Dunia sastra kembali berduka. Minggu (19/7/2020) penyair Indonesia, Sapardi Djoko Damono, meninggal dunia di usia 80 tahun.
Sepanjang karirnya, penyair yang lahir di Surakarta pada 20 Maret 1940 ini telah menelurkan berbagai karya puisi terbaik yang diapresiasi tak hanya di negeri sendiri namun juga di dunia internasional.
Selama hidupnya, Sapardi Djoko Darmono tidak hanya berprofesi sebagai penyair, dia juga merupakan seorang dosen, pengamat sastra, kritikus sastra dan pakar sastra.
5 Puisi Karya Sapardi Djoko Darmono yang Paling Menyentuh
Untuk mengenang sang legenda, ini dia 5 karya puisi terbaik Sapardi Djoko Darmono versi Sushi.id.
Aku Ingin
Aku ingin mencintaimu dengan sederhana
dengan kata yang tak sempat diucapkan
kayu kepada api yang menjadikannya abuAku ingin mencintaimu dengan sederhana
dengan isyarat yang tak sempat disampaikan
awan kepada hujan yang menjadikannya tiada
Puisi “aku ingin” merupakan salah satu puisi Sapardi Djoko Darmono yang cukup fenomenal dan dijadikan lagu oleh Reda.
Dalam acara Asean Literary Festival 2016 ia pernah mengungkapkan bahwa ia hanya butuh waktu 15 menit untuk menghasilkan puisi fenomenal ini.
Pada Suatu Hari Nanti
Pada suatu hari nanti,
jasadku tak akan ada lagi,
tapi dalam bait-bait sajak ini,
kau tak akan kurelakan sendiri.Pada suatu hari nanti,
suaraku tak terdengar lagi,
tapi di antara larik-larik sajak ini.Kau akan tetap kusiasati,
pada suatu hari nanti,
impianku pun tak dikenal lagi,
namun di sela-sela huruf sajak ini,
kau tak akan letih-letihnya kucari.
“Pada Suatu Hari Nanti” salah satu puisi yang tercatat dalam buku “Hujan Bulan Juni”
Sapardi Djoko Darmono pernah menuturkan alasan mengapa ia masih berkarya hingga usia senjanya. Dalam puisi ini ia seakan berwasiat bahwa meskipun kelak jasadnya tiada namun ia akan kekal bersama karyanya.
Yang Fana Adalah Waktu
Yang fana adalah waktu. Kita abadi memungut detik demi detik, merangkainya seperti bunga
sampai pada suatu hari
kita lupa untuk apa
“Tapi, yang fana adalah waktu, bukan?” tanyamu.
Kita abadi.
Puisi ini dulunya merupakan judul puisi Sapardi Djoko Darmono yang termasuk ke dalam kumpulan sajak Perahu Kertas tahun 1983.
“Yang fana adalah waktu” merupakan seri ketiga dari trilogi buku “Hujan Bulan Juni”. Mengisahkan tentang hubungan Sarwono dan Pingkan.
Novel “Hujan Bulan Juni” telah diadaptasi ke layar lebar, dengan 2 orang pemain utama Adipati Dolken dan Velove Vexia pada tahun 2017 lalu dengan judul yang sama.
Sajak Sajak Kecil Tentang Cinta
Mencintai angin harus menjadi siut
Mencintai air harus menjadi ricik
Mencintai gunung harus menjadi terjal
Mencintai api harus menjadi jilatMencintai cakrawala harus menebas jarak
Mencintai-Mu harus menjelma aku
Puisi ini ada di dalam buku karya Sapardi Djoko Darmono berjudul “Melipat Jarak”, buku yang terbit tahun 2015.
Buku ini merangkum karya Sapardi yang dibuatnya selama 20 tahun terakhir, dari tahun 1995.
Hujan Bulan Juni
Tak ada yang lebih tabah
dari hujan bulan Juni
Dirahasiakannya rintik rindunya
kepada pohon berbunga ituTak ada yang lebih bijak
dari hujan bulan Juni
Dihapusnya jejak-jejak kakinya
yang ragu-ragu di jalan ituTak ada yang lebih arif
dari hujan bulan Juni
Dibiarkannya yang tak terucapkan
diserap akar pohon bunga itu
Puisi ini menjadi salah satu karya paling fenomenal ciptaan penyair Sapardi Djoko Damono berkisah tentang kesabaran dan ketabahan seseorang.
Kumpulan puisi “Hujan Bulan Juni” telah dialihbahasakan ke dalam empat bahasa, yaitu Inggris, Jepang, Arab, dan Mandarin.
Berbagai Penghargaan Yang Diterima Sapardi Djoko Damono
Sastrawan terkemuka Indonesia ini telah menerima berbagai penghargaan dan hadiah sastra dari dalam maupun luar negeri, berikut penghargaan yang pernah ia terima.
- Penghargaan Majalah Basis atas puisi Ballada Matinya Seorang Pemberontak tahun 1963
- Cultural Award dari pemerintah Australia tahun 1978 dalam karya “Duka-Mu Abadi”
- Anugerah Puisi-Puisi Putera II atas bukunya Sihir Hujan dari Malaysia tahun 1983
- Penghargaan Dewan Kesenian Jakarta atas buku Perahu Kertas tahun 1984
- Mataram Award tahun 1985
- SEA Write Award (Hadiah Sastra Asean) dari Thailand tahun 1986
- Anugerah Seni dari Departemen Pendidikan dan Kebudayaan tahun 1990
- Achmad Bakrie Award for Literature tahun 2003
- Khatulistiwa Award tahun 2004
- Akademi Jakarta tahun 2012
- Anugerah Buku ASEAN (ASEAN Book Award) di Malaysia tahun 2018 untuk bukunya yang berjudul “Hujan Bulan Juni” dan “Yang Fana Adalah Waktu”.
Penutup
Itulah beberapa puisi terbaik sastrawan Indonesia Sapardi Djoko Darmono.
Ia telah pergi namun karyanya akan abadi dalam sajaknya, dari kelimanya mana menurutmu puisi Sapardi Djoko Damono yang paling bagus?
Jangan lupa share artikel ini dan tinggalkan komentar di kolom komentar, ya.