Kerangka jangka panjang yang diciptakan oleh rumah produksi Bumilangit, yang sering disebut dengan Jagat Bumilangit, kembali mengeksekusi langkah berikutnya.
Sri Asih adalah film kedua Jagat Bumilangit menyusul film perdana mereka, Gundala. Film adiwira ini juga berdasarkan materi komik nasional karya Raden Ahmad Kosasih.
Seperti yang sudah direncanakan, film-film Bumilangit akan saling berkaitan membentuk kisah besar, dan menampilkan sederet adiwira asli asal Indonesia.
Film Sri Asih disutradarai oleh Upi dan penulisan naskahnya juga dibuat oleh Upi bersama dengan Joko Anwar (sutradara film Gundala). Pevita Pierce memerankan tokoh utama, Alana alias Sri Asih.
Film ini merupakan salah satu bagian pembuka genre adiwira yang memang baru saja dimulai secara intensif di Indonesia. Sushi.id sudah menyiapkan review Sri Asih untuk kalian.
Jika dibandingkan dengan Gundala dan Satria Dewa Gatot Kaca, Sri Asih memiliki sejumlah peningkatan. Apa saja peningkatan tersebut? Mari kita simak review Sri Asih berikut, gengs!
Sinopsis
Diawali adegan berlatar meletusnya Gunung Merapi di tahun 1994, yang membunuh kedua orang tua seorang bayi bernama Alana. Ia dibesarkan sebagai yatim piatu di sebuah panti asuhan.
Alana diadopsi dan ibu angkatnya sangat perhatian dan melindungi Alana, yang berprofesi sebagai petarung profesional. Alana kerap dikuasai amarah misterius yang sulit sekali ia kendalikan.
Beberapa peristiwa mempertemukan Alana dengan konglomerat kaya Prayogo Adinegara dan anaknya Mateo. Di sinilah terjadi konflik yang yang memicu terungkapnya identitas Alana yang sebenarnya.
Alana ternyata adalah titisan dari Dewi Asih, entitas super dengan sifat-sifat baik dan penuh kasih sayang. Ia memiliki musuh abadi, Dewi Api, yang merupakan kebalikan total dari Dewi Asih.
Mampukah Alana menerima kekuatan dari Dewi Asih tersebut? Bisakah ia mengendalikan kekuatan itu dan menggunakannya untuk melawan kejahatan?
Apa rencana jahat yang dipersiapkan para pengikut Dewi Api untuk membangkitkan kembali junjungan mereka itu?
Pengunduran Jadwal Berbuah Manis
Fans serial Jagat Bumilangit sempat terkejut waktu sang sutradara, Upi, mengumumkan bahwa penayangan Sri Asih yang awalnya ada di tanggal 6 Oktober, diundur ke 17 November 2022.
Upi menyampaikan bahwa ia masih belum puas terhadap beberapa aspek dalam film Sri Asih, sehingga membutuhkan tambahan waktu untuk menyempurnakan film tersebut.
Hal ini, kata Upi, adalah wujud dari penghargaan dan komitmennya terhadap semua pihak yang sudah bekerja keras dalam produksi film ini. Ia ingin menampilkan hasil akhir yang terbaik secara maksimal.
Keputusan itu terbukti tepat. Film Sri Asih memang melebihi ekspektasi, dengan aspek-aspek teknis yang melampaui film pertama Bumilangit, Gundala. Efek visual dan CGI yang ditampilkan sudah halus.
Upi juga menyampaikan bahwa pengerjaan CGI dan efek visual film ini digarap murni oleh anak bangsa. Tentunya, hal ini merupakan landasan kokoh untuk industri efek visual nasional di masa depan.
Begitu juga dengan scoring musiknya yang sangat megah dan sukses membangun emosi dan ketegangan selama menonton. Editingnya mulus dan tidak melompat-lompat.
Secara keseluruhan, Upi berhasil memenuhi janjinya untuk menampilkan hasil akhir filmnya dengan sangat baik. Sebuah perwujudan kerja keras yang digarap dengan serius dan penuh dedikasi.
Kisah Sederhana Bernarasi Solid
Sebagai bagian kedua sesudah Gundala, yang memiliki latar cerita lebih kelam dan kompleks, cerita Sri Asih sendiri cukup simpel. Namun, naskahnya cukup rapi dan penyutradaraannya sangat baik.
Narasi pembangun karakter utama berhasil menunjukkan sosok Alana yang berani, tangguh, dan heroik. Penceritaannya juga bertempo dengan pas. Padat adegan aksi tanpa kekeringan drama.
Latar belakang jagat adiwira Bumilangit berhasil disampaikan dengan singkat, lugas, tanpa terlalu bertele-tele. Penyajiannya juga merupakan tribut untuk komik-komik klasiknya.
Walau plotnya masih memiliki kekurangan di beberapa titik, ada juga beberapa dialog yang terdengar kaku, tapi secara umum tidak mengganggu jalannya film.
Kekuatan sebuah film memang ada di naskah yang solid, walau pun ceritanya sederhana dan tidak terlalu rumit. Sri Asih memiliki semua ini, selain penokohan yang juga kuat.
Koreografi Tarung yang Memukau
Seluruh koreografi tarung Sri Asih ditangani oleh Tim Iko Uwais, yang kualitasnya tidak diragukan sudah sama kerennya dengan film-film aksi berbujet besar produksi Hollywood.
Klaim ini tidak sembarangan karena koreografi yang ditampilkan di setiap adegan bertarungnya memang sangat berkualitas, berkelas, dan kabarnya tidak ada gerakan tarung yang diulang dua kali.
Sembilan puluh persen dari adegan-adegan tarung Sri Asih juga dilakukan sendiri oleh aktris Pevita Pierce tanpa menggunakan body-double atau stuntwoman.
Perpaduan antara koreografi tarung yang apik, pergerakan kamera yang unik dan intens, efek visual dan CGI yang pas membuat Sri Asih nikmat diikuti dan bisa menutupi beberapa kekurangan yang ada.
Hal ini tentu sangat menjanjikan bagi masa depan genre adiwira Indonesia. Untuk soal koreografi tarung, Indonesia memang sudah menjadi kiblat genre film-film aksi mancanegara lainnya.
Penopang Solid Jagat Bumi Langit
Beberapa pertanyaan yang belum terjawab di film Gundala mendapatkan penjelasannya lewat film Sri Asih. Film ini sekaligus sudah menggambarkan kisah besar yang akan disajikan dalam Jagat Bumilangit.
Jika diibaratkan, Gundala adalah pendobrak dinding pertama, dan Sri Asih adalah yang pertama kali menjelajah masuk. Film-film berformat satu semesta memang membutuhkan awal yang kuat.
Gundala dan Sri Asih sudah menetapkan diri menjadi dasar yang kokoh untuk perkembangan Jagat Bumilangit. Penuturan kedua film ini bisa dilanjutkan, tentunya dengan performa yang ditingkatkan.
Sri Asih juga tidak lupa menyelipkan beberapa hubungan dengan munculnya sejumlah tokoh yang muncul di Gundala, dan pastinya akan berperan penting untuk kelanjutan kisah Jagat Bumilangit.
Selain itu, Sri Asih juga berhasil menghindari ‘kepadatan’ pengenalan karakter-karakter baru seperti yang dirasakan dalam film Gundala. Ada satu adegan di mid-credit scene yang patut ditunggu.
Dalam adegan itu, Jagat Bumilangit kembali memberikan kejutan kepada penonton kira-kira apa yang bakal menjadi kisah selanjutnya dalam kisah besar ini.
Casting yang Tepat
Aktris Pevita Pearce bisa dibilang sangat sempurna memerankan Alana/ Sri Asih. Penghayatan peran dan persiapannya sebagai Sri Asih sangat total dan maksimal.
Bukan saja kesiapan secara fisik, tapi Pevita yang biasanya tampil lembut ternyata bisa menunjukkan profil garang dan tangguh sebagai Sri Asih.
Gerakan tarung dan ekspresi wajahnya benar-benar meyakinkan sebagai seorang adiwira perempuan. Citranya sebagai aktris ayu yang kalem musnah digantikan sosok ikon aksi terbaru.
Casting Sri Asih patut mendapatkan penghargaan sendiri. Pemilihan aktor dan aktrisnya, di luar aktris utama, juga sangat tepat.
Penokohan dalam film ini berhasil menampilkan karakter-karakter yang dibangun dengan kuat sehingga membekas dalam ingatan. Selain Pevita Pierce, Reza Rahadian sebagai Jatmiko sudah pasti mencuri perhatian.
Begitu juga aktris senior Christine Hakim, tampil memukau sebagai Eyang Mariani. Duo ‘sidekick’ Alana, Kala dan Tangguh, secara pas diperankan aktor Dimas Anggara dan Jefri Nichol.
Selain itu, Surya Saputra dan Randi Pangalila juga tampil maksimal dan meyakinkan sebagai duet ayah-anak tokoh antagonis Prayogo dan Mateo Adinegara.
Kesimpulan
Film Sri Asih menaikkan tempo dan menunjukkan peningkatan performa dalam membangun semesta Bumilangit.
Sebagai penyambung cerita dari Gundala ke proyek-proyek berikutnya, Sri Asih sudah menjadi tambang yang kokoh untuk mengikat kesatuan kisahnya.
Secara keseluruhan, film Sri Asih adalah sebuah film adiwira yang menghibur, seru, dan cukup imbang menyajikan adegan-adegan tarung yang super keren tanpa melupakan drama sebagai jiwanya.
Sri Asih merupakan pembuktian bahwa industri perfilman Indonesia memiliki masa depan yang cerah dalam mengembangkan genre aksi adiwira di masa depan.
Sri Asih sudah tayang di seluruh bioskop-bioskop se-Tanah Air. Ayo, rame-rame ke bioskop dan dukung penuh Sri Asih, gengs!