Review Shang-Chi – Pada zaman dahulu kala, sering kali kita menemui berbagai macam sejarah, hikayat, dan juga pusaka peninggalan kerajaan.
Dari zaman ke zaman, pusaka tersebut di alihkan secara turun temurun kepada generasi yang memang layak mengembannya.
Begitu juga dengan legenda sepuluh cincin yang akan kita bahas bersama dalam review Shang-Chi. Sebuah kisah tetang kekuatan cincin pusaka, yang saling berebut hati dengan permaisuri sang Raja.
Shang-Chi adalah superhero berdarah Asia pertama dalam jagat Marvel Cinematic Universe, dan akan mengenalkanmu bagaimana phase 4 yang berfokus pada mystical art ini di mulai.
Penasaran kan dengan alur ceritanya? Ini dia review Shang-Chi: The Legend of Ten Rings yang sangat eksklusif untukmu, hanya di sushi.id!
Review Shang-Chi (2021)
Shang-Chi: The Legend of Ten Rings adalah film superhero produksi Marvel Studios, yang berfokus pada kehidupan Shang-Chi sebagai karakter utama berdarah Asia.
Di mulai dari visual sebuah perang antar kerajaan Turki dan Tiongkok yang dipimpin oleh The Mandarin / Wenwu (Tony Leung). Wenwu menggunakan kekuatan sepuluh gelang (cincin) yang ia miliki untuk menaklukan kerajaan tersebut.
Dari visual tersebut, Sushi menilai bahwa penggunaan properti dan busana kolosal yang ditampilkan sangatlah sesuai. Apalagi dengan setting seribu tahun sebelum masa Shang-Chi, detail yang disuguhkan sangat sesuai.
Walau banyak yang bilang bahwa cerita yang dibawakan dalam film ini cukup klise, namun dalam review Shang-Chi menurut Sushi sangat bagus.
Tidak mudah membawakan suasana kultural Tiongkok dalam produksi Amerika, dan seperti membawa tantangan tersendiri dalam penyajiannya.
Lihat saja dalam film Mulan. Menurut Sushi, Disney dan Marvel cukup cerdas. Mereka belajar dari kegagalan kasus film Mulan yang malah kurang dalam mengenalkan budaya Tiongkok.
Padahal unsur-unsur leluhur, kanton, dan budayanya bisa saja dibuat cukup kental, walau sedikit mengubah pakem dari film animasinya. Dan hal tersebut terbayarkan dari film Shang-Chi.
Shang-Chi menghadirkan visualisasi menarik tentang kepercayaan budaya Tionghoa mengenai Naga dan Iblis, yang bisa dilebur sempurna dengan legenda sepuluh gelang milik Wenwu.
Namun, bila dibandingkan dengan Black Panther, nuansa kultural masih kuat dipegang oleh film Black Panther. Setidaknya, Disney mampu menghadirkan film Tiongkok yang baik tanpa harus berbahasa inggris.
Legenda Sepuluh ‘Cincin’
Dari awal trailer muncul, kamu pasti terheran-heran dengan penyebutan “rings” pada gelang yang digunakan oleh Wenwu kan?
Tenang, kebingunganmu sangatlah wajar. Bila menggunakan interpretasi yang luas, makna “rings” dalam bahasa inggris memiliki dua arti: bisa gelang, bisa cincin.
Semua yang berbentuk lingkaran dan memiliki ruang di bagian tengah, akan disebut dengan istilah “rings” atau cincin. Hal ini Sushi pelajari dari film The Ring—kisah hantu Samara yang keluar dari sumur.
Saat Samara berada dalam sumur tertutup, cahaya matahari yang mengenai penutup sumur membentuk cahaya melingkar seperti sebuah cincin.
Seperti halnya dengan gelang pusaka milik Wenwu, disebut cincin karena memiliki dua interpretasi pula. Dalam versi komiknya, Ten Rings adalah sepuluh cincin secara harafiah—yang kemudian di adaptasi dalam bentuk gelang pusaka dalam versi live action.
Seni Bela Diri Kung Fu
Satu hal yang Sushi kagumi dari film Shang-Chi adalah caranya mengenalkan Kungfu dalam visual yang indah, tanpa perlu repot menjelaskan tentang aliran chi seperti film Mulan.
Michelle Yeoh sangat tepat memerankan Jiang Nan, bibi dari Shang-Chi dan Xialing. Pemilihan Michelle bukanlah sembarangan, mengingat sepak terjangnya dalam film laga, membuat Marvel meliriknya menjadi cast yang tepat.
Jiang Nan mengajarkan kepada Shang-Chi, bahwa menggunakan bela diri Kungfu bukanlah tentang melampiaskan amarah dan mengalahkan musuh. Tetapi memutar balik kekuatan lawan, menjadi senjata untuk menyerangnya kembali.
Makna Koreografi
Di sepanjang film, kita disuguhkan oleh visual Wenwu yang mengerahkan seluruh kekuatan gelangnya dengan tangan menggenggam.
Bahkan, ilmu bela diri yang diajarkannya pada Shang-Chi adalah tentang bagaimana ia bisa membalaskan dendam dan membunuh.
Ketika Shang-Chi tiba di lokasi Ta Lo dan bertemu Jiang Nan, bibinya yang sedang melakukan tai chi, sekaligus mengajarkan tentang bagaimana menyelaraskan Kungfu dengan alam.
Selama ini, Shang-Chi selalu bertarung menggunakan posisi tangan mengepal. Wajar, karena ayahnya berharap Shang-Chi bisa menjadi penerusnya untuk menggunakan The Ten Rings.
Posisi tangan menngepal tersebut memiliki makna; agar sepuluh cincin tadi tidak mudah terlepas dari tangannya.
Jiang Nan akhirnya memperbaiki posisi tangan tersebut, dan membuka kepalan tangan dalam koreografi Shang-Chi.
Makna yang diterapkan adalah: untuk mengendalikan sebuah amarah, kita harus membukakan jalan agar amarah itu terlewar dari diri kita.
Membukanya tangan juga berarti ‘memberi dan menerima’—seperti Jiang Li saat pertama kali menghadapi ambisi dan keangkuhan Wenwu.
Kekuatan dan gerakan sepuluh cincin, hanya dapat dikendalikan menggunakan jurus Kungfu yang tepat dan kekuatan alam yang sudah selaras dengan seluruh tubuh peraganya.
Burung dalam Sangkar Emas
Bagi kamu yang sudah menonton, pasti sudah paham dengan Xu Xialing yang hidup dalam bayang-bayang kakaknya dan memiliki ayah seorang gangster seperti Wenwu.
Sejak kecil, Xu Xialing belajar menggunakan alat-alat bela diri secara otodidak dan sembunyi-sembunyi, agar ayahnya tidak mengetahui latihannya.
Hidup bersama ayah seorang gangster, lantas tidak membuat Xialing bak seorang putri kerajaan. Ia pun juga sama seperi Shang-Chi, dilatih menjadi seseorang yang keji.
Sampai pada akhirnya ia tiba di Ta Lo bertemu dengan bibinya, Xialing baru menemukan arti dan makna sebuah keluarga yang sesungguhnya.
Dari Kungfu yang dilakukan oleh penduduk Ta Lo, Xialing melihat adanya kedamaian dan keselarasan mereka yang menyatu dengan alam,
Begitu pun dengan Jiang Nan, ia melihat Xialing telah lama terkurung oleh kekangan ayahnya. Ia bagaikan burung dalam sangkar emas.
Itu lah sebabnya, Yiang Nan memberikan tali sheng biao sisik naga kepada Xu Xialing. Bibinya tahu, bahwa Xialing memiliki bakat yang sudah lama ia pendam.
Kini, Xu Xialing tidak pernah merasa sendiri lagi. Ia benar-benar menemukan keluarga yang sesungguhnya—yang menerima dia sebagai seorang anak, dan menjadi tempatnya untuk pulang.
Kisah Raja yang Patah Hati
Selain menceritakan perjalanan Shang-Chi dalam mewarisi senjata sepuluh cincin, dan juga Xu Xialing yang menemukan kebebasannya, film ini adalah kisah tentang raja yang patah hati.
Wenwu di zaman masehi, mungkin adalah orang yang haus akan kekuasaan dan keabadian—hingga ia dapat hidup lebih dari seribu tahun.
Tetapi semua berubah saat ia bertemu dengan Jiang Li, ibu Shang-Chi dan Xu Xialing. Wenwu benar-benar jatuh hati pada perempuan itu sampai akhir hayatnya.
Salahkah ia mendengarkan ‘suara roh’ yang menyerupai suara mendiang istrinya itu, dan berniat untuk ‘menyelamatkan’nya? Tentu tidak.
Siapa sih di dunia ini yang ingin ditinggalkan tanpa pesan oleh orang yang paling dicintainya?
Apalagi saat itu, posisi Wenwu sedang tidak bersama keluarganya. Dan demi kehidupannya pula, ia rela melepaskan kesepuluh cincinnya dan ingin berubah menjadi orang yang lebih baik.
Hati yang dirundung duka terlalu dalam, dapat memicu kekuatan gelap dan entitas untuk menggoda—memasuki dunia mereka, dan menawarkan kebahagiaan fana yang berujung pada penyesalan.
Yang dilakukan Wenwu tidak lah sepenuhnya salah, ia hanya ingin membalaskan luka hatinya, dan ingin bertemu untuk kesekian kalinya dengan istrinya yang pergi tanpa mengucapkan perpisahan.
Penutup
Shang-Chi adalah sebuah film superhero dengan balutan budaya dan kultur Tionghoa yang sangat kental. Darinya, pengetahuan tentang setitik legenda dari Asia dapat dikenalkan dalam Marvel Cinematic Universe.
Begitu juga dengan sepuluh cincin yang kini berada di tangan Shang-Chi dan mengeluarkan suar misterius, tentunya akan semakin membuat kita penasaran dengan kelanjutan dari film-film Marvel ini.
Semoga review Shang-Chi dari sushi.id ini, semakin membuatmu bersemangat menonton dan melanjutkan petualangan bersama para Avengers.
Sampai bertemu lagi dengan artikel berikutnya dari Vian Everdeen!