Review Film Sayap-Sayap Patah

review sayap sayap patah gambar utama

Sutradara Rudi Soedjarwo kembali lagi berkarya setelah cukup lama vakum di dunia perfilman nasional. Film terbarunya ini cukup istimewa karena memiliki premis berdasarkan kejadian nyata. berikut adalah Review Sayap-Sayap Patah

Film Sayap-Sayap Patah diangkat dari sebuah kisah nyata tentang tragedi pemberontakan para tahanan teroris di Mako Brimob pada bulan Mei, tahun 2018 silam.

Genre action dengan tema tentang terorisme ini cukup jarang diangkat dalam perfilman nasional.

Film ini memiliki naskah yang ditulis oleh trio Monty Tiwa, Eric Tiwa, dan Alim Sudio, sinematografi yang digarap oleh Arfian dan musik yang ditangani oleh Andi Rianto.

Aktivis media sosial Denny Siregar adalah produsernya. Saya-Sayap Patah dibintangi Nicholas Saputra, Ariel Tatum, Poppy Sovia, Khiva Iskak, Ariyo Wahab, Dewi Irawan, Nugie Nugroho, Gibran Marten, dan Iwa K.

Menurut Denny Siregar, film ini dibuat sebagai monumen abadi peristiwa itu. Agar rakyat Indonesia tidak akan melupakan jasa para anggota Densus 88 yang menjadi korban.

Sushi sudah menyiapkan review film Sayap-Sayap Patah yang baru saja hadir di bioskop-bioskop tanah air. Seperti apa filmnya? Yuk kita simak review film Sayap-Sayap Patah berikut, gengs!

Sinopsis

Film ini mengisahkan seorang anggota Densus 88, satuan anti terorisme Republik Indonesia, bernama Aji. Istrinya sedang hamil besar dan Aji masih bertugas di Surabaya.

Aji beserta satuannya cukup disibukkan dengan penangkapan beberapa anggota yang terlibat dalam jaringan terorisme yang sudah melaksanakan banyak aksi teror berdarah mereka.

Diawali dengan pengeboman kantor polisi tempat Aji bekerja yang menewaskan beberapa rekannya, Aji semakin gencar menangkap anggota teroris, terutama gembongnya, Leong.

Leong akhirnya tertangkap. Para teroris itu dibawa ke Mako Brimob di Jakarta. Aji lalu menyusul istrinya yang pergi ke Jakarta dan dipindah tugaskan ke sana.

Aji sedang berada di Mako Brimob pada hari yang nahas itu. Leong memimpin pemberontakan dan terjadilah kerusuhan di Mako Brimob, di mana beberapa polisi disandera.

Walau film ini adalah adaptasi bebas dari peristiwa nyata kerusuhan di Mako Brimob Mei 2018 lalu, tapi kurang lebih jalinan ceritanya tidak terlalu berbeda dengan apa yang benar-benar terjadi.

Tema Yang Jarang Diangkat

Sayap-Sayap Patah unik karena film dengan latar ini jarang sekali diusung dalam perfilman nasional. Naskahnya kuat dan adegan-adegannya mengalir cukup baik.

Walau plotnya terasa lamban di awal hingga pertengahan, hal itu mungkin diperlukan agar penonton bisa mengingat dan merunut kronologi peristiwa yang memicu peristiwa di Mako Brimob.

Eksekusi filmnya tampak cukup berhati-hati agar tidak ada pihak-pihak tertentu yang mungkin bisa merasa tersinggung atau dipojokkan.

Atribut yang disematkan kepada para teroris juga tidak mengacu ke agama tertentu. Hal ini karena segala bentuk tindakan terorisme memang tidak pernah mewakili ajaran agama mana pun.

Scoring musik di film ini juga memiliki peran penting dalam membangun antisipasi dan emosi. Sayatan biola dengan nada yang sendu seolah menyiapkan kita untuk akhir yang pedih.

Berhubung kisah ini berdasarkan kejadian nyata, banyak dari kita yang tentunya sudah tahu akhir ceritanya. Selain terorisme, kehidupan cinta dan keluarga para anggota Densus 88 juga dikupas.

Ada satu adegan saat istri salah seorang polisi yang gugur dalam tugas meratap dan menangis. Ia terus-terusan berkata walau ia menyangka telah siap kehilangan suaminya, kenyataannya tidak demikian.

Kisah ini menunjukkan pada kita bahwa para anggota Densus 88 adalah manusia biasa dengan keluarga yang mencintai mereka dan selalu berharap mereka pulang dalam keadaan selamat.

Jajaran Pemeran Yang Solid

Dua puluh satu tahun yang lalu, Nicholas Saputra pernah diarahkan oleh Rudi Soedjarwo dalam film yang melesatkan popularitasnya hingga sekarang, yaitu Ada Apa Dengan Cinta?

Reuni ini diakui Nicholas sebagai hal yang ia tunggu-tunggu. Performa Nicholas sebagai Aji sangat meyakinkan. Terlihat dari postur tubuhnya yang berotot dan bugar sebagai anggota Densus 88.

Chemistrynya dengan aktris Ariel Tatum yang memerankan istrinya sangat hangat dan mesra. Ariel Tatum pas berperan sebagai istri Aji yang sedang hamil besar dan harus tetap tegar.

Jajaran pemeran lainnya tidak kalah cemerlang. Rapper Iwa K mencuri perhatian sebagai gembong teroris dengan penampilannya yang sangat brilian.

Aktris Poppy Sovia, walau porsinya tidak banyak, membawakan karakternya sebagai anggota Densus 88 perempuan dengan baik.

Begitu juga dengan Edward Akbar sebagai anggota teroris yang berpenampilan dingin. Aktor Khiva Iskak, Revaldo, dan Gibran Marten ikut tampil memorable sebagai anggota Densus 88 lainnya.

Ada dua hal unik lain selain reuni Nicholas dengan Rudi. Yang pertama, ada dua penyanyi yang tergabung dalam band The Dance Company, Nugie dan Ariyo Wahab, turut bermain di sini.

Lalu, ada dua pemeran Rangga dalam Ada Apa Dengan Cinta? yang bermain bersama di sini. Nicholas Saputra sebagai Rangga versi film dan Revaldo sebagai Rangga versi serial TV.

Kekurangan Pengalaman Dalam Genre

Rudi Soedjarwo memiliki sejumlah filmografi yang cemerlang. Selain Ada Apa Dengan Cinta?, ia juga menyutradarai Bintang Jatuh, Mengejar Matahari, 9 Naga, Mendadak Dangdut, dan Cintapucino.

Sentuhan khas Rudi adalah membangun ‘band of brothers/sisters’ dengan ikatan kuat dalam kisah-kisahnya. Misalnya Cinta dan ganknya, para sahabat dalam film Mengejar Matahari dan seterusnya.

Namun, genre ini cukup sulit diwujudkan ke layar lebar, apalagi karena temanya sulit dan jarang digarap sineas Indonesia. Kurangnya pengalaman dalam memproduksi film seperti ini menjadi catatan penting.

Selain pembangunan emosi yang masih tersendat-sendat, motif dari konfliknya juga tidak digali terlalu dalam. Padahal, durasi filmnya sebenarnya cukup untuk memberikan latar belakang yang lebih.

Set produksi juga terlihat minim dan detail-detailnya tidak terlalu rapi. Walau demikian, hal ini masih bisa dimaklumi karena genre ini bisa dibilang masih sangat baru untuk dieksplorasi.

Hal ini dikompensasikan dengan akting para pemain yang hampir semuanya cemerlang, naskah yang digarap secara serius, dan penyutradaraan yang sudah berpengalaman.

Kesimpulan

Sebuah film keren dengan genre yang segar. Film ini memiliki pesan mendalam tentang perjuangan para penegak hukum dan satuan anti-terorisme yang senantiasa menjaga keamanan Ibu Pertiwi.

Naskah yang rapi dan dramatis, didukung dengan performa para pemerannya yang solid, berhasil menutupi beberapa kekurangan film ini.

Film ini juga bisa jadi pengobat rindu bagi para penggemar Nicholas Saputra, yang terkenal sangat selektif dalam memilih naskah.

Sebuah terobosan baru yang cukup menjanjikan. Semoga di masa depan akan lebih banyak sineas-sineas lokal yang tertarik juga untuk menggarap film-film dari genre ini.

Yuk, gengs, kita dukung film-film nasional berkualitas seperti film Sayap-Sayap Patah ini. Film ini sudah bisa kamu tonton di bioskop-bioskop kesayangan kamu.

Exit mobile version
Skip to toolbar