Setelah diremake oleh enam negara sebelumnya, kini giliran Indonesia. Versi remake dari film nomor tujuh terlaris sepanjang masa di Korea Selatan ini akhirnya dibuat ulang. berikut adalah 4 Hal Menarik Remake Miracle on Cell No 7
Film ini disutradarai oleh sutradara kawakan Hanung Bramantyo. Hanung selama ini memang dikenal ahli dalam membuat melodrama dan cerita-cerita yang menyentuh.
Remake versi Indonesia ini awalnya akan dirilis dua tahun yang lalu. Namun, jadwal rilis mengalami pemunduran akibat pandemic Covid19 di seluruh dunia.
Sebelum filmnya tayang secara umum di bioskop-bioskop tanah air pada tanggal 8 September 2022 mendatang, kita cari tahu dulu yuk 4 hal menarik remake Miracle on Cell No 7 ini.
Apa saja 4 hal menarik remake Miracle on Cell No 7 berikut? Simak artikel Sushi yang satu ini, gengs!
‘All Star’ Cast dan Tim Produksi
Miracle on Cell No 7 versi Indonesia ini dibintangi sederet aktor papan atas Indonesia. Mereka adalah Vino G Bastian, Indro Warkop, Tora Sudiro, Denny Sumargo, Rigen Rakelna, Indra Jegel, dan Bryan Domani.
Aktris cilik Graciella Abigail adalah aktris utama, dan versi dewasanya diperankan oleh aktris Mawar Eva de Jongh.
Musiknya digarap komposer legendaris Purwatjaraka. Lagu lawas karya Koes Plus “Andaikan Kau Datang” dinyanyikan dengan versi baru oleh penyanyi muda Andmesh.
Sedangkan sutradara Hanung Bramantyo yang sukses dengan trilogy Habibie & Ainun, Ayat-Ayat Cinta, dan Jomblo akan memimpin film ini di bangku sutradara.
Dipuji Sutradara dan Produser Film Original
Menjelang gala premiere film MoCN7, sutradara asli film Miracle on Cell No 7, Lee Hwan-kyung dan produser Kim Min-ki juga diundang untuk menghadiri acara gala premiere film.
Pujian langsung diutarakan oleh sang sutradara film asli terhadap versi remake ini. Sang sutradara asal Korea ini senang sekali dengan hasilnya, apalagi melihat reaksi antusias para penonton.
Lee Hwan-kyung terang-terangan mengatakan bahwa baru dari trailernya saja, ia sudah bisa merasakan perasaan haru yang luar biasa. Ia yakin bahwa versi remake ini pun akan sukses.
Ini adalah sebuah pujian dan penghargaan yang istimewa dari remake film Miracle on Cell No 7 versi Indonesia. Hal ini membuktikan bahwa hasil remakenya memuaskan pembuat film aslinya.
Faktor Pemicu yang Berbeda
Di film asli, karakter ayah yang terbelakang mental bernama Yong-go dan anaknya bernama Ye-sung. Sedangkan di film Indonesia, karakter-karakter tersebut bernama Dodo dan Kartika.
Di film aslinya, Yong-go berprofesi sebagai tukang parkir. Sedangkan dalam versi Indonesia, Dodo adalah tukang balon.
Yong-go dituduh memperkosa dan membunuh gadis kecil yang hendak menunjukkan toko tempat membeli tas yang diinginkan Ye-sung. Si gadis terpleset dan kepalanya terantuk batu.
Dalam versi Indonesia, Dodo menjual balon untuk pesta ulang tahun seorang gadis kecil bernama Mawar. Mawar tersandung hingga kepalanya menghantam meja dan ia tercebur ke kolam renang.
Karakter antagonis di film originalnya adalah seorang komisaris polisi yang ambisius dan berhati keji. Sedangkan dalam versi remake, karakter ini adalah seorang anggota dewan calon gubernur.
Versi ke Tujuh Dari Film Original
Sebelum Indonesia, sudah ada berderet negara-negara lain yang sudah meremake film populer Korea Selatan ini. Tercatat ada enam negara sebelum Indonesia yang sudah membuat versi mereka.
Karya sutradara Lee Hwan-kyung dan produser Kim Min-ki ini sudah dibuat ulang dalam versi Kanada, India, Spanyol, Saudi Arabia, Filipina dan Turki.
Setelah Indonesia, kabarnya Amerika Serikat juga sudah membeli hak cipta dari film ini. Mereka sudah siap untuk membuat remake versi Hollywoodnya. Hebat ya, gengs!
Set Produksi yang Mewah
Sutradara Hanung Bramantyo pada awalnya berkata bahwa rencana mereka adalah melakukan syuting langsung di gedung penjara asli. Namun, ternyata banyak prosedur yang cukup rumit.
Untuk memangkas berbagai kesulitan tersebut, akhirnya diputuskan untuk membangun set gedung penjara sendiri di dalam studio.
Akan tetapi, detail-detail dari bangunan penjaranya sangat rapi dan benar-benar mirip dengan penjara asli. Tentu bujet yang dikeluarkan untuk membangun set ini pastinya besar sekali.
Hal ini tentu akan mendukung jalannya cerita film karena latar cerita di lokasi penjara memakan hampir sembilan puluh persen dari keseluruhan film.