Arti kata Pachinko adalah sejenis mesin permainan yang serupa dengan permainan pinball, namun bisa memberikan hadiah dengan sistem slot machine perjudian. Metafora dari nasib kehidupan.
Serial ini dibuat dengan bujet fantastis dan merupakan salah satu produksi awal kerjasama antara Korea Selatan dan platform streaming Apple TV, yang mulai merambah dunia Drakor.
Pachinko adalah kisah berlatar sejarah yang diadaptasi dari novel berjudul sama karya Lee Min-ji yang beredar tahun 2017. Buku ini sangat sukses hingga diadaptasi ke serial TV oleh Soo Hugh.
Serial ini bercerita tentang sebuah keluarga Korea Selatan yang berimigrasi ke Jepang di abad ke-20. Generasi yang hidup dalam ketegangan Jepang dan Korea walau perang sudah lama berlalu.
Review Pachinko dari Sushi akan mengupas nilai produksi dan jalannya cerita yang memiliki ekspektasi tinggi dari para penggemar novelnya ini.
Selain itu, fans berat Lee Min-ho pastinya sudah tidak sabar. Sejak penampilannya di The King Eternal Monarch yang dianggap mengecewakan, kini aktor Lee Min-ho kembali ke layar kaca.
Tentu hal ini bisa jadi obat rindu bagi para penggemarnya. Apalagi, ia memberikan penampilan yang berbeda di drakor ini.
Apakah Pachinko berhasil memberikan sebuah hiburan yang memuaskan? Mari kita simak review Pachinko berikut ini gengs!
Fragmen Kelam Sejarah Korea-Jepang
Perang memang selalu menyisakan trauma mendalam. Bahkan, segala prejudice dan prasangka tetap berakar dalam meski waktu sudah lama berlalu.
Hal ini terlihat dari interaksi masyarakat Korea yang bermigrasi ke Jepang sekitar tahun 1910. Kisahnya disajikan bergantian antara masa lalu dan masa kini, juga lokasi yang berpindah-pindah.
Tokoh utamanya adalah perempuan Korea bernama Sunja (diperankan oleh tiga aktris untuk tiga masa kehidupannya, masa kecil, muda, dan tua). Ini adalah kisah hidup Sunja yang kaya makna.
Sunja menjalani seluruh hidupnya dalam arus perubahan dunia pada masa transisi setelah perang. Sunja muda meninggalkan Korea untuk bermigrasi ke Jepang.
Ditunjukkan dalam serial ini bagaimana perlakuan warga Jepang terhadap warga Korea pendatang yang kasar dan sering merendahkan. Banyak sekali kasus kekerasan dan bentrok terjadi antara keduanya.
Hal ini menggambarkan ketidaktuntasan dendam dan amarah antara kedua negara akibat perang. Narasi serial ini berhasil menyajikan kedalaman emosi yang bersumber dari konflik ini.
Pengorbanan Cinta Demi Tanggung Jawab
Sunja menjalin hubungan dengan Hansu, seorang pedagang dan makelar ikan kaya, yang merayunya. Namun, percintaan itu kandas akibat status Hansu yang sudah beristri.
Percintaan terlarang ini ditampilkan dengan artistik. Sinematografi pelabuhan Busan tua yang ramai dan hutan yang sepi, memperkuat hasrat dan emosi yang dirasakan Sunja saat bersama Honsu.
Sunja harus berdamai dengan dirinya sendiri saat memilih untuk menikah dengan lelaki lain yang menjanjikan masa depan lebih baik. Kesalahan-kesalahannya di masa silam menjadi pengalaman.
Penonton bisa merasakan patah hati dan frustrasi Sunja. Namun, kelegaan juga sudah didapat saat melihat masa depan Sunja yang digambarkan memiliki kehidupan yang lebih baik.
Perlakuan yang ia terima di sepanjang hidupnya cukup memberinya pelajaran dan memiliki ketetapan hati yang teguh. Karena ternyata, cinta bukanlah penentu yang mutlak.
Cerita Pachinko memang memadu percintaan dengan perjalanan hidup. Gabungan dari sejarah, kisah cinta, kecintaan terhadap tanah air dan kekeluargaan ini terasa ditempa dengan kuat.
Untungnya, walau penjabaran plot terkesan lambat di beberapa adegan, tapi naskahnya tetap padat. Emosi yang dihasilkan pun berhasil dibangun dan memberi atmosfer yang sendu.
Evolusi Budaya Dalam Lintas Generasi
Pachinko memberikan presentasi yang epik tentang kehidupan empat generasi keluarga yang berlatar di Korea, Jepang, dan Amerika. Kisah lintas generasi yang menarik dan sangat menyentuh.
Yang paling menonjol di awal kisah adalah perlakuan terhadap kaum perempuan pada masa itu. Perempuan Korea masih diperlakukan sebagai warga kelas dua.
Latar yang maju mundur juga berhasil memberi gambaran bahwa sebenarnya tidak banyak yang berubah dari budaya dan nilai-nilai tersebut. Bahkan, saat memasuki masa modern sekalipun.
Perbedaan yang bisa nyata dilihat mungkin hanya karena pekerjaan-pekerjaan sulit di masa lalu kini lebih mudah dengan kemajuan teknologi. Menanak nasi atau mencuci baju, misalnya.
Sebuah adegan sederhana bisa menggambarkan hal itu dengan jelas. Setelah para lelaki makan, para perempuan yang sepagian memasak duduk dalam kelelahan dan makan belakangan.
Kerinduan dan rasa cinta terhadap tanah kelahiran juga bisa dipicu dari hal-hal kecil. Misalnya dari rasa nasi yang dimasak.
Sebuah adegan yang menarik perhatian adalah saat Sunja tua yang tinggal di Osaka merasakan nasi yang berasal dari Korea. Cucunya, Solomon tidak tahu perbedaan rasanya.
Sunja berkata, jika nasi yang ditanam di Korea memiliki tekstur lebih keras dengan rasa seperti kacang. Ia juga berkata pada cucunya bahwa nasi putih adalah kemewahan saat ia muda dulu.
Bertemunya Pemain Bintang dan ‘Anak Baru’
Selain kembalinya Lee Min-ho di serial ini sebagai Koh Hon-ju, pengusaha dan perantara nelayan kaya yang memikat hati Sunja, tampil juga aktris senior Youn Yuh-jung.
Aktris berusia 75 tahun itu adalah pencetak rekor sebagai aktris Korea pertama yang memenangkan Oscar di film Minari di tahun 2020 silam. Penampilannya tanpa cela sebagai Sunja tua.
Namun, yang menjadi bintang di serial ini justru aktris pendatang baru, Kim Min-ha, yang memerankan Sunja remaja. Kim Min-ha yang segar dan ayu, memiliki bakat akting luar biasa.
Ia memerankan Sunja yang polos dan pendiam dengan meyakinkan. Ia juga bisa bereskalasi menjadi Sunja yang memendam rindu, patah hati dan kekecewaan.
Transformasinya dari gadis lugu menjadi perempuan dewasa yang tidak ragu menentukan nasib juga berhasil ditampilkan dengan akting yang menawan.
Lee Min-ho sendiri akhirnya berhasil keluar dari pakemnya memerankan karakter protagonis, yaitu memerankan lelaki yang tidak bisa dipercaya dan tidak bertanggung jawab.
Aktor Jin-Ha memerankan Solomon, cucu dari Sunja. Ia memerankan karakter lelaki muda dengan pendidikan modern di Amerika dan lebih sering bergaul dengan orang-orang kulit putih.
Selain mereka, serial ini juga didukung oleh aktor dan aktris Anna Sawai, Jung Eun-chae, Jeong In-ji, Jimmi Simpson, Han Jun-woo, Kaho Minami, Steve Sanghyun Noh, Soji Arai, dan Jeon Yu-na.
Dualisme Dunia ‘Pachinko’
Mengadaptasi sebuah novel multigenerasi yang begitu dicintai ke dalam bentuk serial adalah pekerjaan yang sulit. Salah interpretasi dan penceritaan bisa merusak makna dan pesan aslinya.
Tim produksi Soo Hugh, Kogonada, Justin Chon, Michael Ellenberg, Lindsey Springer, Theresa Kang-Lowe, Richard Middleton berhasil menciptakan dunia multi-latar Pachinko.
Dua dunia dalam kisah Pachinko digambarkan dengan realistis dan detil oleh tim produksi yang membangun set awal abad 20 dan set di tahun 80-an dengan sempurna.
Set produksi yang megah dan detil ini berhasil mendukung terjadinya momen-momen berkekuatan besar dan berhasil membantu terciptanya koneksi dua linimasa tersebut dalam emosi.
Dengan pengambilan gambar dan sinematografi sekelas film layar lebar, Pachinko jelas berada di level drakor premium. Perpindahan era berhasil dieksekusi secara halus tanpa terasa ada benturan.
Kisah Sunja muda mewakili pencarian jati diri dan fondasi kehidupan di generasi mendatang. Sedangkan kisah Solomon, cucu Sunja, mewakili generasi muda dan globalisasi modern.
Kesimpulan
Pachinko berhasil memberikan tontonan yang membuat kita bertahan untuk terus mengikuti ceritanya karena berhasil mempertahankan rasa ingin tahu penonton.
Pesan yang disampaikan pun terasa cukup berhasil, bahkan bagi mereka yang belum pernah membaca novelnya. Tentang perubahan zaman dan evolusi budaya.
Juga pencapaian kedewasaan seseorang yang telah melalui berbagai fase kehidupan, tantangan, kesulitan, dan kebahagiaan. Hasil akhirnya, walau pahit manis, terasa setimpal dengan prosesnya.
Pachinko telah dirilis per tanggal 25 Maret 2022 di premieres Friday, March 25 di platform streaming Apple TV. Serial Pachinko berjumlah 8 episode.
Selamat menikmati sajian Pachinko, drakor yang berkelas ini, ya gengs!