“Kasih, carita ke Emak … Kasih teh hoyong naon, Nak? Kasih, atos Kasih ….”
Dialog Mak Ipah ini membuat Sushi merasa trenyuh dan menambah kekaguman pada Bahasa Sunda yang disisipkan. Mak Ipah yang lebih akrab dipanggil ‘Emak’ dalam film Asih 2, nyatanya memiliki masa lalu yang erat dengan arwah penasaran berujud Kuntilanak tersebut.
Mak Ipah yang lebih akrab dipanggil ‘Emak’ dalam film Asih 2, nyatanya memiliki masa lalu yang erat dengan arwah penasaran berujud Kuntilanak tersebut.
Sebagai pembuka film bergenre horor di Indonesia pada awal tahun 2021 ini, Asih 2 tergolong sukses dan menyajikan alur cerita paling masuk akal dibandingkan film horror lain pada umumnya. Tanpa harus khawatir berbagi layar dengan Godzilla Vs Kong, Mortal Kombat, dan The Unholy , Asih 2 memiliki kesempatan tayang dalam layanan streaming online Disney+ .
Tanpa harus khawatir berbagi layar dengan Godzilla Vs Kong, Mortal Kombat, dan The Unholy , Asih 2 memiliki kesempatan tayang dalam layanan streaming online Disney+ .
Setelah film pertama Asih dipegang oleh Awi Suryadi, kali ini kemudi film Asih 2 dipegang oleh Rizal Mantovani, yang Sushi pahami amat piawai ‘mengendalikan’ Kuntilanak sejak tahun 2006 bersama Samantha Mangkoedjiwo (Julie Estelle).
Bagi sebagian orang, mengangkat kisah tentang hantu Kuntilanak mungkin udah mainstream banget. Tapi kalau hantu tersebut adalah bagian dari spin-off Danur Universe, apakah masih biasa saja? Tentunya enggak dong.
Apalagi lewat tangan emas Rizal Mantovani dan Lele Laila si penulis skenario, eksekusi dari Asih 2 ini nampak menggabungkan beberapa unsur dan inspirasi dari film horor barat berjudul Mama (2013) dan film Kuntilanak (2006).Sebelum mengulas lebih jauh tentang Asih 2, berikut Sushi jabarkan secara singkat alur cerita dari film ini.
Sebelum mengulas lebih jauh tentang Asih 2, berikut Sushi jabarkan secara singkat alur cerita dari film ini.
Sinopsis
Dari kegelapan malam yang pekat, nampak seorang anak kecil berlari terbirit-birit menembus lebatnya hutan. Sesampainya di jalanan beraspal, sebuah mobil tanpa sengaja menabrak anak kecil itu.
Sylvia (Marsha Timothy) yang melihat anak itu dibawa tergesa-gesa oleh perawat lain, membuatnya déjà vu pada mendiang putri semata wayangnya. Lantas dengan penuh kasih sayang dan nurani keibuannya, Sylvia berniat mengadopsi anak perempuan itu dan memberinya nama; Ana.
Di tengah kebahagiaan Sylvia dan Razan (Ario Bayu) yang ikut beradaptasi menjadi ayah baru, tanpa mereka sadari, Sylvia tidak hanya membawa pulang Ana ke rumah; melainkan juga Asih, yang selama ini membesarkan Ana.
Yang tidak mereka ketahui, Ana adalah anak kandung dari Tia dan Andi yang tewas setelah dibunuh Asih enam tahun yang lalu.
Review Film Asih 2
Masa Lalu Ana
Buat kamu yang udah nonton film pertama Asih, pasti kamu tidak asing dengan kehadiran Andi (Darius Sinathrya), Puspita (Citra Kirana) dan Nenek Amalia (Marini). Andi dan Ita adalah orang tua Amalia (nama asli Ana) yang sebenarnya, sebelum akhirnya dibantai oleh hantu Asih (Shareefa Daanish) yang ternyata masih menaungi kehidupan mereka.
Sushi pun ikut terkejut dengan kehadiran Asih yang masih bergentayangan, tetapi langsung menemukan titik terang begitu flashback pada kisah film pertama. Keluarga ini tinggal di sebuah rumah, yang letaknya berdekatan dengan pohon dimana Asih mengakhiri hidupnya.
Begitu bayi Ita dan Andi lahir (saat itu belum bernama ‘Ana’), Asih yang notabene adalah arwah penasaran yang denial sebelum meninggal, merasa bahwa bayi itu adalah anaknya yang diambil oleh Andi dan Ita. Ketika berhasil mengambil, Asih pun masih mencoba kembali menenggelamkan bayi itu seperti yang ia lakukan pada anaknya dulu.
Nasib Kasih yang Malang
“Loh, kalau bayi Asih dibunuh sendiri,
kenapa dia menculik bayi untuk dibunuh juga?” kata seorang netizen.
Menurut yang Sushi pahami dari maksud tindakan Asih adalah, ia ingin membawa anaknya ikut bersamanya di alam roh; namun ia gagal. Asih adalah arwah penasaran yang memiliki dua faktor penyebab denial semasa hidupnya; Selain diusir oleh keluarganya dan dirajam oleh penduduk kampung, dalam fase baby blues-nya yang tak terkendali membuatnya semakin merasa tak berdaya menjadi ibu baru.
Asih membunuh bayinya sendiri, lantaran ia merasa bayi itu tidak diinginkan oleh siapapun. Dalam cuplikan tragedi bunuh diri seorang Asih dalam film pertamanya, akting hebat Shareefa Daanish memvisualisasikan cara Asih seolah-olah membawa roh bayinya menuju ke pohon beringin. Hati kecil Asih berharap;
“bila hidup ini tidak adil untukku dan
anakku, biarlah akhirat yang menerima keberadaan kami.”
Namun yang terjadi setelahnya pun jauh dari ekspektasi Asih; roh bayi itu tidak ikut bersamanya, namun ia menganggap bayi itu bersamanya dan dipegang oleh Andi dan Ita.
Mengapa Asih Mengklaim Ana Sebagai Anaknya?
Kalau teman-teman pembaca pernah tahu tentang kasus gangguan jiwa pada ibu muda yang baru saja kehilangan anaknya pasca melahirkan, mungkin bisa dibilang Asih memiliki perasaan yang serupa dengan pasien tersebut. Bedanya, Asih sudah menjadi sosok entitas lain dan
sedang dibalut amarah.
Asih menculik Amalia dan mengklaim sebagai anaknya, lantaran Amalia adalah bayi pertama yang dilihatnya selepas ia menjadi arwah penasaran. Kejadian mencelupkan bayi (lagi) yang dilakukan Asih, adalah rekam jejak memori otak depresan sebelum ia meninggal. Jadi, hal penculikan tersebut akan terus menerus berulang, dengan bayi-bayi dari kelurga lainnya.
Keluarga Kecil Sylvia dan Razan
Sylvia yang sudah lama kehilangan anaknya, tentu merasa iba dan tergugah setelah melihat identitas Amalia yang ternyata yatim piatu. Dengan trauma yang mendalam dan kehidupannya bersama Razan yang kurang ‘berwarna’, akhirnya Sylvia berniat mengadopsi Amalia.
Dengan trauma yang mendalam dan kehidupannya bersama Razan yang kurang ‘berwarna’, akhirnya Sylvia berniat mengadopsi Amalia.
Salah satu kelebihan film ini dalam segi script, adalah cara Razan menyikapi keputusan awal Sylvia yang terasa sepihak.Bila Sushi mengambil logika, sikap Razan adalah hal yang wajar dan manusiawi sebagai suami. Ia pun sebenarnya juga ingin memiliki anak, tetapi tentu yang sudah jelas asal-usulnya.
Bila Sushi mengambil logika, sikap Razan adalah hal yang wajar dan manusiawi sebagai suami. Ia pun sebenarnya juga ingin memiliki anak, tetapi tentu yang sudah jelas asal-usulnya.
Sedangkan Amalia, ditemukan tertabrak di jalanan (yang mungkin jarang dilewati orang) pada malam hari. Dia tinggal sendirian di hutan.
Amalia suka tertawa sendiri melihat sudut rumah tertentu, dan juga tidak mampu berbicara layaknya manusia pada umumnya. Sebagai kepala keluarga, tentunya Razan tidak ingin kejadian yang tidak mengenakkan terjadi pada keluarga kecilnya.
‘Janji Ibu Jari’ Marsha Timothy
Menurut Sushi, bakat akting seorang Marsha Timothy tentu tidak perlu diragukan lagi. Peran Marsha yang menjadi favorit Sushi ada tiga, yaitu: Citra (Coklat Stroberi), Vina Panduwinata (Bebas) dan Dokter Sylvia (Asih 2). Dua peran terakhir yang menurut Sushi paling mengena; selain karena Marsha memang adalah seorang ibu muda, membuat penghayatannya dalam memerankan karakter ibu bagi anak usia dini dan remaja sangatlah natural.
Marsha sangat memahami, bagaimana cara melakukan pendekatan dan menarik perhatian seorang anak. Walaupun Ana nampak bersikap aneh dan memiliki kebiasaan yang tidak wajar seperti ‘anak manusia’ pada umunya, Marsha sebagai Sylvia paham betul bagaimana menyikapinya; yaitu, dengan masuk kedalam ‘dunia anak-anak’ yang Ana tunjukkan.
Misalnya seperti cara memainkan lampu dan lagu Indung-Indung yang kerap Ana gumamkan; hal tersebut termasuk ‘kode rahasia’ kedekatan ibu dan anak dalam dunia parenting. Ana sering menggumamkan lagu itu, lantaran ia hidup bersama Asih yang juga sering menyanyikannya; kemudian membuat Sylvia akhirnya belajar menghafalkannya pula, agar ia mendapatkan perhatian dari Ana.
Ana sering menggumamkan lagu itu, lantaran ia hidup bersama Asih yang juga sering menyanyikannya; kemudian membuat Sylvia akhirnya belajar menghafalkannya pula, agar ia mendapatkan perhatian dari Ana.
Lain Asih, lain pula cara Sylvia. Ia harus mengenalkan Ana pada realita yang sebenarnya kepada Ana bersama Razan. Sylvia selalu mengajak Ana ngobrol dan memancing respon dari anak tersebut. Saat akan tidur, Sylvia mengenalkan ikatan yang ia buat dengan mengajak Ana melakukan ‘janji ibu jari’; yaitu dengan menyatukan telapak ibu jari Sylvia dan Ana, dan berjanji untuk tidak meninggalkan satu sama lain.
Saat akan tidur, Sylvia mengenalkan ikatan yang ia buat dengan mengajak Ana melakukan ‘janji ibu jari’; yaitu dengan menyatukan telapak ibu jari Sylvia dan Ana, dan berjanji untuk tidak meninggalkan satu sama lain.
Respon yang ditunjukkan Ana lewat ikatan tersebut sangatlah bagus. Dengan mengenalkannya setiap hari, maka psikologis Ana akan terbiasa; karena memori yang amat membekas dalam ingatan anak kecil, adalah hal terakhir yang ia terima beberapa saat sebelum tidur di malam hari.
Alhasil, ketika Ana bimbang saat Asih mulai menyerang kedua orang tua barunya; Ana nampak iba dan memohon kepada Asih agar melepaskan mereka, juga agar mengikhlaskan keputusan Ana untuk memilih Sylvia dan Razan sebagai orang tua barunya.
Nasib Baik Lagu Indung-indung
Indung-indung kepala lindung,
Hujan di udik, di sini mendung.
Anak siapa pakai kerudung,
Mata melirik, kaki kesandung.
Bagi penikmat Danur Universe pastinya tidak asing dengan penggalan lagu Indung-Indung tersebut. Lagu daerah asal Kalimantan Timur ini, kemudian diadaptasi menjadi lagu nina bobo dalam film Asih 2.
Entah ini adalah ide dari Lele Laila atau Rizal Mantovani, nyatanya lagu ini berhasil menjadi sebuah ciri khas ikatan hubungan yang sangat mendalam antara Emak-Asih, Asih-Ana, dan Ana-Sylvia. Semua serasa terhubung menjadi satu dalam ikatan ibu dan anak, tanpa meninggalkan stigma seram atau ‘pemanggil setan’ dari lagu tersebut.
Semua serasa terhubung menjadi satu dalam ikatan ibu dan anak, tanpa meninggalkan stigma seram atau ‘pemanggil setan’ dari lagu tersebut.
Berbeda nasib dengan Indung-indung, durmo Lingsir Wengi yang sangat populer dalam trilogi Kuntilanak, dianggap sebagai lagu yang menyeramkan. Untungnya, berkat film Mangkujiwo yang dirilis pada tahun 2020 lalu, stigma ini perlahan-lahan mengendur; karena dalam kisah prequel-nya, Lingsir Wengi juga merupakan lagu nina bobo yang disenandungkan Kanthi untuk Uma.
Untungnya, berkat film Mangkujiwo yang dirilis pada tahun 2020 lalu, stigma ini perlahan-lahan mengendur; karena dalam kisah prequel-nya, Lingsir Wengi juga merupakan lagu nina bobo yang disenandungkan Kanthi untuk Uma.
Masa Lalu Manis Bersama Emak
Mak Ipah, atau yang lebih akrab dipanggil ‘Emak’ di sepanjang film Asih 2, ternyata adalah ibu angkat yang menampung Kasih selama merantau ke luar kota. Beliau adalah sosok yang amat mengenali Kasih dan merasa iba pada nasib putri angkatnya.
Ketika Emak mendengarkan lagu indung-indung dari bibir kecil Ana, juga melihat bayangan Kasih untuk pertama kalinya, Emak sudah yakin bahwa keluarga Sylvia dan Razan berada dalam bahaya. Sebagai ibu yang memahami anaknya, akhirnya Emak berinisiatif memberi ‘makanan’ untuk anaknya.
Menurut Sushi, kisah Asih 2 lebih menggali sisi parenting dari setiap karakter dan juga mengajak penonton ikut memahami polanya. Lewat kehadiran Mak Ipah lah, kita belajar memahami; bahwa untuk meluluhkan amarah dan kerasnya hati, kita harus paham apa yang diinginkan
olehnya.
Seperti Kasih yang kehilangan anaknya, Mak Ipah pun selalu berpesan,
”ada hal-hal yang tidak bisa kita ubah, Nak … untuk menghadapinya, kita
harus ikhlas.”
Pada akhirnya, Kasih pun luluh dan mengikhlaskan Ana untuk ikut
bersama keluarga barunya.
”ada hal-hal yang tidak bisa kita ubah, Nak … untuk menghadapinya, kita
harus ikhlas.”
Pada akhirnya, Kasih pun luluh dan mengikhlaskan Ana untuk ikut
bersama keluarga barunya.
Kelebihan dan Kekurangan Sekuel Asih
Kelebihan yang disuguhkan oleh Asih 2 nampak dari eksekusi cerita dan alur yang begitu rapi, juga lebih terasa masuk akal dibandingkan dengan film horor lokal lain pada umumnya. Daripada menghadirkan jumpscare yang berlebihan (yang kurang cocok dengan tipe make up hantu-hantu di
Indonesia), Asih 2 memperkenalkan nuansa berada dalam suasana mencekam saat kita hidup bersama ‘anaknya makhluk halus’.
Daripada menghadirkan jumpscare yang berlebihan (yang kurang cocok dengan tipe make up hantu-hantu di Indonesia), Asih 2 memperkenalkan nuansa berada dalam suasana mencekam saat kita hidup bersama ‘anaknya makhluk halus’.
Film ini juga sekilas menampilkan tradisi mencari anak hilang yang amat kental di tanah Jawa; yaitu memukul-mukul tampah (ayakan beras) untuk mengundang makhluk halus keluar dari persembunyiannya.
Menurut Sushi, ide ini mungkin muncul dari Rizal Mantovani. Sebab, ada pula adegan di mana Ana ditemukan di dalam lemari setelah hilang, dan juga Asih yang muncul dari balik foto keluarga yang jatuh.Karena mengikuti jejak perfilman sang sutradara, Sushi mengenali adegan-adegan tersebut terinspirasi dari mitos Kuntilanak yang ia ciptakan dalam universe-nya.
Karena mengikuti jejak perfilman sang sutradara, Sushi mengenali adegan-adegan tersebut terinspirasi dari mitos Kuntilanak yang ia ciptakan dalam universe-nya.
Sedangkan untuk kekurangan dari Asih 2, Sushi menangkap kejanggalan pada perubahan fisik Mak Ipah. Bila menarik garis waktu, Kasih berada di perantauan sekitar 9 tahun sebelum Asih 2; saat itu Emak masih terlihat muda, mungkin sekitar umur 40 tahunan. Ketika emak mulai bertemu Sylvia dan Ana, fisik Emak sudah nampak tua sekali dengan rambut memutih.
Bila menarik garis waktu, Kasih berada di perantauan sekitar 9 tahun sebelum Asih 2; saat itu Emak masih terlihat muda, mungkin sekitar umur 40 tahunan. Ketika emak mulai bertemu Sylvia dan Ana, fisik Emak sudah nampak tua sekali dengan rambut memutih.
Seandainya dihitung secara rinci, 9 tahun bukanlah waktu yang lama, apalagi Ana lahir sehari setelah kematian Kasih. Mungkin, tampilan fisik Emak akan lebih natural bila hanya bermain dalam busana saja, karena tampilan dalam film Asih 2 lebih menggambarkan kisah tersebut
terjadi 16 tahun kemudian.
Penutup
Akhir kata, terlepas dari kekurangan-kekurangan yang mungkin lebih banyak ditemukan oleh teman-teman pembaca; bagi Sushi, film Asih 2 sangat cocok sebagai suguhan yang sarat makna dan pelajaran tentang parenting pada anak usia dini.
Dari hantu Asih, kita belajar bahwa sosok astral pun memiliki kasih sayang yang juga sama besarnya dengan manusia.
Dari Emak, kita belajar bagaimana mengikhlaskan mana yang disebut masalah, dan mana yang adalah kenyataan hidup.
Dari Sylvia juga, kita belajar menjadi sosok orang tua yang mampu menerima segala kekurangan anak kita.
Tidak lupa pula, dari makna kisah Asih 2,kita ikut belajar mengubah pola pikir masyarakat tentang betapa dalamnya akibat dari sebuah perundungan dan juga stigma yang tidak pada tempatnya. Kini saatnya kita saling membantu korban-korban seperti Kasih, dan membantu mereka menemukan
harapan, juga kedamaian hidupnya yang sudah menderita.
Kini saatnya kita saling membantu korban-korban seperti Kasih, dan membantu mereka menemukan harapan, juga kedamaian hidupnya yang sudah menderita.
Sampai ketemu lagi dalam review film Indonesia lainnya hanya di Sushi.id 😉