Review A Haunting in Venice

Kematian di Malam Halloween

Review A Haunting in Venice gambar utama

Review A Haunting in Venice –

Kabar menggembirakan bagi pecinta kisah-kisah detektif karya Agatha Christie! Apalagi yang diperankan oleh tokoh detektif kenamaan asal Belgia, Hercule Poirot.

Buku-buku Agatha Christie memang sudah banyak diadaptasi ke layar kaca dan layar lebar. Sudah banyak juga aktor yang memerankan Hercule Poirot.

Di sepuluh tahun terakhir ini, aktor sekaligus sutradara Kenneth Branagh sepertinya masih konsisten dengan proyeknya mengangkat buku-buku Agatha Christie ke layar lebar.

Setelah Murder on the Orient Express dan Death on the Nile, sekarang giliran buku Halloween Party yang diangkat ke layar lebar. Judulnya menjadi A Haunting in Venice.

Bagi para penggemar Agatha Christie, tentunya kalian sudah tidak sabar ingin menonton film ini, bukan? Sushi sudah menyiapkan review A Haunting in Venice untuk kalian.

Seperti apa sih filmnya? Sama dengan bukunya atau tidak ya, kira-kira? Kita baca dulu yuk, review A Haunting in Venice berikut!

 

Sinopsis

Hercule Poirot yang sedang ‘pensiun’ tiba-tiba diajak rekannya, penulis misteri best sellers Ariadne Oliver, ke sebuah rumah tua di pinggiran kanal kota Venisia.

Mereka diundang Rowena Drake, seorang penyanyi opera terkenal, yang rutin mengadakan pesta Halloween untuk anak-anak. Akan ada pemanggilan roh oleh seorang cenayang nantinya.

Rumah itu dulu pernah dijadikan sebuah panti asuhan, namun anak-anak yang tinggal disana dikurung dan dibiarkan mati akibat wabah. Rumah tersebut menjadi angker dan sarat cerita hantu.

Orang-orang percaya, rumah itu memang dikutuk. Buktinya, pemiliknya, seorang penyanyi opera terkenal Rowena Drake, kehilangan Alicia. Putri Tunggal Rowena itu bunuh diri akibat gangguan jiwa.

Banyak dari mereka yang menduga, Alicia tewas bukan karena bunuh diri akibat depresi, tapi diganggu oleh para hantu yang menempati rumah tersebut.

Akan tetapi, Hercule Poirot anti dengan kisah hantu. Ia hanya percaya logika dan akal sehat. Namun, setelah ada yang tewas terbunuh secara mengerikan di pesta itu, keyakinan Poirot diuji.

Benarkah hantu yang bertanggung jawab atas kematian-kematian malam Halloween itu? Atau Poirot sekali lagi harus menggerakkan sel-sel kelabu di otaknya untuk memecahkan misteri tersebut?

 

Hercule Poirot Versi Branagh

Mungkin bagi generasi tua, David Suchet sudah terpatri di ingatan sebagai Hercule Poirot versi BBC dulu. Beban Kenneth Branagh tentunya tidak ringan saat ia harus berperan sebagai Poirot.

Namun, Branagh tampak mulus dan langsung memiliki ciri khas tersendiri dalam interpretasinya sebagai Hercule Poirot. Apalagi ia juga berperan sebagai sutradaranya.

Sosoknya langsung menonjol, dengan bentuk kumis yang bahkan berbeda. Branagh bisa meyakinkan fans Christie sebagai Poirot tanpa menghilangkan legenda yang sudah dibentuk lama oleh Suchet.

Gerak-gerik Poirot yang sedikit mengidap sindrom obsessive-compulsive tapi masih bisa dikendalikan itu bisa disampaikan dengan baik juga oleh Branagh hingga di film ketiganya ini.

 

Sentuhan Hantu Demi Komersialitas

Bagi para pembaca setia buku-buku Agatha Christie, tentunya tahu bahwa Christie tidak pernah bercerita soal hantu. Para pelaku kejahatan di kisah-kisah karyanya hanya darah dan daging.

Namun, tren film horor yang nyaris sudah menjadi jaminan menarik penonton ke bioskop tampaknya dimanfaatkan oleh penulis naskah Michael Green. Pesta Halloween kali ini disajikan bergaya supernatural.

Bahkan, eksekusinya pun membuat penonton akan berpikir dua kali. Sebenarnya, apakah hantu gadis yang tewas itu memang menampakkan dirinya pada Poirot, atau hanya ada dalam imajinasinya saja?

Kisah misteri berbalut supernatural ini disajikan dengan sangat stylish bergaya gothic. Membuat atmosfer film ini mencekam dengan latar yang sempurna.

 

Desain Produksi Yang Maksimal

Rumah tua di pinggir kanal Venisia akan memberikan kesan angker jika hari sudah malam dan semua lampu dimatikan. Hal ini saja sudah menjadi latar yang tepat untuk kisah misteri.

Tim desain produksi dan sinematografer Haris Zambarloukos membangun set dengan sangat detail. Ditambah lagi dengan badai yang menerpa rumah itu sejak malam hingga menjelang pagi.

Lorong tua yang gelap, ruangan yang remang-remang penuh kenangan pahit, dan sosok hantu yang dilihat Hercule Poirot sudah cukup untuk membuat bulu kuduk berdiri.

Sehingga, walau para fans setia pembaca buku Agatha Christia yang sudah mengetahui jalan cerita dan akhir cerita, mereka tetap akan mendapatkan sesuatu yang baru di adaptasi film ini.

 

Akting Total Para Pemain

Selain Kenneth Branagh yang tampil sempurna sebagai Hercule Poirot, perlu dicatat penampilan brilian dari penulis dan komedian Tine Fey sebagai Ariadne Oliver. Fey tampil sangat berbeda.

Selain itu, aktris Kelly Reilly sebagai Rowena Drake dan aktor Jamie Dornan sebagai Dr. Leslie Ferrier, juga berakting meyakinkan sebagai pasangan yang penuh rahasia.

Aktor cilik Jude Hill yang memerankan Leopold, anak dari karakter Ferrier tampil mencuri perhatian sebagai anak yang dewasa sebelum waktunya dan sangat cerdas sehingga dikagumi Poirot.

Yang istimewa adalah penampilan aktris pemeran Oscar, Michelle Yeoh. Di sini Yeoh berperan sebagai cenayang terkenal Joyce Reynolds yang memanggil roh Alicia.

 

Naskah 8/10

Akting 9/10

Sinematografi 8/10

Desain Produksi 9/10

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Exit mobile version