Film original asal Korea ini diproduksi pada tahun 2013 dan menjadi salah satu film Korea terlaris sepanjang masa secara domestic, karena melewati angka 10 juta penonton. kamu berencana menontonnya? berikut adalah Review Miracle on Cell No 7
Film ini juga telah diremake oleh enam negara sebelumnya. Kini giliran Indonesia yang meremakenya.
Film aslinya disutradarai oleh Lee Hwan-kyung dan dibintangi oleh ensamble cast aktor dan aktris Korea Selatan yang luar biasa. Aktor watak senior Ryu Seung-ryong memegang posisi pemeran utama.
Miracle on Cell No 7 mengisahkan cerita manis yang memilukan, serta sarat dengan pesan kemanusiaan. Contoh kisah yang tepat sasaran untuk menyentuh hati nurani.
Versi Indonesianya disutradarai oleh Hanung Bramantyo, yang sukses dengan film-film Ayat-Ayat Cinta, trilogi Habibie & Ainun, Sang Pencerah, Jomblo, dan Bumi Manusia.
Pemeran utama versi Indonesia diperankan aktor watak Indonesia Vino G Bastian dan didukung oleh ensamble cast Indro Warkop, Tora Sudiro, Rigen Rakelna, Indra Jegel, dan Bryan Domani.
Aktris cilik Graciella Abigail memegang tokoh aktris pemeran utama, dan versi dewasanya diperankan oleh aktris Mawar Eva de Jongh. Denny Sumargo tampil sebagai sipir penjara.
Film ini memikul beban berat dan penuh tantangan karena penonton sudah memiliki pembanding dan menuntut versi remake minimal akan sama bagusnya, bahkan lebih dari versi originalnya.
Seperti apa versi remake film Miracle on Cell No 7 dari Indonesia? Sushi sudah membuat ulasannya, jangan sampai kalian lewatkan, gengs!
Sinopsis Miracle on Cell No 7
Dodo Rozak (Vino G. Bastian) adalah seorang laki-laki berkebutuhan khusus yang memiliki seorang anak perempuan, Kartika (Graciella Abigail/Mawar de Jongh).
Sekalipun memiliki keterbatasan mental, Dodo adalah seorang ayah yang baik dan penuh kasih sayang. Ia bisa mengasuh anaknya hingga tumbuh secara sehat, cerdas, dan bahagia.
Dodo adalah penjual balon. Suatu hari, keluarga kaya yang sedang mengadakan pesta ulang tahun anak mereka membeli balon-balonnya.
Sebuah insiden mengerikan terjadi. Dodo yang sebenarnya sedang menolong anak keluarga kaya itu malah dituduh memperkosa dan membunuh korban.
Karena ayah korban adalah pejabat tinggi negara dan punya kekuasaan, Dodo dijebloskan ke penjara tanpa bukti-bukti valid dan tanpa prosedur penyelidikan yang benar. Ia dijatuhi hukuman mati.
Karena kerinduan Dodo terhadap Kartika, teman-teman satu sel Dodo, Japra (Indro Warkop), Zaki (Tora Sudiro), Bewok (Rigen Rakelna), Atmo (Indra Jegel), dan Asrul (Bryan Domani) mengupayakan agar Kartika bisa diselundupkan ke dalam sel untuk menghabiskan waktu bersama ayahnya.
Setelah berbagai peristiwa yang dialami Dodo di penjara, para napi dan kepala sipir Hendro (Denny Sumargo) mulai meragukan, apakah Dodo benar bersalah telah memerkosa dan membunuh anak kecil?
Koneksi Ayah-Anak Melewati Keterbatasan
Cinta antara orang tua dan anak memang tidak mengenal batasan apapun. Termasuk keterbelakangan mental.
Hubungan antara ayah yang memiliki mental tidak sehat dan anaknya yang cerdas ini menjadi kekuatan utama film ini. Dodo tetap memegang teguh ketiga janjinya kepada istrinya yang sudah tiada.
Pertama, jangan pernah berbuat jahat, selalu merawat anak mereka dengan baik, dan memastikan agar anak mereka tumbuh menjadi dokter. Dua janji pertamanya berhasil ia pegang hingga akhir.
Karakter Dodo yang sangat polos dan hanya bisa berpikir selayaknya kanak-kanak, memiliki hati bersih dan kecenderungan untuk menolong sesama.
Walau balasan yang ia terima kadang sebaliknya, hal itu tidak mengubah sifatnya. Karakter Kartika yang cerdas mencintai ayahnya dengan sepenuh hati, tanpa sekalipun memandangnya berbeda.
Eksplorasi hubungan yang intense ini berhasil diekspresikan dengan sempurna berkat kemampuan akting Vino dan Graciella yang memiliki chemistry sangat kuat.
Komposisi musik indah karya komposer legendaris nasional Purwatjaraka juga berhasil membangun perasaan dan emosi penontonnya.
Apalagi lagu “Andaikan Kau Datang” yang dinyanyikan Andmesh berhasil mengungkapkan semua perasaan luka hati dan rindu yang dirasakan oleh ayah dan anak ini.
Kemanusiaan yang Tak Pernah Luntur
Seburuk-buruknya seseorang, entah itu karena ia khilaf atau memang melakukan kejahatan akibat kemauannya sendiri, bagian dari hati nuraninya yang tetap putih akan selalu ada.
Para narapidana yang menghabiskan waktu bersama Dodo, awalnya saja tampak garang. Akan tetapi, terbukti mereka juga manusia biasa yang memiliki hati nurani dan empati tinggi.
Begitu juga dengan para penjaga penjara dan sipirnya, yang awalnya sangat keras dan seolah tanpa empati. Walau demikian, setelah latar belakang diungkap, sifat-sifat awal itu bisa dimengerti.
Naskah dan penceritaan film ini, selain konflik-konflik sebagai penggulir plot, juga memasukkan elemen komedi yang cukup banyak. Ini efektif untuk menunjukkan sisi positif yang ada di dalam penjara.
Latar penjara justru menjadi lem perekat yang memberikan gambaran berbeda tentang penjara. Tempat yang memiliki kesan keras dan menyeramkan itu, ternyata menyimpan banyak sisi kemanusiaan.
Tidak semua narapidana sepenuhnya jahat. Sisi humanis mereka ini lah yang menjadikan sebuah sel penjara menjadi tempat yang tetap layak. Bahkan untuk menyembunyikan seorang anak kecil sekalipun.
Sisi humanis film ini juga menunjukkan bahwa posisi tinggi dan kekuasaan yang dimiliki tidak semerta-merta menjadikan seseorang berakhlak mulia dan memiliki integritas tinggi.
Sebaliknya, seseorang dengan keterbelakangan mental juga tidak menjamin bahwa ia tidak mengerti konsep cinta, kebaikan dan nilai-nilai yang luhur.
Ensamble Cast yang Sempurna
Selain naskah yang kuat dan penyutradaraan yang baik, pemilihan pemain adalah salah satu faktor terpenting jika ingin menghasilkan film yang bagus. Hal ini dibuktikan oleh para pemeran di MoCN7.
Semua karakter yang ada, walau berbeda porsi, bisa tampil maksimal dan menjalankan perannya dalam menggulirkan cerita.
Indro Warkop, Tora Sudiro, Rigen Rakelna, Indra Jegel, dan Bryan Domani berhasil menghidupkan karakter mereka dengan ciri khas masing-masing.
Walau latar belakang yang diberikan termasuk sedikit, tapi penonton langsung bisa bersimpati dengan semua karakter pendukung ini.
Denny Sumargo juga tampil baik sebagai kepala sipir penjara yang awalnya dingin dan keras, tapi seiring berjalannya kisah, ternyata bisa membalikkan pendapat penonton dan meraih simpati.
Catatan khusus untuk penampilan brilian duo anak-ayah Vino G Bastian dan Graciella Abigail. Graciella Abigail mencuri perhatian dengan kemampuan aktingnya yang polos sesuai usia tapi bisa terlihat tegar.
Sedangkan Vino G Bastian benar-benar tampil total menangkap esensi seseorang dengan keterbelakangan mental. Mulai dari mimik wajah, sorot mata, posisi mulut dan gaya berbicaranya.
Emosi yang ditunjukkan sebagai seorang ayah yang hanya ingin kembali pulang karena anaknya ditinggal sendirian sangat fokus dan performanya konsisten dari awal hingga akhir.
Kesimpulan
Sebagai remake dari film yang sangat sukses dan disukai banyak orang, Miracle on No 7 versi Indonesia ini menjadi tugas berat sutradara Hanung Bramantyo dan penulis naskah Alim Sudio.
Beban itu antara lain adalah harus memberikan penyegaran, bahkan sesuatu yang lebih, tanpa mengurangi esensi dari film originalnya. Tentunya ini bukan hal yang mudah.
Miracle on Cell No 7 bukannya tanpa kekurangan. Durasi yang cukup panjang tidak dimanfaatkan secara maksimal untuk pengembangan beberapa karakter pendukung yang berperan penting.
Satu atau dua dramatisasi adegan mengharukan terasa terlalu dipanjang-panjangkan. Beberapa plothole juga terselip di sana sini. Namun, secara keseluruhan aspek-aspek ini tidak mengganggu.
Banyak remake yang gagal akibat meniru persis kisah originalnya sehingga tidak menawarkan sesuatu yang baru. Atau, mereka melakukan terlalu banyak perubahan sehingga mengikis esensi utamanya.
Miracle on Cell No 7 versi Indonesia secara umum berhasil menghindari kegagalan-kegagalan tersebut. Selain tetap memiliki esensi film originalnya dengan jelas, film ini tetap memiliki ciri khas dan jiwanya sendiri.
Sebuah drama keluarga yang manis, lucu, menyentuh, dan mengharukan, Miracle on Cell No 7 patut kalian saksikan di bioskop.
Jangan lewatkan tanggal tayang film ini di bioskop-bioskop kesayangan kamu ya! Catat tanggalnya, film ini akan dirilis serentak pada tanggal 8 September 2022 di seluruh bioskop di tanah air.
Siapkan tissue yang banyak ya, gengs!