Hai sobat Sushi, apa kabar?
Semoga liburannya menyenangkan ya, seperti kamu yang dapat terhibur saat membaca berbagai artikel di Sushi.id !
Belum berakhirnya masa pandemi dan diikuti musim liburan yang serba terbatas ini, membuat Sushi.id berusaha mencari trik jitu agar semangatmu tetap terjaga dan dapat menikmati momen bersama orang terdekat.
Salah satunya dengan nonton film-film Indonesia yang tayang di tahun 2020. Mengingat pada tahun lalu akses bioskop ditutup hingga Maret 2021, tentu Sushi gak kehabisan akal dong. Sushi ikut men-support karya mereka lewat layanan streaming online yang ada.
Sebelum kita ulas lebih mendalam, Sushi terlebih dahulu akan menceritakan secara singkat kedua film bertema romantis dunia remaja ini.

Sinopsis Geez & Ann
Geez & Ann adalah kisah tentang perjalanan cinta sepasang anak muda, yang penuh liku dalam menemukan arti dari sebuah komitmen. Ann (Hanggini Purinda Retto) adalah gadis yang selalu berkata apa adanya dan menginginkan sebuah hubungan romansa yang bisa bertahan lama.
Ann jatuh hati kepada Geez (Junior Roberts), laki-laki yang memiliki sifat misterius, suka menggoda Ann dan menjadi dambaan setiap gadis-gadis. Pertemuan dalam sebuah acara pensi Sekolah, tanpa diduga membawa mereka berdua dalam menghadapi problema hidup yang cukup pelik—terutama di dalam hidup Geez.

Sinopsis Malik & Elsa
Kisah perjuangan anak piatu bernama Malik (Endy Arfian), yang merantau ke Kota Padang demi mengangkat derajat orang tuanya. Lika-liku dunia perkuliahan yang dihadapi Malik tidaklah mudah, karena ia selalu dipandang sebelah mata.
Sejak perkenalannya dengan Elsa yang cukup unik, kehidupan keduanya dipenuhi petualangan baru dan saling mengisi. Hingga suatu hari, perbedaan strata sosial membuat keduanya harus menghadapinya bersama.
Review Film Geez & Ann | Malik & Elsa
Geez & Ann, Pencarian Makna Komitmen yang Terlalu Dini
Setelah menonton Geez & Ann, Sushi jadi teringat masa-masa SMA yang amat indah dan bagaimana rasanya menjadi seorang panitia pentas seni (pensi). Selain menjadi panitia, menjadi performer juga amat seru—seakan kita menjadi ‘artis’ dalam sehari. Benar kan?
kita juga nostalgia akan keseruan bersama sahabat-sahabat yang menjadi gank, dan bagaimana kita semua saling dukung ketika naksir seseorang; entah itu kakak kelas, kakak OSIS, atau malah stranger seperti Geez.
Seiring perkembangan zaman, yang berubah dari masa-masa indah bangku SMA ternyata tidak hanya dari gaya berpakaian, namun juga bagaimana anak-anak muda ini mengambil hati orang-orang yang mereka suka, maupun ketika menyelesaikan masalah.
Kelebihan dari film Geez & Ann terletak pada gambaran sosok Gazza Cahyadi (Geez) yang mewakili imajinasi pembaca wattpad ataupun kriteria tampilan beberapa kaum muda saat ini; rupawan, berbadan tinggi, berkacamata, rambut sedikit gondrong, dan jago bermain gitar.
Walaupun karakter yang dimainkan oleh Junior Roberts ini cukup misterius (tapi ngangenin), nyatanya penonton berhasil terbius oleh pembawaannya sebagai Geez.
Selain itu, alur cerita dalam film ini mengungkapkan sisi lain dari stigma yang dihadapi remaja lelaki saat ini, yang selalu menjadi korban tuduhan overthinking dari gadis-gadis yang termakan quote galau dalam media sosial Instagram dan twitter. Rintik Sedu, sang penulis kisah Geez & Ann, memvisualisasikan dengan baik problema tersebut dalam kehidupan Geez.
Akting dari Hanggini (yang sempat Sushi kira anaknya Ersa Mayori ini) juga patut diacungi jempol loh. Dia berhasil menampilkan sosok Keana Amanda (Ann) yang terlalu judgemental terhadap Geez, dalam setiap situasi yang menurut Sushi amatlah sepele. Terbukti dari banyak review dari penonton yang berkata, bahwa sebenarnya Geez & Ann bisa bersama; asalkan Ann sedikiiit saja bersabar.
Menurut Sushi, kekurangan dari film Geez & Ann ada dalam tiga point:
- Penggambaran Sandra (Dewi Rezer), ibu dari Geez, menurutku sudah cukup baik sebagai single parent yang amat protektif pada Geez. Akan tetapi, pembawaan karakter ketika berbicara dengan Geez (yang notabene sebagai anak kandungnya) menurut Sushi terlalu ‘kejam’. Bila tidak fokus pada cerita, penonton malah akan mengira Sandra adalah Bos di rumah Geez, bukan ibu kandungnya.
- Dalam masa SMA kita memang tidak luput dari istilah persahabatan yang berbunyi “kalau kamu disakiti, kita juga ikut ngerasain rasa sakit itu.”. Tetapi yang digambarkan oleh gank cewek di sini, menurut Sushi terlalu berlebihan dan terkesan toxic.
Bagaimana tidak?
Mereka terlalu ikut campur dalam setiap urusan Ann, yang mana bisa gadis itu selesaikan sendiri. Apalagi Ann adalah gadis yang mudah dikompori, jelas tipe sahabat seperti mereka tidak akan bertangggung jawab jika sampai Ann salah mengambil keputusan.
- Karakter Bayu yang digambarkan sebagai ‘pengganti’ Geez dalam film ini sudah cukup bagus dan merupakan sosok yang ideal.
Sayangnya, pengenalannya dalam film lah yang menurut Sushi enggak banget. Adegan Bayu menyelamatkan Ann terasa kurang natural dan malah terlihat jelas berbumbu iklan. Lagipula apa sih yang membuat Ann pingsan? Toh tidak celaka pula.
Malik & Elsa, Kedepankan Prinsip daripada Romansa
Kalau Geez & Ann menggambarkan bahwa lelaki berkomitmen itu benar-benar ada, Malik & Elsa membuktikan bahwa kisah cinta nggak harus menye-menye dan drama dalam menentukan prinsip yang sudah dibangun sejak awal cerita.
Film yang berjuang di masa awal pandemi ini, juga sama kurang beruntungnya dengan Geez & Ann. Keduanya tayang dalam layanan streaming masing-masing, dan berusaha menghibur kita dengan ciri khasnya yang jarang ditemukan dalam drama remaja yang lain.
Endy Arfian yang kita kenal lewat film Pengabdi Setan dan Ghost Writer, mencoba mengeksplor bakat aktingnya dalam genre romance lewat Malik & Elsa. Berdampingan dengan Salshabilla Adriani, keduanya berhasil menghidupkan film ini.
Walaupun jokes yang diucapkan oleh Malik sudah sering kita dengar dari film-film romansa pada umumnya, tetapi tidak mengurangi kualitas cerita dan menurut Sushi sangat layak dikonsumsi generasi milenial.
Kehidupan seorang Malik benar-benar diperlihatkan dengan matang. Walaupun adegan flashback-nya tergolong singkat, tetapi cukup menjelaskan bahwa perantauan Malik ke Padang adalah untuk tujuan mulia.
Pun begitu dengan visualisasi ketika Malik menjadi kuli panggul di pasar, menurut Sushi, adegan ini adalah nilai plus yang patut Sushi apresiasi. Apalagi ketika Elsa yang amat manja ikut membantu Malik tanpa memperlihatkan sikap rewelnya, seakan Malik memang layak didampingi oleh Elsa.
Kalau boleh sedikit menggabungkan kedua cerita nih, Sushi berandai-andai loh.
‘seandainya aja Ann itu sesabar Elsa, mungkin dia masih bisa kok berdampingan dengan Geez’
Salah satu alasan Sushi menggabungkan kedua review ini, karena Sushi melihat potensi yang sama-sama bisa digali dari kedua film ini. Walaupun keduanya berakhir sad ending, namun jalan menuju sekuel dan PR dari beberapa lubang plot masih bisa diperbaiki.
Kekurangan dari film Malik & Elsa juga ada pada beberapa point berikut:
- Jarak waktu antara kedekatan Malik dan Elsa mungkin memang hanya berkisar antara tujuh hari saja, tetapi garis waktu menuju cerita saat Malik akan berangkat ke Belanda terlalu cepat; mengingat Malik baru saja masuk ke Universitas Negeri Padang.
- Sosok Liandra dan kawan-kawannya menurut Sushi adalah karakter-karakter yang backgroundnya kurang tergali dengan baik. Yang penonton tahu, Liandra adalah senior Elsa yang juga dekat dengan keluarganya; tetapi faktor kedekatannya pun tidak jelas. Bila Sushi tidak riset, Sushi tidak pernah tahu bahwa Lianda sebenarnya adalah saudara jauh dari Elsa.
- Kekurangan ketiga terletak pada satu dua adegan dimana Malik & Elsa yang (ceritanya) baru saja selesai mengambil pesanan, menyantapnya baru dua tiga sendok, tetapi sudah ditinggal. Ke tempat makan berikutnya pula, dan adegan tersebut terulang lagi. Jadi, nggak salah dong kalau penonton berasumsi mereka berdua terlalu buang-buang makanan?
Penutup
Terlepas dari kelebihan dan kekurangan Geez dan Malik yang sama-sama berjuang mengajak Ann dan Elsa menghadapi pandemi, kedua kisah ini memiliki warnanya dan keunikannya tersendiri.
Makna yang tersirat dari kedua kisah ini, mampu mengantarkan kita dalam problema kehidupan remaja masa kini yang juga ikut beradaptasi dan berevolusi seiring waktu.
Geez & Ann mengajarkan kita untuk bersabar dan berkeyakinan kuat pada sebuah komitmen, sedangkan Malik & Elsa menggambarkan bahwa kita pasti mampu membanggakan orang tua kita; bila ada cinta yang mendampingi kita, maka itu sudah bonus dari Sang Pengatur Semesta.
Tugas kita adalah memaknainya dan mendukung kisah-kisah mereka dengan cara kita sendiri sebagai penonton. Semoga review ini, semakin menggugah minat kamu untuk melihat sisi lain dari kisah keduanya, dan menemukan maknanya dalam keseharianmu. Sampai bertemu dalam review berikutnya dari Sushi.id .