Review Sewu Dino –
Kisah viral milik SimpleMan yang sempat menjadi buah bibir di mana-mana memang fenomenal. Setelah KKN Di Desa Penari yang menjadi film nasional terlaris sepanjang masa, ia tidak berhenti.
Kisah kedua yang diangkat karya SimpleMan adalah Sewu Dino (jika diterjemahkan berarti Seribu Hari). M.D Entertainment sekali lagi mengadaptasinya ke layar lebar.
Film ini disutradarai oleh sutradara spesialis horror/gore Kimo Stamboel. Adaptasi naskahnya ditulis oleh Agasyah Karim dan Khalid Khasogi.
Film ini dibintangi oleh aktris Mikha Tambayong, Rio Dewanto, Marthino Lio, Givina Lukita Dewi, Agla Artalidia, Gisellma Firmansyah, Pritt Timothy, dan juga aktris senior Karina Suwandi.
Mengusung tema yang berbeda dengan KKN, Sewu Dino memusatkan ceritanya pada santet ilmu hitam. Seorang gadis yang menjadi korban santet harus dijaga sampai hari ke-1000.
Seperti biasa, Sewu Dino mendapatkan slot khusus film nasional di libur lebaran 2023 ini. Diharapkan Sewu Dino bisa mengulang kesuksesan KKN bagi M.D Entertainment.
Sengeri apa teror yang kali ini ditawarkan oleh Sewu Dino? Apakah ilmu hitam memang benar-benar bisa menyerang manusia? Sushi sudah menyiapkan review Sewu Dino khusus untuk kamu, gengs.
Mari kita simak dulu review Sewu Dino berikut yang sudah disiapkan oleh Sushi!
Sinopsis
Della Atmojo, seorang gadis muda keluarga Atmojo, telah terkena santet ilmu hitam dari musuh keluarganya. Neneknya, Mbah Karsa Atmojo, mencari orang untuk menjaga Della.
Hal ini bukan perkara biasa. Mereka yang setuju untuk bekerja untuk Mbak Atmojo karena diiming-imingi uang juga diikat dengan ilmu hitam.
Mereka tidak bisa melarikan diri sampai menunaikan perjanjian awal mereka. Orang-orang ini dipilih untuk menjaga Della yang dirasuki makhluk supernatural bengis bernama Sengarturih.
Mereka harus melakukan ritual setiap senja secara hati-hati agar kekuatan Sengarturih bisa dikendalikan. Jika Della tidak dijaga sampai hari ke-1000, Sengarturih akan mengambil alih raganya.
Tiga orang gadis yang mengambil pekerjaan tersebut karena kesusahan ekonomi harus menghadapi teror Sengarturih. Bukan hanya menjaga Della, mereka juga harus mempertaruhkan nyawa mereka.
Atmosfer Sangat Mencekam
Kelebihan utama film Sewu Dino yang langsung terasa menonjol adalah atmosfer mencekamnya. Rumah tua di tengah hutan sebagai latar mampu memberi dukungan tepat untuk suasana seram.
Penampilan dari Della yang sedang dirasuki Sengarturih juga sangat organik. Tidak banyak menggunakan efek, hanya mengandalkan kostum dan tata rias namun malah menjadi lebih asli.
Warna-warna yang digunakan dalam penyelesaian akhir sesuai untuk menciptakan nuansa muram, kuno, dan juga mencekam.
Acungan jempol juga bisa diberikan untuk penataan set dan desain produksi yang detail dan rapi untuk perabotan nuansa Jawa di rumah keluarga Atmojo dan di rumah desa tempat Della disimpan.
Plot Cerita Terlalu Lamban
Kekurangan utama dari Sewu Dino justru terletak dari segi penceritaan. Durasi yang cukup panjang terasa kosong dan membosankan, terutama di bagian tengah.
Akan lebih baik jika durasinya lebih pendek, sehingga pergerakan cerita bisa lebih mengalir. Twistnya pun tidak mengejutkan, sehingga build up yang dibangun lama itu terasa percuma.
Jika dibandingkan dengan KKN di Desa Penari, naskahnya lebih kuat dan penceritaannya lebih lancar. Sewu Dino menang di aspek teror, tapi lebih lemah di naskah.
Ada kemungkinan hal ini akan dikupas lebih dalam di sekuelnya. Simpleman pernah berkata bahwa jika terus didalami, maka rahasia yang disembunyikan keluarga yang mengalami santet akan terkuak.
Mungkinkah film ini akan dibuat kelanjutannya? Semoga benar, sehingga bisa menjawab beberapa pertanyaan yang masih menggantung di film Sewu Dino ini.
Ilmu Hitam dan Tatanan Sosial
Kesenjangan sosial dalam lapisan masyarakat di Indonesia memang masih menyisakan jurang yang cukup dalam. Mereka yang kaya bisa melakukan apa saja karena uang.
Sedangkan, mereka dengan kesulitan ekonomi sering putus asa bagaimana bisa menghidupi diri dan keluarganya. Hal ini digunakan sebagai pemicu dari film Sewu Dino.
Karena terdesak biaya pengobatan ayahnya, Sri (Mikha Tambayong) terpaksa menerima pekerjaan misterius yang sejak awal sudah terasa tidak beres.
Ia bahkan diikat dengan ilmu hitam oleh Mbah Karsa sehingga ia tidak bisa membatalkan perjanjian untuk merawat Della yang terkena santet.
Begitu juga dengan ketiga rekannya Erna (Givina Lukita Dewi) dan Dini (Agla Artalidia), yang dengan agendanya masing-masing, terjebak dan terlilit ilmu hitam dengan cara yang berbeda.
Motif si dukun santetnya sendiri, Sabdo Kuncoro (Marthino Lio) juga tidak sepenuhnya jelas. Dendam apa yang ia miliki hingga ia mengirim santet ke Della.
Yang jelas, bahkan jika memiliki uang sekalipun, tidak menjamin kehidupannya bisa damai. Karena, mereka malah harus menghadapi ancaman-ancaman dari saingan mereka.
Kesimpulan
Sewu Dino cukup menghibur. Ketegangan dan atmosfer mencekamnya cukup maksimal. Didukung sound yang meraung di telinga, film ini efektif menakut-nakuti penonton.
Sebagai horror dengan tema santet yang cukup sering diangkat ke layar lebar, seharusnya Sewu Dino bisa lebih detail menggambarkan jenis santet yang satu ini.
Santet Sewu Dino termasuk jenis santet yang mendatangkan petaka bila pelakunya gagal menunaikan syarat-syaratnya. Dan akibatnya harus dibayar nyawa seluruh keturunannya.
Penceritaan yang lamban akibat naskah yang lemah paling tidak tertutupi oleh atmosfer mencekam dan cara membangun ketegangan yang baik.
Penampakan iblisnya tidak sempurna dan terlihat kurang ‘hidup’, tapi secara keseluruhan, film ini masih enak untuk diikuti.
Score:
Akting: 6/10
Sinematografi: 7/10
Naskah: 5/10