Di tengah semaraknya pembukaan perdana gedung-gedung bioskop di seluruh Indonesia, Godzilla Vs Kong seakan disajikan sebagai hadiah untuk mereka yang sudah kangen dengan suasana menggelegar dari sound system sebuah studio.
Begitu kalimat all … around … you … you … you … mengelilingi kedua telinga kita, seakan tubuh ini sudah siap menantikan ketegangan dan jalinan cerita yang tersuguh dari layarnya.
Benar saja, euphoria itu berhasil membawa film Godzilla Vs Kong menduduki puncak box office di seluruh dunia.
Bagaimana tidak, film ini dirumorkan sebagai film terakhir dari MonsterVerse saga dan penonton yang mengikuti seri ini tentunya penasaran, siapa yang memenangkan pertarungan antara Dewa dan Raja tersebut?
Buat kamu yang belum memahami timeline dari MonsterVerse saga ini, kamu bisa mengambil start awal sejak reboot film Godzilla pada tahun 2014 lalu. Kemudian di susul Kong: Skull Island, lalu menuju pada Godzilla: King of The Monsters, baru kamu bisa lanjut menonton Godzilla Vs Kong yang sedang tayang saat ini.
Tapi jangan khawatir, walaupun dikemas oleh sutradara yang berbeda dan kamu belum mengikuti keseluruhan film pendahulunya; sebagai penonton awam, kamu tetap bakal nyaman menonton Godzilla Vs Kong. Karena pada intro sebelum cerita inti film ini dimulai, kamu tetap menikmati bagaimana asal mula perjalanan keduanya sebelum menuju medan pergulatan.
Sinopsis
Kisah ini bercerita tentang Kong yang diajak melakukan sebuah perjalanan, untuk diantarkan menuju habitat baru yang sebenarnya. Bersama Jia— satu-satunya Suku Lwi yang terselamatkan, keduanya diajak berpetualang dalam usaha pencarian habitat baru tersebut.
Dalam perjalanan, mereka tiba-tiba bertemu dengan Godzilla yang murka dan telah menyebabkan kekacauan di kota. Pertikaian antara Dewa dan Raja tersebut dipicu oleh sebuah kekuatan tak terlihat, yang terletak jauh di dalam inti Bumi.
Insting Hewani Pertama: Kong
Latar yang diambil dalam film ini adalah lima tahun setelah Godzilla: King of The Monsters (2019) dan lima puluh satu tahun setelah Kong: Skull Island (2017), saat itu film yang dibintangi tiga anggota saga Avengers (Brie Larson, Tom Hiddleston dan Samuel L. Jackson) ini bersetting pada tahun 1973.
Adegan pembuka diawali dari sudut pandang Kong. Semua terasa damai dalam aktivitasnya; mulai dari bangun tidur, mandi dan sarapan, ditambah alunan musik klasik yang membuat semuanya tenang. Lalu adegan berpindah pada Jia yang sedang merangkai boneka ‘Kong’ mini, untuk ditunjukkan pada Kong.
Kong memahami maksud Jia yang ingin mengajaknya bermain, namun ia sadar bahwa mereka berdua tidak sedang berada di ‘tempat yang tepat’.
Dengan satu cabutan pohon yang Kong ubah mejadi sebuah ‘pasak’ besar, ia menghancurkan kubah proyektor fasilitas Monarch yang menampilkan visual langit di Skull Island.
Adegan ini akan membuat kita déjà vu pada ending dari film The Hunger Games: Catching Fire, saat Katniss Everdeen menembakkan panahnya untuk menghancurkan arena.
Dari adegan ini, kita dapat menarik keimpulan bahwa Kong sangat tidak nyaman berada dalam area penangkarannya. Namun Dr. llana Andrews berpikir ia tidak memiliki pilihan lain, sebelum mereka bertemu dengan Nathan Lind.
Insting Hewani Kedua: Godzilla
Bagi pembaca yang sudah menonton film ini, kita semua tahu bahwa villain sebenarnya adalah Apex Cybernetics; sebuah perusahaan yang dipimpin oleh Walter Simmons dan berencana untuk memusnahkan Godzilla dari muka bumi.
Namun, sebagaimana kita tahu bahwa Godzilla tidak pernah mencelakai manusia, maka dari adegan penyerangan awal itu kita dapat menyimpulkan bahwa; insting hewani Godzilla, merasakan tanda bahaya besar dan mengancam keselamatan manusia.
Saat ia melewati perairan dan bertemu dengan tim yang membawa Kong, sebenarnya Godzilla sama sekali tidak berniat jahat ataupun menyerang Kong. Malah Godzilla ingin memperingatkan Kong, bahwa manusia-manusia itu ingin memanfaatkan Kong (Jia dan Dr. Andrews) untuk kepentingan pribadi mereka yang semakin menghancurkan alam semesta.
Kaylee ‘Jia’ Hottle yang Bersinar
Selain disuguhi pertarungan antara dua Titan, perhatian kita juga terarah pada gadis imut bernama Jia yang diperankan oleh Kaylee Hottle.
Setelah dihibur oleh akting tuna rungu dan tuna wicara Alice Pagett dalam film The Unholy, kali ini giliran Jia yang menjadi pusat perhatian kita lewat bakat aktingnya yang menonjol di balik keterbatasan yang sebenarnya.
Kaylee Hottle didapuk memerankan sosok anak perempuan keturunan Suku Lwi, yang diceritakan menjalin ikatan yang dalam dengan Kong; sebuah peran yang sebelumnya kita temui lewat Naomi Watts dalam film King Kong (2005).
Suku Lwi adalah suku asli yang mendiami Skull Island yang dijaga oleh Kong, dan menganggap Kong sebagai Penguasa Alam dan pelindung mereka. Kesetiaan mereka terhadap Kong, dimulai sejak orang tua Kong melindungi mereka dari entitas purba bernama Skullcrawler.
Dengan Bahasa isyarat yang ia gunakan, Kaylee Hottle diceritakan menjadi satu-satunya sosok yang dapat berkomunikasi dengan Kong. Jujur saja, adegan ini membuatku dan beberapa penonton lain berdecak kagum, mengetahui bahwa Kong mampu diajak berkomunikasi.
Kehadiran Jia dalam film ini menuai kekaguman dari Rebecca hall dan pujian dari Alexander Skarsgard sang pemeran Tarzan.
Menurut Rebecca, banyak film tentang Kong sebelumnya yang lebih menonjolkan wanita-wanita cantik untuk diselamatkan dari Titan tersebut. Ketika ia melihat Jia dan perannya dalam Kong, menurutnya adalah kemajuan yang sangat luar biasa.
Kaylee pun berkata, dirinya terinspirasi dalam hal akting lewat beberapa film; diantaranya adalah A Quite Place dan Bridge to Terabithia.
Sedangkan Skarsgard, mengungkapkan bahwa ia sampai rela mempelajari Bahasa isyarat agar bisa berkomunikasi dengan Kaylee. Menurutnya, ini adalah film pertama Kaylee, namun gadis itu luar biasa dan dapat melakukan apa yang diinginkan sutradara tanpa ada halangan.
Karakter Jia, adalah satu-satunya Suku Lwi yang tersisa. Kedua orang tuanya meninggal saat Jia masih amat muda, dan Kong menyelamatkannya dari ‘badai’ yang meluluhlantakkan Skull Island.
Badai tersebut mungkin mengacu pada badai besar yang diciptakan oleh Ghidorah dalam film Godzilla: King of the Mosnters, yang menghancurkan banyak wilayah di seluruh dunia. Setelah kejadian tersebut, Jia dibawa oleh Ilene Andrews (Rebecca Hall), yang mengepalai fasilitas Monarch di Skull Island.
Ulasan Godzilla Vs Kong
Sebuah film yang menceritakan Monster dan Titan, sebenarnya memiliki alur yang cukup klise; monster muncul, pihak militer berusaha meminimalisir dampak, sosok heroik muncul, protagonis yang peka dengan tanda-tanda alam mulai menjelaskan kemunculan Monster lewat ulah manusia, the end.
Namun Godzilla vs Kong berusaha meramu semuanya dengan baik, dan mengemasnya menjadi visual yang layak ditunggu dan agak susah untuk diprediksi.
Pada awalnya, penonton akan digiring untuk menebak-nebak tujuan dari kedatangan makhluk tersebut, kemudian kita digiring untuk menebak pemenang dari salah satu Titan, dan terakhir menemukan sosok villain sebenarnya.
Di balik kemasan yang cukup rapi, tentunya ada beberapa aspek, peran dan hal ‘realistis’ yang menjadi ‘korban’nya.
Beberapa hal tersebut adalah sebagai berikut:
- Peristiwa apa yang terjadi dengan para Titan terdahulu?
Dalam Kong: Skull Island, kita sudah dijelaskan mengenai orang tua Kong yang tewas saat melawan Skullcrawler. Namun rasa penasaran muncul tentang perselisihan kuno antara Kong dan Godzilla, serta tahta yang berada di Hollow Earth.
Juga, bagaimana para Titan itu berpikir dengan canggih tentang tanda cap tangan yang mirip dengan fingerprint di gerbang pintu masuk tahta kong?
- Menurutku, keberadaan karakter Madison Russel, Ren Serizawa, dan Maia Simmons di film ini seperti hanya tempelan dan meminjam nama besar pendahulunya.
Kematian Ren Serizawa juga nampak kurang terhormat, padahal adegan awal Ren sudah sangat keren dengan pemandangan Godzilla yang menyerang dan hembusan angin dari helicopter yang membuat ia nampak seperti bukan sosok biasa.
Untuk Madison Russel pun nampak seperti hanya meminjam peran Emma Russel, ibunya. Peran Madison, Bernie, dan Josh dalam film ini lah yang membuat endingnya terasa kurang sakral.
Penyelesaian film ini, seharusnya ditangani oleh Godzilla, Kong dan Mechagodzilla–bukan ditambah Madison, Bernie, Josh dan wisky yang dituangkan. Kedua Titan itu lah yang seharusnya membuktikan siapa Dewa dan siapakah Raja yang akhirnya menguasai seluruh alam semesta.
- Hollow Earth adalah visualisasi dunia bawah di dalam kisah ini, yang menurutku memiliki sistem kerja kurang masuk akal. Penulis memang tidak memiliki bekal dan riset yang mumpuni soal ilmu tentang dunia inti Bumi, namun tentunya penulis memiliki acuan film yang memiliki teori fisika lebih masuk akal; sebut saja film Journey to The Center of The Earth.
Dalam perjalanan menuju Hollow Earth, penonton dibuat bingung dengan cara kerja gravitasi dan bagaimana cara membawa Kong kembali pada ‘habitat’nya di Hollow Earth. Apalagi dengan tewasnya the Simmons’s family, tentunya tidak jelas bagaimana nasib dari kendaraan HEAV dan Apex sendiri.
Lalu apakah benar, bahwa Godzilla Vs Kong ini menjadi film terakhir dalam seri Monsterverse Atau kah hanya rumor belaka?
Kita tunggu saja kebenarannya dan kalau beneran dibikin sekuel lanjutannya lagi nih, pembaca akan senang sekali dong. 🤩
Fyi, dari kabar terbaru yang muncul, judul untuk sekuel kisah berikutnya adalah Son of Kong!
Makin excited kan pastinya? So, pantau terus update dari sushi.id dan jangan lupa klik tanda notifikasi, agar kamu tetap mendapatkan update dari kami.😉