Film dengan premis psikopat yang melakukan serentetan pembunuhan bukan hal baru dalam genre horor. Trik yang membedakan adalah formula yang dipakai agar berbeda dari yang lain ini tengah viral lo, berikut 5 Alasan Kamu Wajib Nonton The Black Phone
Trik yang digunakan dalam The Black Phone sebenarnya bukan hal baru. Kisah pembunuh berantai yang menargetkan anak-anak sebagai korban sudah pernah diangkat sebelumnya.
Namun, kisah ini menjadi menarik akibat unsur supernatural yang disisipkan di dalam cerita. Selain itu, naskah yang dimiliki film The Black Phone ini dibuat sangat rapi dan kuat.
Film ini disutradarai oleh Scott Derrickson yang pernah menggarap horor populer, Sinister. Selain itu, Derrickson juga pernah menyutradarai film blockbuster MCU, Doctor Strange.
Untuk kalian para fans horor, ada 5 alasan kamu wajib nonton The Black Phone. Karena, film ini benar-benar bagus dan seru.
Apa saja 5 alasan wajib nonton The Black Phone tersebut? Sushi akan beri tahu satu per satu ya!
Sinopsis
Di tahun 80-an, sebuah kota kecil diteror oleh seorang pembunuh berantai yang menargetkan anak-anak di kota tersebut. Satu per satu korban hilang tanpa jejak dan tidak pernah ditemukan lagi.
Dua kakak beradik Finney dan Gwen Blake, tinggal bersama ayah mereka di kota tersebut. Gwen adalah anak indigo yang kadang diberi penglihatan masa depan lewat mimpinya.
Hal ini terbukti berguna saat sang kakak Finney, menjadi korban selanjutnya. Gwen berusaha mengartikan mimpi-mimpinya untuk membantu Kepolisian menemukan kakaknya.
Di sisi lain, Finney yang disekap oleh sang pembunuh, menemukan fakta bahwa psikopa tersebut memang suka menyekap anak-anak dan mempermainkan mereka sebelum membunuhnya.
Bisakah Finney melarikan diri dan tidak menjadi korban selanjutnya? Apakah mimpi-mimpi Gwen merupakan kenyataan yang benar terjadi?
Atmosfer Horor yang Mencekam
Sejak dimulainya kisah, set produksi sebuah kota kecil tahun 80-an sudah terlihat sangat detail dan rapi. Dari segi kostum, gaya rambut, perabotan, mobil, bahkan arsitektur kota.
Warna netral cenderung gelap dan pencahayaan yang redup sukses membangun aura kelam kota tersebut. Kemunculan The Grabber yang bertopeng menyeramkan juga efektif menakuti penonton.
The Grabber berlagak seperti pesulap yang membujuk anak sasarannya agar tertarik mendekat. Korban dibius dan dimasukkan ke dalam van hitam dengan aksen balon-balon hitam.
Yang mengerikan adalah, anak-anak ini disekap di sebuah ruangan bawah tanah misterius yang kedap suara dan disiksa dulu sebelum dihabisi nyawanya. Semua ini muncul dalam mimpi Gwen.
Sinematografer Brett Jutkiewicz dengan piawai mengatur rubanah sehingga tampak sangat menyeramkan. Pengambilan gambar yang cerdik di kamera juga menjadi elemen penting film ini.
Plot yang lamban di awal digunakan untuk membangun koneksi perasaan antara penonton dengan para karakternya. Sungguh efisien untuk menggabungkannya dengan ketakutan penonton.
Paduan Thriller Dengan Supernatural
Film The Black Phone ini adalah adaptasi dari cerpen berjudul sama karya Joe Hill. Mungkin kamu-kamu ada yang tidak tahu, Joe Hill adalah anak dari penulis cerita horor terkenal Stephen King.
Pengaruh horor khas Stephen King yang menyukai perpaduan thriller dan supernatural sepertinya berimbas pada karya anaknya. Karya Joe Hill juga memadukan unsur thriller dan supernatural.
Kejahatan yang dilakukan The Grabber adalah wujud dari kegilaan seorang psikopat yang khas. Akan tetapi, ada elemen horor supernatural yang menjadi elemen penting jalannya cerita.
Unsur supernatural ini diwakili oleh telepon tua berwarna hitam yang sudah diputus kabelnya, dan berada di rubanah tersebut. Anehnya, Finney kerap kali mendengar telepon itu berdering.
Peran dari telepon hitam itu yang menjadi benang merah antara Finney dan korban-korban sebelumnya. The Grabber bisa mendengar dering telepon tersebut, tapi ia tidak mau mengakuinya.
Naskah cerdas ini membuat penonton terus menebak-nebak ke mana arah cerita dan apakah misteri di balik telepon aneh tersebut. Motif The Grabber sendiri juga tetap menjadi misteri.
Akting Brilian Jajaran Pemainnya
Sepertinya, sutradara Scott Derrickson merasa cocok dengan aktor Ethan Hawke. Setelah mengarahkan aktor berusia 51 tahun tersebut di film Sinister, kini mereka kembali bekerja sama.
Ethan Hawke memerankan The Grabber, si psikopat yang menyukai anak-anak kecil untuk disiksa dan dibunuh. Ia selalu menggunakan topeng yang menutupi sebagian wajahnya.
Pembawaan Hawke sebagai The Grabber benar-benar meyakinkan. Aktingnya sebagai seseorang yang menakutkan dan sadis sangat mengerikan, sehingga efeknya bisa dirasakan secara langsung.
Akan tetapi, akting memukai Hawke nyaris tertutup oleh akting kedua pemeran cilik utama, Mason Thames dan Madeleine McGraw. Kedua bintang cilik ini sungguh luar biasa.
Memerankan kedua kakak beradik yang kerap kali mengalami KDRT akibat ayah mereka yang pemabuk, mereka memiliki chemistry yang sangat kuat dan akting yang sangat natural.
Sebagai dua anak kecil dalam tekanan dan ketakutan, mereka tampil sempurna. Thames sebagai Finney yang harus bangkit melawan ketakutannya bisa mengimbangi akting matang Hawke.
McGraw yang menggemaskan, bisa dengan mudah berpindah emosi dari ceria, ketakutan, cemas, dan menantang. Ketiga bintang utama film ini berhasil menjadi roda yang menggulirkan cerita dengan baik.
Kesimpulan
The Black Phone merupakan sebuah horor thriller supernatural berkelas, yang bukan hanya mengerikan, tetapi juga memberikan sesuatu yang menyegarkan di genre horor yang padat.
Penceritaannya memiliki ritme yang pas. Tingkat ketegangannya berhasil terjaga dan mengisi penuh seluruh rangka film.
Elemen horor yang disajikan tidak berlebihan. Efek yang sederhana saja itu justru berhasil memberikan hasil rasa takut yang maksimal.
Dengan akting para pemainnya yang sangat brilian dan naskah yang digarap dengan serius, The Black Phone benar-benar akan menghibur para penggemar film horor yang suka ditakut-takuti.
The Black Phone sudah tayang di bioskop-bioskop kesayanganmu, gengs!