Berbicara mengenai ucapan kapan nikah? yang seringkali menjadi ‘tuntutan’ sosial jaman sekarang, ternyata malah menjadi topik yang segar dalam isi film Wedding Proposal. Kisah yang relateable dengan kehidupan di sekitar kita ini, bisa jadi cocok untuk kamu yang mungkin kebingungan menghadapi dampak dan stigma dari pertanyaan tersebut.
Dikemas dalam genre komedi romantis, Wedding Proposal berhasil mengambil hati Sushi untuk menjadikannya sebagai bahan review, agar kamu pun semakin penasaran dengan kisahnya.
Setelah kita dihibur oleh Geez & Ann yang fokus pada dunia remaja, kali ini suguhan Wedding Proposal mengambil sudut pandang dari Bisma dan Sissy yang hampir memasuki kepala tiga – masa dimana orang tua sudah rewel bertanya tentang kapan menikah.
Sebelum mengulas lebih jauh tentang keseruan Wedding Proposal, sinopsis singkat dari Sushi di bawah ini akan membantu kamu mendapatkan gambaran kecil tentang kisahnya.
Sinopsis Wedding Proposal
Wedding Proposal menceritakan tentang kisah Bisma (Dimas Anggara), seorang fotografer yang belum menemukan jodoh dalam hidupnya. Bersama Ito (Arya Saloka), sahabatnya Bisma, mereka berdua membantu ayah Bisma menjalankan sebuah photo studio. Suatu hari, Bisma terpana pada seorang perempuan yang ia pandangi saat menghadiri pesta pernikahan.
Perempuan itu adalah Sissy (Sheryl Sheinafia), pemilik WO (wedding organizer) yang bekerja sama dengan Bisma dalam sebuah proyek. Dikarenakan Bisma dan Sissy memiliki kepribadian yang bertolak belakang, keduanya jadi sering ricuh dan beradu argumen.
Namun, saat hati Sissy mulai luluh oleh sikap Bisma, sebuah masalah yang cukup pelik dari masa lalu Bisma membuat mereka harus terpisahkan; tanpa sempat saling mengutarakan perasaan dari keduanya.
Makna yang Ditekankan Wedding Proposal dalam Dunia Bisnis
Selain menyuguhkan kisah romansa, kisah ini juga diwarnai dengan serba-serbi kehidupan keluarga, juga bumbu tentang komunikasi serta etika dalam dunia wirausaha dan wedding organizer. Semua teramu menjadi satu, tanpa harus timpang dengan aspek yang lain.
Pada awal film, kita disuguhi adegan Bisma dan ayahnya yang berada dalam perjalanan menuju Bisma Prasetyo Photo Studio. Adegan begitu mengalir seperti gambaran kehidupan wirausaha pada umumnya; santai, namun tetap memprioritaskan pelanggan.
Kemudian adegan beralih ke dalam photo session prewedding klien dari Bisma dan Sissy. Karena adanya ketidakcocokan konsep yang diinginkan Bisma, dan Sissy yang bersikeras akan prosedur perusahaannya, maka keduanya pun terlibat perdebatan yang membawa senioritas dan etika –tentu semuanya diawali dari Sissy yang memiliki watak keras kepala.
Menurut Sushi, pemilihan Sheryl sebagai Sissy Hapsari sangatlah pas. Dengan paras Sheryl yang ‘RBF’ dan pembawaannya yang tegas (terlihat juga di film Bebas, sebagai Krisdayanti), ia mampu membawakan sosok seorang Owner perusahaan yang perfeksionis berikut dengan gesturnya.
Arogansi dan keangkuhan Sissy mulai memudar sejak bertemu Pak Prasetyo, ayah Bisma. Dalam adegan pertama kali Sissy bertemu dengan beliau, ia sudah nampak begitu sombong. Tetapi, sebagai lelaki paruh baya dan berpengalaman menghadapi lapangan, mudah bagi Pak Prasetyo menghadapi Sissy.
“Ini perlu dicatat ya. Bukan anak saya yang meminta pekerjaan kepada anda; tetapi perusahaan besar ini lah, yang menelepon photo studio kami. Permisi….”
Beliau menuturkan secara lembut seperti seorang bapak pada anaknya, juga memuji dengan tulus betapa hebatnya Sissy Hapsari membangun perusahaan ini. Ketika pegawai-pegawai Sissy menguping pun Prasetyo menutup pintu dan tak lupa mengucapkan kata ‘maaf’, tanda bahwa beliau ingin menghargai privasi dan ‘menghadapi’ Sissy dari hati ke hati. Prasetyo yakin, ada kebaikan yang bisa ia gali dari sosok kesepian di hadapannya ini.
Sedangkan dari sisi Bisma, setelah ia jatuh hati kepada Sissy pada pandangan pertama, Bisma tak segan-segan melancarkan segala usaha untuk menarik perhatian Sissy; yang ternyata juga terbaca oleh Karin, tangan kanan Sissy. Walaupun menurut Sushi, trik-trik yang dikeluarkan Bisma sangat jauh dari realita dan norma profesionalitas, tetapi tidak mengurangi sisi entertain dari Wedding Proposal.
Arya Saloka, ‘Aldebaran’ yang Lihai Bermain Watak
Tebak deh, siapa sih pembaca Sushi yang nggak kenal Arya Saloka?
Mulai dari penggemar FTV, sinetron, hingga netizen dari media sosial di tahun 2021 ini , pasti sudah mengenal dia sebagai Aldebaran dalam sinetron berjudul Ikatan Cinta. Saat Arya masih bekecimpung dalam dunia FTV, kita nggak seberapa ngeh dengan kehadirannya karena Arya hanya sebagai peran pendukung saja.
Namun setelah ia didapuk menjadi sosok Aldebaran dalam sinetron kesayangan ibu-ibu rumah tangga itu, nama Arya mulai tersorot dan jalan kariernya semakin cemerlang. Tentunya ini menjadi peluang yang bagus untuk masa depan karier Arya Saloka, bukan lewat jalur sekuter pula (kalau mengutip istilah dari Nikita Mirzani ketika menyebut artis baru dari jalur viral).
Dalam Wedding Proposal, karakter Ito yang diperankan Arya Saloka tampak begitu kuat dan menghadirkan sisi lain Arya. Beralih dari sosok romantis sebagai Aldebaran, Arya tampil kocak sebagai Ito dan membuat unsur komedi dari film ini begitu menggelikan. Adegan terbaik Ito, adalah saat ia ‘menggoda’ Ray (mantan kekasih Sissy) yang datang ke Bali untuk mengajak Sissy rujuk kembali.
Arya berakting sebagai lelaki gemulai (bayangkan, berakting di dalam akting!), ia nampak begitu menjiwai hingga akhirnya Ray pun tak berkutik. Jelas, di sini nampak sekali bahwa Arya bisa menjadi aktor watak yang berbakat, menyusul kesuksesan aktor-aktor lain di Indonesia. Wah, semoga setelah ini karirmu semakin cemerlang ya, Arya!
Kisah Inspiratif sebagai Tutorial Menghadapi Perjodohan
Buat kamu yang bingung menghadapi keluarga atau tetangga yang bertanya tentang ‘kapan nikah?’, mungkin film ini bisa menjadi inspirasi kamu untuk bisa menjawab dengan benar dan tetap sopan kepada orang tua, dan calon besan dalam sistem perjodohan.
Adegan Bisma yang membicarakan makna dari cinta dan berbanding terbalik dengan pola pikir Pak Prasetyo, terasa begitu intim dan relateable dengan kondisi pembaca saat ini yang juga memiliki orang tua kelahiran 70’an kebawah. Prinsip yang mereka anut masih seputar umur manusia yang menurut mereka ideal dalam pernikahan.
Karakter Bisma, seakan mewakili kekalutan generasi Y yang dihantui oleh stigma tentang pentingnya sebuah pernikahan tersebut. Bahkan di dalam lingkungan sekitar, Sushi sendiri kerap menjumpai beberapa teman dan netizen yang terpikir untuk tidak menikah; jika menikah pun, mereka sepakat untuk childfree.
Bagaimana tidak? Stigma dan gunjingan dari masyarakat, seringkali membuat orang tua dari generasi ini semakin menekan mereka—bukan malah membela darah dagingnya sendiri. Mungkin dalam film ini, Pak Prasetyo dan Bu Hesti adalah contoh pasangan hasil perjodohan yang (terlihat) berhasil; tetapi apakah benar mereka berdua bahagia?
Setelah Bisma berkata ‘mengapa bapak nggak pernah sarapan bareng ibu?’, penonton digiring untuk berpikir bahwa apa yang terlihat bahagia di luar, sebenarnya gersang di dalam hatinya. Bila memang Pak Prasetyo ‘bahagia’, tentu nggak mungkin kan ia merespon kegenitan Jeng Sari? Artinya, ada sisi dimana masa muda Pak Prasetyo ‘belum puas bermain’ dan menjadi korban stigma masyarakat.
Penutup
Dalam Wedding Proposal, kamu bisa belajar banyak hal dari kehidupan keluarga Bisma dan bagaimana caranya ia tetap stay calm menghadapi pola pikir ayahnya. Kamu juga bisa belajar bagaimana ia menghadapi arogansi seorang Sissy, yang mana bila di dunia nyata kita lebih sering dongkol duluan menghadapi atasan seperti dia.
Terlepas dari tema film yang masih berunsur ‘benci jadi cinta’, Wedding Proposal masih menghibur kamu dengan caranya sendiri, tanpa terlihat garing dan norak sebagai film bergenre romantic-comedy. Emil Heradi sebagai sutradara, berhasil mengemasnya menjadi film yang realistis dan nggak forgetable untuk ditonton berulang kali.
Kamu bisa menonton Wedding Proposal dalam layanan streaming online kesayangan kamu, dan jangan lupa ikuti terus update review dari kami hanya di Sushi.id !
Oh ya, kamu mau membaca review yang lain dari Vian Everdeen? Kamu bisa klik di sini dan rasakan sensasi berbeda, juga sisi lain yang mungkin nggak kamu temuka dalam film tersebut. Sampai bertemu dalam review berikutnya!