Tanpa terasa, sudah hampir sebulan penayangan film He’s All That dan masih menjadi favorit pengguna layanan streaming Netflix, karena ceritanya yang relateable dengan kehidupan remaja masa kini.
Film bergenre komedi romantis ini, berhasil menjadi trending sejak penayangan perdananya pada 28 Agustus 2021 lalu, dan menduduki posisi pertama bersanding dengan serial Clickbait.
Bagi penggemar film pendahulunya yang berjudul She’s All That, sepertinya ikut bernostalgia dengan hadirnya reuni dari masing-masing cast. Hmm … menarik banget kan?
Eits! tapi sepertinya ada hal-hal yang lebih menarik dari itu. Lewat review film He’s All That ini, Sushi akan mengajak kamu berkenalan dengan dua pemeran utama, serta membuka sisi lain mereka di dunia perfilman.
Penasaran kan? Langsung saja, ini dia review film He’s All That selengkapnya dari Sushi.id!
Review He’s All That (2021)
Film He’s All that, membuat sebagian penonton generasi 90’an sepertinya ingin mengikuti trend yang sedang marak di dunia remaja masa kini.
Mereka seperti ingin mengenalkan bagaimana rasanya menjadi bucin (budak cinta) yang saat itu juga marak di masanya.
Bagaimana tidak? Freddie Prinze Jr. adalah idola remaja wanita pada masanya—sama seperti Chris Evans, jauh sebelum menjadi Human Torch dan Captain America.
Lewat He’s All That, para kru dan pemeran dari generasi lama mencoba untuk menghadirkan kesan reuni, sekaligus mencoba membangkitkan kembali memori mereka pada masa itu.
Lalu apakah berhasil? Menurut Sushi, film ini berhasil membangun sisi romantisnya lewat chemisty yang dibangun Padgett dan Cameron. Namun, dalam hal nostalgia sepertinya kurang begitu tergali ya.
Cerita yang dibangun sudah cukup bagus, hanya saja untuk alur cerita terasa terlalu cepat dan terlalu condong pada kehidupan seorang Padgett Sawyer (Addison Rae).
Padahal akan lebih menarik bila dalam cerita ini juga membuka sisi lain kehidupan Cameron Kweller (Tanner Buchanan).
Kehadiran Rachael Leigh Cook (Anna Sawyer—ibu Padgett) sebenarnya bisa loh dimanfaatkan sebagai peran jembatan sekuel dari She’s All That (1999).
Misalnya, Padgett adalah anak dari Laney Boggs yang mengalami pengalaman serupa dengan masa remaja ibunya. Bisa, bisa banget malah!
Beberapa adegan juga terkesan terlalu cringe. Setting tahun yang ingin dibangun dalam film He’s All That mengambil latar masa kini, namun dalam beberapa adegan terkesan masih mengikuti pengemasan film remaja 90’an.
Bayangkan, ada adegan dimana Alden (Madison Pettis) yang ingin meledek Padgett dan mempermalukannya, tapi dengan disoraki oleh—so called—‘cheerleader ’ yang bertingkah mendukung Alden.
Menurut Sushi, adegan itu terlalu norak dan kurang cocok menggambarkan remaja SMA masa kini sih gengs.
Lagu ‘Kiss Me’ yang Kehilangan Daya Magisnya
Anak generasi 90’an mana sih di sini yang nggak ngerti lagu ‘Kiss Me’?
Walaupun kamu belum menonton She’s All That dan baru tahu kalau lagu itu berasal dari sana, pastinya kamu familiar dong dengan lagu ini yang sempat menjadi soundtrack iklan permen di Indonesia.
Daya magis lagu ini begitu kuat, hingga kita pasti akan mengingat salah satu memori tersebut—terutama dari sisi Rachael dan Freddie.
Namun, sepertinya kekuatan magis lagu itu memudar di kala seharusnya menjadi soundtrack utama di film ini.
Lagu Kiss Me yang di aransemen ulang, memang masih memiliki auranya ketika dinyanyikan oleh Cyn. Tetapi, penggunaannya dalam film ini lah yang membuat daya magisnya hilang.
Rachael berusaha menampilkan adegan nostalgia dari sosoknya sebagai Laney Boggs, namun dialog yang dilakukan membuatnya nampak cringe dan penonton dibuat berpikir ‘apaan sih tante?’.
Tetapi, penggunaan versi remix dalam lagu ini syukurnya membuat kesan kekinian dan cocok dengan adegan akhir, di mana Matthew Lillard berjoged diam-diam untuk membaur dengan suasana.
Menurut Sushi, lagu favorit yang easy listening justru “Teenage Dream” yang dibawakan oleh Padgett dan Cameron.
Tak lupa juga “Carried Away” oleh Surf Mesa dan Madison Beer yang mellow banget, kamu mendengarkannya sambil menggunakan headphone di tengah suasana hujan.
Padget Sawyer adalah Kita di Media Sosial
Juga masih diiringi dengan lagu “Carried Away”, film He’s All That menampilkan kamar Padgett Sawyer sebagai seorang influencer; penuh dengan ring light, smartphone stand, make up, dan lain-lain.
Ketika Pagett bagun tidur pun, semua harus terlihat sempurna dan tanpa cela sama sekali—untuk menunjukkan pada dunia bahwa kehidupan kita amatlah sempurna.
Tetapi begitu keluar dari kamarnya, kehidupan nyata Padgett sangat berbanding terbalik dengan kondisi kamarnya yang serba pink dan glowing.
Semua itu Padgett lakukan bukan untuk dirinya sendiri, ia melakukan pekerjaan sampingan sebagai influencer untuk membantu ekonomi ibunya.
Ketika kita bersekolah di sekolah elit dan dikelilingi orang teman-teman dengan ekonomi menengah keatas, tentunya secara tidak langsung Padgett mengikuti sedikit gaya hidup teman-temannya.
Jika tidak, maka siap-siaplah kamu menghadapi perundungan dan juga diremehkan di sekolahmu.
Bila kamu ingin tahu, penggambaran kehidupan Padgett yang seperti ini sangat nyata loh di lingkungan sekitar Sushi.
Menurut Sushi, Padgett hanya melakukan yang terbaik yang ia bisa. Dipermalukan seperti itu di depan umum saat live sessions + kamu adalah seorang public figure, bukanlah hal yang mudah dihadapi—mengingat Sushi juga berkecimpung di ranah tersebut.
Addison Rae adalah Cast Padgett Sawyer yang Tepat
Sebagai bintang aplikasi tiktok termahal, pemilihan Addison Rae sebagai Padgett Sawyer adalah pilihan yang tepat.
Dengan predikat yang diterimanya tersebut, membuat Addison menjadi salah satu model busana dalam Met Gala 2021 beberapa waktu lalu.
Walaupun dalam debut film pertamanya ini Addison banyak mendapatkan komentar yang kurang baik, tapi Sushi rasa hal itu manusiawi.
Bakat akting seseorang bisa dilatih dan dipelajari, dan Sushi menilai akting Addison dalam menampilkan berbagai mimik wajah sangat natural.
Perubahan emosinya paling teruji saat ia mengalami dilema antara terbius dengan Cameron, dan harus menerima telepon dari Alden yang selalu mengingatkan tentang taruhan mereka.
Chemistry yang ia tampilkan dengan Tanner terlihat sangat natural, sayangnya karena alur yang terlalu cepat menyebabkan proses PDKT antara Padgett-Cameron terkesan cheesy.
Namun di balik semua itu, Addison sangat layak untuk mencoba peruntungannya dalam industri perfilman.
Cameron Kweller adalah Kita di Dunia Nyata
Kehidupan Cameron yang berbanding terbalik dengan Padgett, sangat mirip dengan realita kehidupan beberapa orang di sekitar kita.
Ada yang antisosial, ada yang no life, bahkan ada yang juga cuek dengan penampilannya.
Semua itu tentu bukan tanpa alasan, melainkan justru alasan yang kuat itu lah yang membentuk pribadi manusia hingga menjadi seperti Cameron.
Selain Addison Rae, daya Tarik dari film ini ada pada Tanner Buchanan sendiri. Sang aktor berhasil membuat sisi lain Cameron Kweller benar-benar tergali.
Kemampuan akting Tanner pun juga terlatih lewat film ini—di mana biasanya ia berperan sebagai psikopat dalam Sinister Seduction/Cruel Fixation, sebagai ahli bela diri di serial Cobra Kai, kali ini ia menguji bakatnya menjadi seorang yang bad looking.
Tanner bahkan rela membuat dirinya nampak tidak terawat demi perannya sebagai Cameron. Namun, begitu menjalani make over bersama Padgett, rupa asli Tanner Buchanan pun terlihat menawan.
Hasilnya? Yang awalnya mirip seperti bocah tidak terawat, kemudian berubah 180 ° bak pangeran tampan.
Menurut Sushi, dibandingkan dari perspektif Padgett, adegan terbaik justru dimenangkan oleh Cameron.
Ia membuka sisi lain dari seorang pria putus asa dan kesepian, yang tiba-tiba didatangi oleh ‘orang asing’ yang kini berada di hidupnya.
Jangankan hanya datang, orang tersebut seakan mencabut paksa Cameron dari zona nyamannya dan membawanya ke dalam dunia glamor yang sama sekali bukan ranahnya.
Selain itu, permainan emosi yang bikin baper banget terletak di dua adegan yang menjadi favorit Sushi, yaitu: adegan saat Brin menemui Cameron agar pergi ke dalam pesta Prom, dan Padgett yang menyampaikan pidatonya saat menjadi Prom Queen.
Menurut Sushi, kehilangan seseorang yang sangat berarti dalam hidup kita pastinya membuat semangat hidup menjadi berkurang.
Apalagi jika itu menyangkut kepada orang tua kita. Hal itu lah yang dirasakan Cameron dan Brin dalam film ini.
Tak luput juga dengan Padgett. Setelah ia mengenal Cameron dan memasuki kehidupan pria itu lebih dalam, Padgett banyak menemukan makna dari kehidupan dan mengapa hal itu yang lebih utama dalam hidupnya; bahwa dalam dunia ini, akan lebih indah bila kita menjadi diri kita sendiri.
He’s All That mengajarkan kita untuk menggali kembali potensi dan diri kita yang telah lama hilang.
Bila kamu tidak menemukan ‘percikan api’ kehidupan itu, mungkin kamu membutuhkan seseorang yang membaca api kecil itu dan berbagi kehangatan bersamanya.
Penutup
Terlepas dari kekurangannya dalam alur cerita, film He’s All That berhasil menyuguhkan sisi komedi romantis yang segar dan mampu menyesuaikan dengan jamannya.
Lewat film ini, karir Addison Rae dan Tanner Buchanan sama-sama melejit di sosial media dan dunia entertainment.
Terlihat dari Addison Rae yang mulai dikenal orang sebagai pendatang baru yang juga menjalin pertemanan dengan Kourtney Kardashian.
Plus, Tanner Buchanan yang sebelumnya dikenal dalam serial Cobra Kai pun juga mulai menampakkan pesonanya hingga menarik follower pada instagram pribadinya menjadi 3,5 juta pengikut!
Wow, jumlah yang sangat fantastis dalam satu bulan ini ya! Tetapi sangat sepadan dengan bakat aktingnya yang semakin terasah, dan juga perannya sebagai Cameron Kweller yang memikat.
Itu lah review film He’s All That yang Sushi sajikan untukmu, dan cocok banget sebagai teman bersantai di kala weekend. He’s All That bisa kamu saksikan di layanan streaming Netflix atau bisa juga lewat situs nonton film online yang Sushi rekomendasikan untuk kamu.
Jangan lupa klik tombol notifikasi, agar kamu tidak ketinggalan artikel menarik dari Vian Everdeen hanya di sushi.id!