Berdasarkan Legenda Berusia 2.500 Tahun

Menurut legenda Sarira, 2.500 tahun yang lalu, Sang Buddha berhasil mencegah iblis bersosok monster yang keluar dari gerbang neraka dan mencegah terjadinya kehancuran dunia. Kedua mata sang iblis, satu berwarna merah dan satu lagi berwarna hitam, berhasil meloloskan diri.
Untungnya, Buddha berhasil mengambilnya dan kedua bola mata itu diamankan di dalam peti bernama Sarira, masing-masing peti menyimpan satu bola mata. Buddha lantas menyembunyikan peti-peti itu berjauhan, satu di barat, dilindungi gunung dan tebing-tebing, sedangkan yang satu lagi disembunyikan di timur, jauh di dalam gurun pasir.
Akan tetapi, di tahun 2005, seorang profesor antropologi, Kim Joon-cheoi, menemukan satu peti Sarira yang disembunyikan di gurun. Profesor Kim yang lama-lama mulai kehilangan kewarasannya itu menunggu hingga gerhana bulan total di tahun 2020, waktu yang tepat untuk mengaktifkan bola mata itu dengan ritual darah.
Tujuannya adalah untuk membuka gerbang neraka kembali. Sebelah mata iblis tersebut mulai mengumpulkan kekuatan. Ia akan terus berpindah-pindah merasuki tubuh manusia dan membunuhi inangnya hingga hari ke-8, di mana kekuatannya akan pulih dan ia bisa bersatu dengan mata yang satunya lagi. Karena mulai banyak korban berjatuhan, kasus ini akhirnya juga melibatkan seorang detektif polisi Kim Ho Tae (Park Hae joon) yang kebingungan melihat mayat-mayat yang baru saja tewas tapi langsung membusuk dan mengering dengan sangat cepat.
Saat ritual itu dilakukan, biksu Ha jeong, yang tugasnya menjaga peti Sarira yang lain di sebuah kuil Buddha, bisa merasakan datangnya bahaya. Ia sudah tua dan sekarat, karena itu ia menugaskan anak didiknya, seorang calon biksu muda bernama Cheon seok (diperankan aktor muda Nam Da reum) untuk mencari muridnya Seon hwa (Lee Sung min), yang kini hidup terisolasi.
Seon hwa, yang selama ini hidup terbebani rasa bersalah dan masih dihantui masa lalunya, tahu bahwa ia harus mengambil alih tugas yang dulu diemban oleh gurunya. Selain itu, mereka juga harus menemukan seorang cenayang perempuan Ae-ran (Kim Yoo jung) yang bisa membantu mencari lokasi si iblis. Saat Cheon seok bertemu dengan mereka semua, maka perburuan dimulai.
Kisah Dengan Penokohan yang Kuat

Horor yang disutradarai oleh Kim Tae hyoung ini memberikan atmosfer yang sangat mencekam, memadukan sinematografi hutan dan pegunungan yang memiliki aura misterius dan dingin, tempat yang sangat meyakinkan sebagai persembunyian iblis dan kekuatan jahat yang dimilikinya. Penceritaan yang slow-burn tepat digunakan karena memberikan porsi waktu yang cukup kepada penonton untuk mengenal latar belakang dan sifat para karakter utamanya, sekaligus memberikan ruang yang cukup untuk membangun ketegangan.
Horor ini juga minim jumpscare, lebih mengandalkan ketegangan yang dibangun secara perlahan didukung dengan pengambilan gambar yang terpusat pada ekspresi wajah para karakternya yang disorot cukup dekat, menjadikan perubahan sekecil apapun di mimik wajah menjadi sesuatu yang tidak diantisipasi dan otomatis memberikan efek mengejutkan secara alami. Spesial efek yang cukup canggih dan halus juga membantu menguatkan kengerian di sosok manusia yang sedang dirasuki si iblis.
Perkembangan karakter-karakternya juga dilakukan dengan baik, seperti Seon hwa yang awalnya terkesan dingin dan tidak banyak bicara, tapi lama kelamaan bisa menarik simpati. Perubahan karakter calon biksu muda Cheon seok juga tidak kalah menarik. Ia menyapa penonton sebagai seorang calon biksu yang sedang menjalani sumpah kesunyian (tidak berbicara sama sekali) hingga ia membuka diri dan menjadi anak muda yang penuh semangat dan penuh kepolosan. Tingkahnya menjadi sumber humor tipis di film yang mencekam ini.
Performa dari aktor senior Lee Sung min memang tidak perlu diragukan lagi. Kepiawaian akting beliau bisa kita nikmati di film-film berkaliber awards seperti The Man Standing Next, The Spy Gone North, dan Misaeng. Lee Sung min menggambarkan karakter Seon hwa yang tidak banyak bicara dengan menekankan pada tatapan mata yang penuh dengan kesedihan dan amarah. Ia bisa menunjukkan betapa besar beban rasa bersalah yang bersarang di hatinya, dan betapa dalam keinginannya untuk menebus dosa tersebut. Kegetiran dan keletihan yang dirasakan karakternya juga bisa dirasakan oleh penonton.
Aktor muda Nam Da reum yang memerankan Cheon seok juga kembali mencuri perhatian, seperti saat ia tampil sekilas di serial populer Start Up. Cheon seok yang berwajah kekanakan dan naif lama-lama berkembang menjadi karakter yang mudah disukai dengan keingintahuannya yang besar akibat terlalu lama terisolasi di dalam kuil. Selain itu ia juga menjadi seseorang yang bisa diandalkan dan dipercaya karena keteguhannya dalam mengemban misi. Nam Da reum berhasil menggambarkan sosok seorang pemuda yang sebenarnya masih kanak-kanak dan menyukai hal-hal remeh temeh seperti permen loli.
Karakter cenayang Ae-ran sebenarnya bisa dieksplorasi lebih dalam oleh Kim Yoo jung, mantan aktris cilik yang kini sangat populer (penampilan terakhirnya bisa dinikmati di serial Backstreet Rookie). Karakternya yang lebih banyak mengobservasi dan berdiam diri sayangnya agak tertutup oleh karakter-karakter lain yang lebih menonjol. Sedangkan karakter detektif Kim Ho tae, sangat pas dan diperankan aktor Park Hae joon (Misaeng, Arthdal Chronicles, The World of the Married) yang berhasil menampilkan sosok polisi yang skeptis pada hal-hal supernatural di awal penyelidikan tapi akhirnya mau tidak mau harus memercayai bahwa hal-hal gaib memang ada saat rekannya dirasuki iblis.
Perang Antara Iblis dan Manusia

Secara keseluruhan, The 8th Night merupakan horor supernatural yang menekankan pada teror psikologis karakter-karakternya. Film ini memiliki gaung yang sama dengan film horor The Mimic yang menggunakan latar legenda siluman harimau pegunungan Jangsan dan film horor The Wailing yang juga berlatar di pedesaan dekat hutan yang gelap mencekam.
The 8th Night menunjukkan panorama pinggiran kota Gwangju yang terletak di daerah pegunungan Buk dan kuil kuno para biksu Buddha yang berada di tengah-tengah hutan pegunungan juga sukses memberikan gambaran betapa angkernya tempat itu.
The 8th Night cukup berhasil menyajikan kisah seram tentang ramalan kuno dan pengusiran iblis yang semakin lama semakin berdarah, dengan ketegangan yang pecah di klimaks film. Iblis bisa dengan mudah menanamkan benih keraguan di dalam diri manusia dan bersembunyi di balik akal sehat dan logika.
Akan tetapi, saat mulai mendapatkan perlawanan, iblis pada akhirnya akan memunculkan diri. Bahkan, seorang polisi paling skeptis sekalipun, yang sempat bertanya “Apa gunanya polisi jika dukun bisa menangkapi orang jahat?” akhirnya harus mengakui teror nyata yang diciptakan iblis. Walau demikian, kejahatan yang dilakukan iblis terhadap manusia hanya bisa dilawan sepenuhnya saat manusia itu bisa berdamai dengan dirinya sendiri, pasrah pada takdir, dan yang paling penting, memaafkan semua kesalahan. Hanya pada saat itulah, manusia bisa memenangkan pertarungan.
Untuk semua fans horor supernatural, film ini masih gres banget di Netflix. Yuk, bisa langsung ditonton, gaes!