memaksanya untuk mengubah total penampilannya.
Film ini berhasil menutup tahun 2019 dengan apik, film ini berhasil mendapatkan 2.491.137 penonton.
Film Imperfect juga berhasil meraih penghargaan kategori Penulisan Skenario Adaptasi Terpilih di ajang penghargaan Piala Maya 2019.
NKCTHI (2020)
Film NKCTHI yang menjadi penanda 15 tahun Angga Dwimas sasongko berkarir di penyutradaraan industri film tanah air ini masuk dalam film Indonesia Terbaik tahun 2020.
Film yang diangkat dari novel dengan judul yang sama karya Marchella Febritrisia Putri berhasil menembus 2 juta penonton dalam penayangangnya di bioskop.
Bercerita tentang permasalahan keluarga yang terlihat baik namun dibalik itu semua menyimpan luka masing masing.
Pesan yang sangat melekat saat kamu nonton ini bahwa cinta orangtua sangat besar sering kali tak bisa diungkapkan dari sekadar perilaku dan ucapan.
Film ini berhasil menyabet penghargaan piala Maya untuk tata Kamera Terpilih 2020, film Nanti Kita Cerita Tentang Hari ini (NKCTHI) pembuka awal tahun yang cukup apik.
Penutup
Itulah 15 film Indonesia Terbaik yang berhasil penulis rangkum, sebenarnya masih banyak film Indonesia bagus dan keren.
Gimana setelah baca ulasan diatas, jadi Banggakan nonton film Indonesia?
Bagi kamu yang belum sempat nonton atau ingin menontonnya lagi, bisa lewat situs nonton online seperti Netflix, Viu, iflix dan lain lainnya.
Enjoy selamat menonton!