Imajinasi Kiamat ala Concrete Utopia

Rapuhnya Empati dalam Bencana

Imajinasi Kiamat ala Concrete Utopia –

Concrete Utopia adalah film terbaru dari Korea Selatan yang disutradarai oleh Um Tae-hwa. Film ini bergenre thriller-apocalypse dipadu dengan drama kemanusiaan.

Bintang-bintang terpopuler Korea Selatan seperti Lee Byung-hun, Park Seo-joon, dan aktris Park Bo-young turut membintangi film yang menjadi box office besar di Korea Selatan ini.

Cerita ini adalah adaptasi dari sebuah webcomic berjudul “Yukwaehan Yiwoot” karya Kim Soong-nyoong dan diambil dari seri keduanya, “Yukwaehan Wangdda” yang terbit antara Januari 2015 hingga Februari 2016 .

Concrete Utopia juga terpilih menjadi perwakilan resmi Korea Selatan dalam ajang penghargaan film bergengsi Academy Awards 2024 mendatang. Akankah film ini mengulangi sukses Parasite?

Bukan tidak mungkin. Concrete Utopia memiliki cerita yang unik, original, dan digarap secara serius. Setelah mengeksplorasi genre luar angkasa, Korea juga mengeksplorasi genre disaster apokaliptik.

Imajinasi kiamat ala Concrete Utopia ini cukup menarik dan agak menyeramkan. Karena, bukannya tidak mungkin bencana ini terjadi di negara-negara rawan gempa seperti Indonesia.

Seperti apa imajinasi kiamat ala Concrete Utopia tersebut? Mari kita simak keseruannya dalamm artikel berikut.

 

Sinopsis

Sebuah gempa besar menghantam Korea Selatan dan meluluh lantakkan kota Seoul. Anehnya, gempa berhenti tepat sebelum menghancurkan sebuah kompleks apartemen di tengah kota.

Tidak ada atu pun bantuan datang. Tampaknya, pemerintah pusat, polisi, pemadam kebakaran, dan militer pun lumpuh dihantam gempa.

Sebagian dari para penyintas yang tempat tinggalnya hancur terpaksa meminta perlindungan ke satu-satunya kompleks apartemen yang masih berdiri.

Bukan hanya membutuhkan air bersih, makanan, obat-obatan, dan tempat tidur, mereka juga butuh perlindungan dari hawa dingin yang mematikan jika mereka berada di luar.

Konflik dimulai saat para penghuni asli apartemen yang masih utuh merasa para pendatang akan mengancam keberadaan mereka.

 

Sifat Asli Manusia dalam Krisis

Sungguh menarik untuk menganalisis bagaimana manusia akan bersikap jika sedang berada dalam tekanan dan krisis. Orang yang biasanya baik, penyayang, bisa dengan mudah berubah.

Jika keselamatan dan keberadaannya terancam, watak yang tadinya tersembunyi akan keluar dan sifat mementingkan diri sendiri akan menguasai.

Unsur ini yang dieksplorasi secara mendalam di Concrete Utopia. Walau adegan bencananya cukup mencekam, tapi film ini tidak hanya bermain di genre itu.

Narasi film ini memperdalam kenyataan pahit tentang sifat asli manusia yang tidak selalu berbudi dan mulia, terutama saat dihadapkan dengan bencana.

Film ini juga memicu kita pada sebuah pemikiran, sejauh mana tindakan jahat seseorang dapat dibenarkan? Apalagi jika berada dalam keadaan luar biasa dan pilihan hidup dan mati.

 

Tajam Mengupas Konflik

Concrete Utopia langsung menunjukkan bahwa dirinya berbeda dengan film-film bertema bencana lainnya. Gempa besar memang pemicunya, tapi pusat ceritanya bukan tentang bencana tersebut.

Momentumnya adalah saat konflik terpicu setelah bentrokan antara para penghuni dengan para penyintas yang memohon perlindungan.

Plot film ini juga cukup mulus dalam menjalin alur retrospektif para karakter utama yang berpindah-pindah berpindah dari masa lalu ke masa kini. Hal ini membuat tempo cerita tetap terjaga.

Selain itu, kompleksitas para karakternya juga sangat bervariasi dan berada umumnya di area abu-abu. Konflik yang ada membuat sulit bagi penonton untuk menentukan apa yang benar atau salah.

 

Pengembangan Karakter Sangat Baik

Tokoh utama Yeong-tak, yang diperankan aktor watak senior Lee Byung-hun, awalnya digambarkan sebagai orang yang tidak menonjol.

Penghuni jadi percaya padanya setelah ia dengan berani memadamkan kebakaran di salah satu unit apartemen. Secara perlahan, Yeong-tak berubah menjadi sosok pemimpin yang dominan.

Sejak posisinya sebagai kepala komite penghuni, hasratnya akan kekuasaan semakin besar karena ia menyadari dirinya sekarang duduk di posisi penting. Bahkan perintahnya berlaku seperti hukum.

Min-seong yang diperankan oleh Park Seo-joon menjadi anak buah Yeong-tak dan menjabat sebagai pemimpin keamanan. Ia awalnya menghormati dan mengagumi Yeong-tak.

Sampai akhirnya, Min-seong mulai mempertanyakan kebijakan-kebijakan yang diterapkan Yeong-tak. Apalagi, istri Min-seong (Park Bo-young) melihat sesuatu yang tidak beres.

 

Penampilan Menonjol Lee Byung-hun

Walau film ini memiliki jajaran cast yang memberikan performa yang sangat gemilang, penampilan Lee Byung-hun patut diberi catatan khusus.

Lee Byung-hun tampil sangat menonjol dan performanya seolah memaku perhatian penonton agar terpusat padanya. Sebagai salah satu aktor terbaik Korea Selatan saat ini, ia memang luar biasa.

Interpretasinya terhadap karakter Yeong-tak berkembang dengan rapi. Dimulai sebagai sosok yang normal, hingga perlahan berubah menjadi pemimpin yang kejam.

Ia menunjukkan perubahan yang meyakinkan, seperti seseorang yang secara perlahan terkonsumsi ambisi, kegilaan, dan perasaan mabuk kekuasaan secara telak.

 

Naskah: 9/10

Sinematografi: 8/10

Akting: 9/10

Special Effects: 8/10

 

 

Exit mobile version