Usainya saga Harry Potter memang memicu rasa rindu pagi para Potterheads (julukan untuk para penggemar Harry Potter fanatik). Studio Warner Brother akhirnya mengambil keputusan baru.
Mereka membangun saga baru berdasarkan tokoh dalam saga film Harry Potter, Newt Scamander, penulis salah satu buku wajib yang dipelajari di sekolah sihir Hogwarts.
Newt Scamander adalah Magizoologist, ahli binatang-binatang sihir atau mitologi. Petualangannya pasti penuh dengan berbagai aksi saat bertemu dengan makhluk-makhluk sihir ini.
Sudah dua film yang dirilis berdasarkan saga Fantastic Beasts, saga yang mengusung Newt sebagai tokoh sentralnya. Tokoh-tokoh yang tidak asing dalam Harry Potter juga ada yang muncul.
Fantastic Beasts and Where to Find Them mencetak sukses besar. Sayangnya, hal itu tidak terjadi pada film kedua, The Crimes of Grindelwald.
Masalah pribadi aktor Johnny Depp dan Ezra Miller memicu kisruh pre-produksi mereka. Padahal, JK Rowling dan tim kreatif Fantastic Beasts sudah berencana untuk membuat dua film lagi.
Film ketiganya, The Secrets of Dumbledore, akhirnya rilis di tanggal 13 April 2022. Potterheads pasti sudah menanti-nanti review Fantastic Beasts: The Secrets of Dumbledore ini.
Yuk simak review Fantastic Beasts: The Secrets of Dumbledore berikut, gengs!
Sinopsis Fantastic Beasts The Secrets of Dumbledore
Gellert Grindelwald (Mads Mikkelsen), penyihir hitam yang berambisi menguasai dunia sihir, dibebaskan dari tuduhan. Albus Dumbledore (Jude Law), berencana untuk menghentikannya.
Dumbledore meminta bantuan Newt Scamander (Eddie Redmayne), temannya dan seorang Magizoologist handal, untuk membentuk tim beranggotakan para penyihir yang bisa dipercaya.
Newt mengajak kakaknya, Thadeus (kepala Auror di Kementrian Sihir), Lalie Hicks (penyihir perempuan tangkas), Jusuf Kama, Bunty (asisten Newt), dan sahabatnya yang seorang Muggle, Jacob Kowalski.
Bersama, mereka menyelamatkan seekor makhluk Ajaib bernama Qilin, yang memiliki kemampuan melihat siapa yang paling patut menjadi pemimpin. Sayang, Qilin itu juga diincar oleh Grindelwald.
Kemampuan Grindelwald yang bisa melihat masa depan yang hendak terjadi harus dilawan dengan rencana-rencana yang menumpuk. Sehingga hal itu akan membingungkannya.
Apalagi, Grindelwald malah memiliki pendukung yang semakin banyak. Ia dengan berani mencalonkan diri sebagai pemimpin dunia sihir.
Grindelwald ingin menjadi pemimpin tangan besi, menjadikan Dumbledore harus melawan mantan rekan dan kekasihnya itu. Bersama dengan Newt dan kelompoknyaa, mereka mulai melawan.
Apakah Grindelwald bisa menipu masyarakat sihir dengan niat jahatnya? Atau Newt dan kawan-kawan berhasil menghentikan Grindelwald dengan aksi penuh trik khas ciptaan Dumbledore?
Pergeseran Fokus Cerita?
Awalnya, Newt Scamander lah tokoh sentralnya. Petualangan Newt menyelidiki dan menangani berbagai kasus yang melibatkan makhluk-makhluk sihir pasti bakal asyik untuk diikuti.
Setelah film pertamanya yang sukses secara komersil, entah kenapa tim kreatif seolah mengubah fokus utama. Walau judulnya Fantastic Beasts, film kedua tidak lagi menjadikan Newts sebagai tokoh utama.
Pergeseran fokus ini memusatkan perhatian pada Albus Dumbledore muda dan perang akbar dunia sihir yang terjadi tujuh puluh sebelum kelahiran Lord Voldemort. Latarnya adalah tahun 1920-an.
Di film kedua ini juga muncul Gellert Grindelwald. Nama ini tidak asing lagi bagi para Potterheads. Ia adalah musuh besar, sekaligus mantan kekasih, dari Albus Dumbledore.
Keputusan membuat pergeseran fokus dari Newt Scamander (Eddie Redmayne) ke Dumbledore vs Grindelwald ini mungkin dianggap akan lebih familiar buat Potterheads. Sayang, film keduanya gagal.
Film ketiga, Fantastic Beasts 3: The Secrets of Dumbledore mencoba untuk memperbaiki kesalahan tersebut. Scamander tetap menjadi pengikat utama dalam film ketiga ini.
Peran Scamander yang ahli dan piawai menangani makhluk-makhluk sihir tetap ditonjolkan. Apalagi di film ini ada makhluk baru bernama Qilin, yang sukses menjadi pusat perhatian.
Porsi Newt Scamander sebagai hati dari franchise ini masih terasa kuat. Segala sesuatunya tidak bakal terlaksana kalau tidak ada Newt.
Kekuatan Naskah yang Tanggung
Kegagalan film kedua, The Crimes of Grindelwald, selain akibat masalah internal aktor Johnny Depp, juga diakibatkan karena naskah yang tidak matang. Padahal, penulisan ditangani oleh JK Rowling sendiri.
Naskah yang lemah memang menjadi biang keladi mengapa film kedua terasa hambar tanpa emosi dan cerita yang kuat. Rowling mungkin sudah banyak terdistraksi dengan buku-bukunya yang lain.
Konsep yang tidak matang akibat pergeseran fokus baru juga menjadi masalah. Padahal, jajaran pemain semuanya bermain dengan bagus, ditambah special effect dan cinematography yang tetap megah.
Fantastic Beasts 3: The Secrets of Dumbledore kembali mencoba mengembalikan inti cerita ke jalur utama. Akan tetapi, saga ini tampak kesulitan untuk mencapai ritme yang sama dengan Harry Potter.
Fondasi lemah dari film kedua memberi PR yang cukup berat untuk film ketiga. Film ketiga dengan terseok-seok membangun emosi yang dalam dan ikatan nyata terhadap penonton.
Mereka menambahkan latar belakang keluarga Dumbledore dan tragedi yang terjadi di antara mereka. Begitu juga sekilas masa lalu Dumbledore dengan Grindelwald sebagai kedalaman karakter.
Walau di sana-sini masih terlihat kedodoran dari segi plot, lini cerita yang tidak komplit, tokoh-tokoh yang muncul tanpa kejelasan pasti fungsi mereka dimunculkan, tapi hasilnya sudah lebih baik.
Mads Mikkelsen, Wajah Baru Grindelwald
Masalah internal aktor utama pemeran Grindelwald, Johnny Depp, membuat Warner Brothers terpaksa memecatnya. Pemeran penggantinya adalah aktor asal Denmark, Mads Mikkelsen.
Pergantian dari Johnny Depp ke Mads Mikkelsen juga membuahkan hasil. Walau Depp, yang juga seorang aktor hebat, cukup baik memerankan Grindelwald, Mikkelsen tampil beda.
Dalam wawancaranya, Mads Mikkelsen berkata, “Jika aku meniru apa yang sudah dilakukan aktor sebelumnya, itu adalah kebodohan kreativitas.” Depp berpenampilan eksentrik mencolok.
Mads berpenampilan necis dan rapi. Grindelwald di tangannya tampak seperti politikus biasa, sampai ia mulai berbicara. Mikkelsen adalah aktor watak yang bisa berakting hanya dengan mimik wajah.
Tanpa perlu banyak gaya dan berdandan eksentrik, kita bisa tahu seberapa besar rasa benci dan jijik Grindelwald terhadap kaum Muggle dari cara Mikkelsen menggerakkan bibir sedikit saja.
Masa Depan Wizarding World
Fantastic Beasts 3: The Secrets of Dumbledore kembali digarap oleh David Yates. Beliau adalah sutradara empat film Harry Potter terakhir dan dua film Fantastic Beasts sebelumnya.
Yates juga membawa kembali tim kreatif lamanya, sinematografer George Richmond, komposer James Newton Howard, desainer kostum Colleen Atwood, dan produser desain Stuart Craig.
Orang-orang ‘lama’ ini diharap bisa kembali memberikan nafas khas dan originalitas dunia sihir di Fantastic Beasts 3: The Secrets of Dumbledore. Dari segi teknis, film ini sudah berhasil.
Sinematografi dan desain produksi yang detail dan indah memanjakan mata. Juga, tampilnya makhluk-makhluk sihir, ada yang menyeramkan dan ada yang imut dan lucu sungguh menghibur penonton.
Pertemuan Albus Dumbledore dan Gellert Grindelwald yang sudah lama ditunggu-tunggu berhasil dieksekusi dengan baik oleh Jude Law dan Mads Mikkelsen. Keduanya memiliki chemistry yang intense.
Satu hal yang menonjol di film ketiga ini adalah gambaran gamblang mengapa Albus Dumbledore disebut sebagai penyihir terhebat. Kepiawaiannya dalam sihir banyak ditunjukkan di sini.
Albus yang cerdas dan punya akal banyak juga digambarkan cukup baik dalam film ini. Rencana yang penuh teka-teki adalah hasil buah pikirnya yang brilian, dengan Newt sebagai pelaksananya.
Eddie Redmayne juga tampil pas sebagai Newt Scamander. Ia bisa menjadi perekat yang menyatukan semuanya.
Mimik dan pembawaan Newt yang pemalu, enggan melakukan kontak mata, tapi saat berbicara tetap memancarkan kecerdasan dan ketulusan, membuat karakter-karakter lain bereaksi dengan baik.
Hogwarts Rumah Kita Semua
“Hogwarts will always be there to welcome you home.” J.K Rowling mengucapkan kata-kata ini dalam pidato perpisahannya saat film terakhir Harry Potter dirilis. Perkataan ini memang benar.
Bagi para Potterheads sejati, menonton Fantastic Beasts franchise mungkin terasa seperti sedang bersantai di rumah yang sedang direnovasi. Tidak seluruhnya sempurna dan bagus.
Agak panas mungkin, atau malah terlalu dingin, sedikit kotor, ada beberapa titik yang bocor, tapi tetap saja itu adalah rumah. Tempat paling nyaman buat kita semua.
Itulah yang terjadi pada Fantastic Beasts 3: The Secrets of Dumbledore. Fans fanatik akan tetap nyaman menontonnya, tapi belum tentu hal yang sama akan dirasakan penonton biasa.
Segala sesuatu yang ada di FB3: TSoD tidak terasa asing bagi fans atau yang sudah menonton saga Harry Potter sebelumnya. Dunia sihir ciptaan J.K Rowling tetap sama.
Bepergian dengan portkey, poci dan cangkir yang menuang dan mengaduk sendiri, kilatan mantra tongkat sihir, burung phoenix mengitari, dan Hogwarts tentunya, selalu akan menjadi rumah kita.
Penutup
Demikian lah review dari film Fantastic Beasts 3: The Secrets of Dumbledore. Semoga review ini bisa memberikan gambaran bagi kamu-kamu yang ingin menontonnya.
Film bergenre fantasi dan petualangan ini bukan hanya cocok untuk anak-anak, tapi juga bakal menghibur orang dewasa.
Para Potterheads tentu juga sudah tidak sabar menonton film ini. Akan lebih banyak informasi yang bisa didapat tentang masa lalu Dumbledore dan Grindelwald.
Buat kamu yang mau nonton Fantastic Beasts The Secrets of Dumbledore, film ini sudah tayang di bioskop-bioskop kesayangan kamu. Selamat menonton ya, gengs!
Mau nonton film Harry Potter lainnya? Kamu bisa cek layanan streaming seperti Catchplay, HBO Go, dan Apple TV.